Laman

Senin, 17 Maret 2014

KESABARAN TANPA BATAS


1. KESABARAN FATIMAH BINTI ROSULULLAH
Fatimah az-Zahra binti Rosulullah pernah mengalami kelaparan selama beberapa hari. Saat itu, suaminya Ali ra melihat wajahnya pucat pasi. Maka ia bertanya kepadanya, “Kenapa engkau pucat demikian, wahai Fatimah?”
Fatimah menjawab, “Sejak tiga hari yang lalu kami tidak mempunyai makanan di rumah!”. Ali berkata, “Mengapa engkau tidak memberitahuku?”. Ia menjawab, “Sebab, pada malam pernikahan kita dahulu, Rosulullah saw pernah berpesan kepadaku seperti ini : “Wahai Fatimah, Jika Ali ra datang kepadamu dengan membawa sesuatu, makanlah! Namun, bila ia tidak membawa apa-apa, janganlah sekali-kali menanyakannya” (Menjadi Wanita Paling Bahagia, 2007)
2. KESABARAN NABI YUSUF AS
Perhatikanlah apa yg terjadi kepada Nabi Yusuf as. Dia bersabar dalam menghadapi berbagai ujian, disiksa, dijadikan budak, dipenjara, dan dihina, ia tetap menerima apa yg diberlakukan Tuhan kepada dirinya, sehingga dia mampu bertahan dan akhirnya berbahagia dengan menjadi raja. (Syaikh Abdul Qadir Jailani)
3. KESABARAN Ali bin Abi Thalib ra
Ali pernah memanggil budaknya sampai mengulang 3 kali, namun tak ada jawaban. Maka dicarinya sibudak, lalu dilihatnya sedang berbaring. Ali berkata, “Apakah engkau tak mendengar?”. “Ya, saya mendengar”. “Lalu, mengapa engkau tak menjawab?” tanya Ali. “Karena saya yakin bahwa tuan tak akan menghukumku!”. Mendengar itu, Ali berkata, “Pergilah, engkau kumerdekakan” (Al-Ghazali)
4. KESABARAN IBRAHIM BIN ADHAM
Dikisahkan bahwa, pada suatu hari, Ibrahim bin Adham pergi ke suatu tempat di padang pasir, dan berjumpa dengan seorang tentara yang menegurnya: “Engkau seorang hamba/budak?” “Ya” jawab Ibrahim. Orang itu bertanya lagi: “Dimana tempat yang dihuni orang banyak?”. Mendengar itu, ibrahim menunjuk ke tempat pekuburan. Orang itu mengulangi lagi pertanyaannya: “Yang saya tanyakan adalah tempat yg banyak penghuninya!” Jawab Ibrahim: “Itulah pekuburan”. Merasa dipermainkan, tentara itu menjadi marah dan memukul kepala Ibrahim dg sebuah cambuk, sehingga menyebabkannya terluka dan berdarah. Lalu dikembalikannya ke kota dan berjumpa dg para pengikutnya. Mereka menanyakan: “Apa yg terjadi?” Tentara itu memberi tahu mereka mengenai pertanyaannya serta jawaban yg diterimanya. Orang-orang itu menjelaskan: “Ini adalah Ibrahim bin Adham!”. Mendengar itu si tentara terkejut dan segera turun dari kudanya, lalu mencium kedua tangan dan kaki Ibrahim, sambil meminta maaf darinya.
Setelah itu beberapa orang menanyakan kepada Ibrahim, “Mengapa anda mengatakan kepadanya bahwa Anda seorang hamba/budak?” Jawab Ibrahim: “Ia tidak menanyakan kepadaku: “Hamba siapa anda?” tetapi bertanya : “Apakah anda seorang hamba/budak?” Maka aku pun menjawab “Ya”. Karena aku adalah hamba ALLAH. Dan ketika ia memukul kepalaku, kumintakan surga baginya dari ALLAH SWT”. Seorang dari mereka bertanya, “Mengapa? Bukankah ia telah menzalimi anda?”. Jawab Ibrahim : “Aku tahu bahwa aku akan memperoleh pahala karena (bersabar atas) perbuatannya itu. Maka aku tak mau bagian yang kuperoleh darinya berupa kebaikan (pahala), sedangkan bagian yg diperolehnya dariku berupa keburukan (dosa karena telah memukulnya)”. (Al-Ghazali)
5. KESABARAN PARA WALIALLAH
Syaikh Abdul Qadir Jailani berkata, “Aku bersama para murit Syaikh Ahmad mengikuti beliau keluar baghdad. Setibanya dijembatan yahud, beliau mendorongku sampai akau tercebur ke sungai -pada saat itu udara sangat dingin- kemudian mereka berlalu dan meninggalkanku. Aku berkata dalam hati, ‘Aku berniat untuk mandi jum’at’. Saat itu aku mengenakan jubah sufi dan dilenganku terdapat sebuah jubah lagi yang membuatku harus mengangkatnya agar tidak basah. Aku keluar dari air lalu memeras jubah tersebut dan menyusul mereka dalam kondisi kedinginan yang menusuk hingga ke tulang. Melihat kondisiku, para muritnya bermaksut untuk menolongku namun beliau melarang mereka seraya berkata, “Apa yang aku lakukan adalah untuk mengujinya dan aku mendapatinya bagai gunung, kokoh tak bergerak”. (Mahkota Para Aulia, 2005)
nb : bagai gunung kokoh tak bergerak maksudnya dalam menghadapi ujian, beliau seperti gunung yang kokoh, tanpa mengeluh, tidak menolak, tidak marah, tidak meminta bantuan makhluk. Dan beliau menerima, ridho dan bersabar atas semua ketetapan dan takdir ALLAH yang ditimpakan kepadanya.
6. KESABARAN ABU UTSMAN AL-HIRIY
Suatu ketika Abu Utsman Al-Hiriy sedang berjalan disebuah lorong sempit, ketika seseorang -dari atap sebuah rumah- melemparkan sebuah baskom penuh abu diatas kepalanya. Segera ia turun dari tunggangannya dan melakukan sujud syukur, kemudian menepiskan abu itu dari pakaiannya. Ia pun melanjutkan perjalanannya tanpa mengatakan sesuatu. Beberapa diantara kawan-kawannya berkata kepadanya, “Tidakkah seharusnya anda memarahi mereka?”. Ia menjawab, “Orang yang layak baginya memperoleh hukuman api (neraka), lalu (oleh ALLAH) diberi keringanan dengan hanya menerima hukuman dengan abu, tidaklah patut baginya untuk marah!” (Al-Ghazali)
7. KESABARAN Uwais Al-Qaraniy
Dikisahkan bahwa Uwais Al-Qaraniy sering dilempari batu oleh sekelompok anak-anak, setiap kali mereka melihatnya. Lalu katanya, “Hai saudara-saudaraku, kalau memang harus kalian melempari aku, tolong lempari aku dengan batu yg kecil-kecil saja. Agar kalian tak melukai kakiku yg akan menghalangiku untuk sholat dg berdiri” (Al Ghazali)
8. KESABARAN Muhammad bin Ali at-Tirmidzi
“Apabila guru (Muhammad bin Ali at-Tirmidzi) marah kepada kalian, apakah kalian tahu?” seseorang bertanya kepada keluarga Tirmidzi.
“Ya, kami tahu” mereka menjawab, “Setiap kali ia marah kepada kami, maka ia bersikap lebih ramah daripada biasanya. Kemudian ia tidak mau makan dan minum. Ia menangis dan memohon kepada ALLAH : “Ya ALLAH, apa perbuatanku yg menimbulkan murka-MU sehingga ENGKAU membuat keluargaku sendiri menentangku? Ya ALLAH, aku mohon ampun-MU! Tunjukkanlah mereka jalan yang benar!” Apabila ia bersikap seperti demikian, tahulah kami bahwa ia sedang marah. Dan segeralah kamu bertaubat agar ia lepas dari dukacitanya itu” (Kisah Para SUfi (Wali), 1998)
9. KESABARAN Ahnaf bin Qais
Seorang laki2 mencaci Ahnaf bin Qais, sementara ia tidak menjawabnya. Namun orang itu terus mengikutinya sambil menujukan caciannya. Sehingga ketika telah berada dekat dg kampung tempat tinggalnya, Ahnaf berhenti dan berkata, “Kalau masih ada yg tersisa dari cacian anda, katakanlah sekarang. Agar tak terdengar oleh beberapa anak2 nakal dikampungku, dan mengganggu anda karenanya (Al-Ghazali)
10. KESABARAN QAIS BIN ASHIM
Pernah ditanyakan kepada ahnaf bin Qais, “Dari siapakah anda belajar menjadi seorang penyantun (penyabar dan pemaaf)?”
“Dari Qais bin Ashim”, jawab Ahnaf
“Sampai seberapa jauh kesantunannya itu?” tanya orang itu
“Pada suatu ketika, ia sedang duduk di rumahnya, ketika seorang budak perempuan membawakan untuknya daging bakar di atas sebuah nampan yang panas. Malang baginya, nampan itu terjatuh diatas kepala seorang bayi, putra Qais, yang menyebabkan kematiannya. Si budak itu menjadi amat ketakutan, namun Qais berkata kepadanya, “Tidak usah kamu merasa takut, sejak kini kumerdekakan kamu, semata-mata demi mengharap keridhaan ALLAH SWT” (Al-Ghazali)
11. KESABARAN ABU UTSMAN AL-HIRIY
Suatu ketika, Abu Utsman AL-Hiriy diajak makan oleh seorang yang sengaja ingin mengujinya. Maka ketika sampai dirumahnya, orang itu berkata, “Tak ada urusanku denganmu!”. Mendengar itu, Abu Utsman segera pulang. Tetapi, belum begitu jauh ia melangkah, si pemilik rumah memanggilnya kembali. Dan kembalilah ia. Namun ketika sampai di depan rumahnya, orang itu berkata lagi, “Hai Ustadz, pulanglah!”. Dan ia pun melangkah untuk pulang, sedangkan si pemilik rumah membiarkannya pergi sebentar, lalu memanggilnya kembali, untuk ketiga kalinya. Abu Utsman menurut saja, dan kembali mendatangi orang itu. Ketika sampai didepan pintunya, orang itu berkata, “Aku tidak punya waktu untukmu!”. Dan sekali lagi Abu Utsman melangkah pulang, tetapi orang itu memanggilnya lagi. Begitulah seterusnya, berulang kali ia memperlakukan ABu Utsman seperti itu, sementara Abu Utsman tidak menunjukkan kekesalan hatinya sedikit pun. Sampai akhirnya, si pemilik rumah bersimpuh dibawah kedua kaki Abu Utsman, seraya berkata, “Wahai Ustadz, sesungguhnya aku hanya ingin menguji kesabaranmu. Betapa mulianya akhlak Anda!”. Maka berkatalah Abu Utsman, “Sesungguhnya yg anda lihat dariku itu, tak lebih dari perangai seekor anjing (merasa tak berharga dihadapan ALLAH), apabila dipanggil, ia segera datang, dan apabila dibentak, ia pun terdiam”. (Al-Ghazali)

12. KESABARAN JALALUDIN AR-RUMI
Suatu hari Jalaluddin Ar-Rumi bertemu dg dua orang yg sedang bercek-cok. Salah seorang diantaranya berkata, “Kalau kamu berkata sepatah kata, aku akan membalas dg sepuluh kata”. Mendengar omelan itu, Jalaluddin menyela, “Contohlah aku! kalau kalian berkata kepadaku 1000 kali, aku tidak akan membalas sepatah kata pun”. Seketika itu juga keduanya bersimpuh dikakinya, dan kembali rukun

Ridha Terhadap Takdir dan Ketetapan ALLAH


1. BERAMALLAH MENUJU TAKDIRMU
Rosulullah saw bersabda, “Tidak seorang pun dari kalian melainkan telah ditentukan tempat duduknya di neraka, dan tempat duduknya di surga”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rosulullah, apakah kami cukup bergantung (bersandar) kepada catatan takdir kami?”. Beliau menjawab, “Bekerjalah (beramallah), karena masing-masing telah dimudahkan untuk apa yg ia diciptakan karenanya”.(HR Bukhari Muslim)

2. RIDHO ATAS SEMUA TAKDIR-NYA
Apabila engkau tidak ridha dengan takdir, tidak bersabar atas ujian dan tidak bersyukur atas nikmat, maka tidak akan ada Tuhan bagimu, carilah Tuhan selain ALLAH, padahal engkau tahu tidak ada Tuhan selain ALLAH. Apabila engkau mau, ridhalah dengan takdir, pecayalah kepada ketetapan-NYA, baik ataupun buruk, manis ataupun pahit. Sesungguhnya sesuatu yang akan menimpamu tidak akan luput darimu, dan sesuatu yang harus luput darimu tidak akan menimpamu sama sekali, baik denganm usaha ataupun upaya (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

3. MENENTANG TAKDIR-NYA
Sebagian ahli sufi mengatakan,”Terimalah ketetapan ALLAH pada makhluk, dan jangan menerima keinginan makhluk pada Khaliq”. Bagaimana aku bisa peduli, sedangkan engkau berbuat maksiat kpd ALLAH, meremehkan perintah2-NYA dan juga larangan2-NYA. Engkau menentang ketetapan dan takdir-NYA, bahkan engkau memusuhi-NYA siang dan malammu. Sungguh engkau (yg menentang takdir-NYA) sangat terkutuk. (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

4. RIDHO ATAS TAKDIR ALLAH AKAN MENYEJUKKAN HATI
RIDHA atas ketetapan TAKDIR lebih baik daripada memperoleh dunia tetapi disertai penentangan terhadap takdir. Manisnya keridhaan itu lebih manis terasa dihati para shiddiqiin, daripada melajur keinginan syahwat dan kesenangannya. Hal itu lebih manis bagi hati mereka dari pada dunia dan seisinya, karena ia menyejukkan kehidupan dalam setiap keadaan (Syaikh ABdul Qadir Jailani)

5. ASAL ALLAH RIDHA
Betapa indahnya keadaan seorang mukmin didunia maupun di akhirat. Di dunia dia tdk mempedulikan segala sesuatu, asalkan ALLAH ridha kepadanya. Dimanapun dia berada, dia akan memperoleh bagiannya. Kemanapun dia menghadap, dia akan memandang cahaya-NYA. Tidak akan ada kegelapan baginya, dan semua isyarat-NYA tertuju kepadanya. Keyakinannya hanya kepada ALLAH SWT demikian juga ketawakalannya (Syaikh ABdul Qadir Jailani)

6. MENGGAPAI RIDHA ALLAH
Ridha ALLAH, bergantung pada ridha kita pada-NYA, ridha pada setiap ketentuan dan ketetapan ALLAH, yang baik maupun yang buruk. Mau menerima dengan rela dan senang hati, setiap keadaan dan kejadian yang datang pada kita, yang baik maupun yang buruk. Sedih dan bahagia, kesuksesan dan kebangkrutan, hidup sengsara dan hidup enak dan lain sebagainya. Kita terima dengan kadar yang sama, tanpa membedakan diantara keduanya, tidak pernah mengeluh dan tidak pernah merasa benar untuk menanggungnya. Inilah tanda-tanda ridha ALLAH pada diri manusia. Barangsiapa yang sudah bersikap dan berbuat seperti itu, berarti ALLAH sudah ridha padanya. (Tasawuf Di Dalam Diri Ada ALLAH, 2011)

7. ALLAH LEBIH TAHU DARIPADA AKU
Barang siapa yg ingin mencapai derajat ridho terhadap takdir ALLAH SWT hendaklah ia selalu mengingat kematian, karena dg mengingatnya akan meringankan bencana yg menimpa. Jangan berprasangka buruk terhadap-NYA atas bencana yg menimpa diri, harta dan keluarga. Tetapi katakanlah, “ALLAH SWT lebih tahu daripada aku”. Bencana tsb akan tercabut darimu dan kebaikan dan kenikmatan akan datang. (Syaikh Abdul Qadir jailani)

8. RIDHO DALAM KEFAKIRAN
Ridholah dalam kefakiranmu, karena itu akan menjagamu dari kemaksiatan. Apabila tidak, bisa jadi engkau akan tenggelam dalam kemaksiatan. Seandainya ALLAH menjadikanmu fakir dan lemah, sesungguhnya DIA hendak memeliharamu. Apabila engkau sabar atas pilihan-NYA, maka engkau akan memperoleh pahala disisi-NYA yg tak terhitung oleh dirimu atau penduduk dunia sekalipun (Syaikh Abdul Qadir Jailani)

9. RIDHO ATAS SEMUA PERBUATAN-NYA
Seorang muslim akan senantiasa setuju terhadap ketetapan-NYA dan ridho atas setiap takdir dan perbuatan-NYA.
Apabila kita tidak menerima datangnya musim kemarau, maka kemarau tersebut akan mendatangkan kesempitan, demikian juga apabila kita tidak menerima ketetapan datangnya musim penghujan, maka kedatangannya hanya akan menjadi siksa.
Kerelaan kita terhadap takdir-NYA yang mendatangkan dua musim tersebut, akan menghilangkan akibat buruk apapun yang datang karena keduanya.
Demikian halnya, penerimaan kita terhadap ujian dan cobaan, akan menghilangkan sedih, perih, dan kesempitan yang lahir darinya.
Alangkah menakjubkan keadaan para Wali itu, betapa baiknya keadaan mereka. Apapun yang ditimpakan ALLAH SWT kepada mereka, semuanya menjadi kebaikan (Syaikh Abdul Qadir Jailani)
10. TAKDIR ALLAH PASTI TERJADI
Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi SUlaiman bin Daud as. Malaikat Maut melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada salah seorang pembantu Nabi Sulaiman as. Ketika Malaikat Maut keluar, laki-laki itu bertanya, “Wahai Nabi ALLAH, siapakah orang yang masuk tadi?”
Nabi SUlaiman as menjawab, “Malaikat Maut”
Laki-laki itu berkata, “Aku takut Malaikat Maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya”.
Nabi Sulaiman as berkata, “Bagaimana caramu menghindar darinya?”
Laki-laki itu menjawab, “Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku”
Nabi Sulaiman as menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju. Malaikat Maut kembali dan menemui Nabi SUlaiman as. Kemudian Nabi Sulaiman as bertanya kepada Malaikat Maut, “Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?”
Malaikat Maut berkata, “Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir ALLAH SWT” (Al-Ghazali)

Keutamaan Mempelajari Fiqih dan Ilmu Agama


1. Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar. (HR. Bukhari)

2. Para ulama fiqih adalah pelaksana amanat para rasul selama mereka tidak memasuki (bidang) dunia. Mendengar sabda tersebut, para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa arti memasuki (bidang) dunia?" Beliau menjawab, "Mengekor kepada penguasa dan kalau mereka melakukan seperti itu maka hati-hatilah terhadap mereka atas keselamatan agamamu. (HR. Ath-Thabrani)

3. Rasulullah Saw bersabda : "Ya Allah, rahmatilah khalifah-khalifahku."

Para sahabat lalu bertanya, "Ya Rasulullah, siapakah khalifah-khalifahmu?"
Beliau menjawab, "Orang-orang yang datang sesudahku mengulang-ulang pelajaran hadits-hadits dan sunahku dan mengajarkannya kepada orang-orang sesudahku." (HR. Ar-Ridha)

KEUTAMAAN WAKTU ANTARA MAGHRIB DAN ISYA



Kita harus ada satu waktu yang mana waktu tersebut sangat pendek yaitu waktu antara shalat magrhrib dan shalat isya dan waktu tersebut mempunyai beberapa keutamaan :

Pertama

Dari Tsauban RA berkata Rasululloh bersabda

Barangsiapa yang I'tikaf diantara magrib dan isya di dalam masjid dan tidak berbicara apa-apa kecuali di pergunakan untuk sholat dan baca al quran dan wajib baginya untuk di masukkan ke dalam surga ( al hadist )

Kedua

Dari Abu Hurairah RA berkata Rasululloh bersabda

Barangsiap sholat enam rekaat sesudah sholat maghrib dan tidak berkata kata yang jelek maka sholatnya menyamai ibadah dua belas tahun

Ketiga

Dari Masruq dari Ibnu Abbas RA berkata Rasululloh bersabda

Barangsiapa yang sholat dua belas rekaat sesudah sholat magrib dan setiap rekaat membaca surat al fatikhah sekali dan surat al ikhlas tiga kali maka semua dosanya di ampuni oleh Allah SWT

Ke empat

Dari Ibnu Umar RA Rasululloh bersabda

Barangsiapa sholat dua puluh rekaat antara maghrib dan isya dan setiap rekaat membaca al fatikhah sekali dan al ikhlas sekali maka Allah akan menjaga keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya, agamanya, dunianya, akhiratnya, tetangganya, rumahnya, di mudahkan dari sakaratul maut, dari goncangan hari kiyamat, di mudahkan lewat jembatan shirotol mustaqon seperti petir ( barqi ), dan di masukkan ke surga bersama golongan shiddiqin.

Inilah kemulian waktu antara magrib dan isya'.

KEUTAMAAN SHALATNYA WANITA DIRUMAHNYA SENDIRI

KEUTAMAAN SHALATNYA WANITA DIRUMAHNYA SENDIRI

Dalam bagian ini akan membicarakan tentang keutamaan shalatnya orang perempuan (istri) di rumahnya sendiri dan shalatnya itu lebih utama di banding shalat orang perempuan di masjid, sekalipun berjamaah dengan Rasulullah.

Humaid As Sa’idi meriwayatkan tentang seorang perempuan yang datang kepada Rasulullah perempuan itu bertanya:
WaHai Rasulullah, sesungguhny aku sangat senang jika shalat berjamaah denganmu”.
Nabi menjawab:”Aku tau kamu senang shalat berjamaah denganku.
Tetapi shalatmu di rumahmu sendiri lebih utama dari pada shalatmmu di kamarmu dan shalatmu di kamarmu lebih utama di banding shalatmu diserambi rumahmu dan shalatmu di serambi rumahmu lebih utama di banding shalatmu di masjidku ini”.

Yang demikian itu tidak lain untuk menjaga agar ketertutupan dirinya sebagai hak yang perlu di jaga.

Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya shalatnya orang perempuan di rumahnya lebih baik dari pada shalat di kamarnya, dan sesungguhnyalah shalatnya seorangperempuan di kamarnya lebih baik dari pada shalatnya di serambi rumahnya, dan shalatnya seorang perempuan di serambi rumahnya itu lebih baik dari pada shalatnya di masjid”. (al hadits riwayat Al baihaqi dari Aisyah Ra)

Rasulullah S.A.W bersabda :”shalat seorang perempuan di rumahnya lebih utama dari pada shalatnya di kamarnya dan shalatnya di dalam ruangan yang berada di tengah tengah rumahnya lebih baik dari pada shalatnya di serambi rumahnya”.
Diriwayatkan oleh abi daud dari ibnu mas’ud dan riwayat Al hakim dari Ummu salamah.

Rasulullah S.A.W bersabda:”SHALAATUL MAR-ATI WAHDAHAA TAFDHULU ‘ALAASHALAATIHAA FIL JAM’I BIKHAMSIN WA’ISYRIINA DARAJATAN

Shalatnya seorang wanita sendirian menyamai shalatnya dalam berjamaah denga memperoleh dua puluh lima derajat “. (di riwayatkan oleh Ad Dailami dari ibnu ‘umar)
Menurut suatu pendapat, shalat seorang wanita yang demikian itu berlaku bagi perempuan yang masih lajang, yakni belum kawin

Jumat, 14 Maret 2014

KEWAJIBAN BERMAZHAB


Mengenai keberadaan negara kita di indonesia ini adalah bermadzhabkan Syafi'i, demikian guru guru kita dan guru guru mereka, sanadz guru mereka jelas hingga Imam syafii, dan sanadz mereka muttashil hingga Imam Bukhori, bahkan hingga Rosulalloh Shollallohu 'Alaihi Wasallam, bukan orang orang masa kini yg mengambil ilmu dari buku terjemahan lalu berfatwa untuk memilih madzhab semaunya,
Benar bahwasanya kita mesti menyesuaikan dengan keadaan, bila kita di Makkah misalnya, maka madzhab disana kebanyakan Madzhab Hanafi, dan di Madinah madzhab kebanyakannya adalah Maliki, selayaknya kita mengikuti madzhab setempat, agar tak menjadi fitnah dan dianggap lain sendiri. Beda dengan sebagian muslimin masa kini yang gemar mencari yang aneh dan beda, tak mau ikut jama'ah dan cenderung memisahkan diri agar dianggap lebih alim dari yg lain. Hal ini adalah dari ketidak fahaman melihat situasi suatu tempat dan kondisi masyarakat.
Memang tak ada perintah wajib bermadzhab secara shariih, namun bermadzhab wajib hukumnya, karena Qoidah syari'ah adalah Maa Yatimmul waajib illaa bihi fahuwa wajib. Yaitu apa apa yang mesti ada sebagai perantara untuk mencapai hal yang wajib, menjadi wajib hukumnya.
Misalnya kita membeli air, apa hukumnya?
Tentunya mubah saja, namun bila kita akan sholat fardlu tapi air tidak ada, dan yang ada hanyalah air yg harus beli, dan kita punya uang, maka apa hukumnya membeli air?
Dari mubah berubah menjadi wajib tentunya, karena perlu untuk sholat yang wajib.
Demikian pula dalam syari'ah ini, tak wajib mengikuti madzhab, namun karena kita tak mengetahui samudra syari'ah seluruh madzhab, dan kita hidup 14 abad setelah wafatnya Rosulalloh Shollallohu 'alaihi wasallam, maka kita tak mengenal hukum ibadah kecuali menelusuri fatwa yang ada di imam imam muhaddits terdahulu, maka bermadzhab menjadi wajib.
Karena kita tak bisa beribadah hal hal yang fardlu / wajib kecuali dengan mengikuti salah satu madzhab itu, maka bermadzhab menjadi wajib hukumnya. Dan berpindah pindah madzhab tentunya boleh boleh saja bila sesuai situasinya. Ia pindah ke wilayah malikiyyun maka tak sepantasnya ia berkeras kepala dengan madzhab Syafi'inya. Demikian pula bila ia berada di indonesia, wilayah madzhab Syafi'i, tak sepantasnya ia berkeras kepala mencari madzhab lain.
Sebagaimana suatu contoh kejadian ketika Zeyd dan Amir sedang berwudlu, lalu keduanya ke pasar, dan masing masing membeli sesuatu di pasar seraya keduanya menyentuh wanita, lalu keduanya akan sholat, maka Zeyd berwudhu dan Amir tak berwudluu.
Ketika Zeyd bertanya pada amir, "mengapa kau tak berwudlu? bukankah kau bersentuhan dengan wanita?"
Maka Amir berkata : "Aku bermadzhabkan Maliki dan madzhab Maliki tak batal wudhu bila bersentuhan dengan wanita."
Maka zeyd berkata : "wudlu mu itu tak sah dalam madzhab Maliki dan tak sah pula dalam madzhab Syafi'I, karena madzhab Maliki mengajarkan wudlu harus menggosok anggota wudlu, tak cukup hanya mengusap, namun kamu tadi berwudlu dengan madzhab Syafi'i, yaitu mengusap. Dan lalu dalam masalah bersentuhan kamu ingin mengambil madzhab Maliki, maka bersuci mu kini tak sah secara maliki dan telah batal pula dalam madzhab Syafi'i."
Demikian contoh kecil dari kesalahan orang yang mengatakan bermadzhab tidak wajib.
Mengenai ucapan para Imam Imam itu adalah untuk kalangan para mujtahid, mereka yang sudah melewati derajat Al Hafidz, yaitu pakar hadits, yaitu yang telah hafal 100.000 hadits berikut sanadz dan hukum matannya, maka selayaknya jangan sembarang mengekor saja, Tapi lihat dulu sumber sumbernya yang benar, karena ia ahli dalam hadits, maksudnya adalah barangkali ada hal yang perlu dibenahi dari imam imam itu maka benahilah..
Sebagaimana Imam Bukhori, ia hafal 600.000 hadits berikut sanadz dan hukum matannya saat usianya belum mencapai 20 tahun, orang seperti ini mesti terjun untuk meneliti hadits, jangan ikut ikutan fatwa para Imam Imam lainnya karena ia mengerti tentang hukum hadits.
Beda dengan wahabi salafy konyol masa kini, mereka tak hafal satupun hadits disertai sanadz dan hukum matannya. Karena satu hadits pendek saja kalau disertai sanadz dan hukum matannya bisa jadi dua halaman panjangnya, dan mereka wahabi itu tak hafal satupun hadits berikut sanadz dan hukum matannya, mereka cuma nukil dari buku buku yang ada.
Imam Ahmad bin Hanbal hafal 1.000.000 (satu juta) hadits berikut sanadz dan hukum matannya, dan ia adalah murid Imam Syafii. Sahabat bisa bayangkan Jika Imam Ahmad hafal 1 juta hadits namun ia hanya sempat menulis sekitar 20 ribu hadits saja, maka sekitar 980.000 hadits yang ada padanya sirna ditelan zaman.
Imam Bukhori hanya mampu menulis sekitar 7.000 hadits saja, lalu sekitar 593.000 hadits lainnya sirna di telan zaman. Maka yang tersisa adalah fatwa fatwa mereka pada murid murid mereka.
Lalu kita akan ikut siapa???
Akankah kita berpegang pada buku hadits yang ada di masa kini yang tidak mencapai 1% dari hadits yang ada dimasa lalu???
Atau berpegang pada fatwa fatwa murid murid para imam itu yang telah lengkap menjawab seluruh cabang masalah???
Kita harus mengikuti siapa???
Tentunya kita mengikuti para Imam itu karena tahu betul merekalah ahli hadits. Kita tak tahu ratusan atau jutaan hadits itu karena sudah tidak ada.
Kalau kita bandingkan maka pendapat para wahabi itu mereka ingin membuat madzhab baru dengan patokan 1% hadits yang ada, dan menjatuhkan fatwa para imam imam tersebut...
Al-bani tidak sampai ke derajat Al-hafidz (hafal 100.000 hadits dengan sanadz dan hukum matannya). Ia hanya menukil nukil, dan ia sendiri tak punya sanadz hadits. Ia hanya baca dari sisa sisa hadits yang ada lalu berfatwa menentang para Imam Ahlussunnah waljama'ah.
Di bawah Imam Syafi'i ada ribuan AL-Hafidz yang menelusuri fatwa Imam Syafi'i dan setuju. Dibawah Imam Ahmad bin Hanbal dan para imam imam lainnya pun demikian...
Inilah hebatnya Imam Imam Ahlussunnah Wal Jama'ah, semua berasal dari satu rumpun, Imam Ahmad bin Hanbal adalah murid Imam Syafi'i, dan Imam Syafi'i adalah murid Imam Maliki, dan Imam Maliki adalah sezaman dengan Imam Hanafi, keduanya belajar dari Tabi'in dan shohabat Rosulalloh shollallohu 'alaihi wasallam, dan para shohabat berguru pada Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam. Demikian ribuan para Hafidzul Hadits dari generasi ke generasi hingga kini dalam satu rumpun besar Ahlussunnah Wal Jama'ah.
Muncullah sempalan pada akhir zaman ini yang menentang mereka, dan memisahkan diri dari Rumpun besar Ahlussunnah Wal Jama'ah dari 4 madzhab besar ini, dan Rosulallohu shollallohi 'alaihi wasallam bersabda : "Barangsiapa yang memisahkan diri dari Jama'ah Muslimin sejengkal saja, lalu ia wafat maka ia mati dalam kematian jahiliyyah." (Shohih Bukhori)
قال صلى الله عليه وسلم "اتبعوا السواد الاعظم" ولما اندرست المذاهب الحقة بانقراض ائمتها الا المذاهب الاربعة التي انتشرت اتباعها كان اتباعها اتباعا للسواد الاعظم والخروج عنها خروجا عن السواد الاعظم. اھ
Nabi Shollallohu 'alahi wasallam. bersabda: "Ikutilah mayoritas (umat Islam)."
Dan ketika madzhab-madzhab yang benar telah tiada, dengan wafatnya para imamnya, kecuali empat madzhab yang pengikutnya tersebar luas, maka mengikuti madzhab empat tersebut berarti mengikuti mayoritas, dan keluar dari madzhab empat tersebut berarti keluar dari mayoritas. (Muhammad Bahith Al-Muthi’i, Sullam Al-Wushul Syarah Nuhayah Al-Sul, Mesir, Bahrul Ulum,Jilid III, h. 921 dan jilid IV h. 580 dan 581)
حدثنا العباس بن عثمان الدمشقي . حدثنا الوليد بن مسلم . حدثنا معاذ بن رفاعة السلامي . حدثني أبو خلف الأعمى قال سمعت أنس بن مالك يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم : يقول إن أمتي لا تجتمع على ضلالة . فإذا رأيتم اختلافا فعليكم بالسواد الأعظم
"Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham)" (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al-Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al-Hafidz As-Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)

Janganlah berputus asa atas Rahmat Allah


"Janganlah berputus asa atas rahmat Allah. Sungguh, tiada orang yang berputus asa atas rahmat Allah, kecuali orang yan...g kafir"." (QS : Yusuf : 87)
Saya tidak pernah membayangkan bahwa dalam hati orang yang beriman kepada Allah dapat dihinggapi penyakit putus asa dan pesimis. Betapapun gelapnya jalan yang akan dilalui, beratnya penderitaan yang menimpa, dan tegarnya halangan merintang.
Al-Qur'an menempatkan rasa putus asa ini sekedudukan dengan kekufuran dan menyejajarkan dengan kesesatan.

Firman-Nya :
""Tiada yang berputus harapan mengenai rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat"." (QS : al-Hijr : 56)
Dan al-Qur'an juga telah menegaskan adanya undang-undang alam (sunatullah) yang tak kan berganti.

Firman-Nya:
""Begitulah hukum Allah yang berlaku terhadap orang-orang yang terdahulu, dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada hukum Allah itu"". (QS : al-Ahzab : 56)
Sesungguhnya hari-hari itu beredar diantara manusia, senantiasa berganti dan bertukar, keadaan pun senantiasa berubah. Orang yang kuat tidak selamanya kuat, yang berkuasa tidak selamanya berkuasa, yang lemah tidak selamanya lemah. Keadaan itu akan silih berganti menimpa umat dan bangsa, sebagaimana yang terjadi pada perorangan.

Firman-Nya :
""Dan hari-hari itu Kami pergilirkan diantara manusia, karena Allah hendak menunjukkan siapa yang benar-benar beriman dan siapa pula yang gugur diantaramu yang dapat disebut syuhada'. Namun Allah tiak menyukai orang-orang yang zalim"." (QS : Ali Imran : 140).
Hikmah Allah pada semua itu ialah hendak menguji orang-orang mukmin, hendak mencoba orang-orang yang benar, hendak membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Lalu dijadikannya yang buruk itu berbaku hantam sesamanya, saling menjatuhkan satu sama lain. Kemudian semua yang buruk itu ditenggelamkan dalam negara jahanam.

Firman-Nya :
""Karena Allah hendak memisakan golongan yang buruk dari golongan yang baik dan meletakkan golongan yang buruk itu diatas yang lain, semuanya bertumpang tindih sesamanya, untuk kemudian dimasukkannya ke dalam neraka jahanam. Mereka itulah orang-orang yang meRUGIi"." (QS : al-Anfal : 37)
Dan untuk memberi balasan kepada orang-orang yang benar yang konsisten dan komitmen pada kebenaran, diberi-Nya pertolongan dan kemenangan di dunia dan diberinya ganjaran dan ampunan di akhirat.

Firman-Nya :
""Dan akan kami uji kamu sehingga Kami tahu siapa diantara kamu yang berjihad dan siapa yang sabar. Dan Kami akan menguji berita-berita mengenai kamu"."(QS : Muhammad :31)
""Apakah kamu kira bahwa kamu masuk surga, sedangkan Allah tiada mengenalorang yang berjihad diantara kamu dan orang yang menunjukkan kesabaran?"." (QS : Ali Imran : 142)
""Apakah kamu mengira bahwa kamu masuk surga tanpa cobaan seperti yang menimpa orang yang sebelum kamu? Malapetaka dan sengsara menimpa mereka, dan hatinya demikian berguncang, sehingga Rasul dan orang yang beriman bersamanya berkata, "Bilakah datang pertolongan Allah? Sungguh pertolongan Allah selalu dekat"."(QS : al-Baqarah : 214)
Ya, pertolongan itu begitu dekat manakala keadaan sudah sangat kritis, pandangan sudah layu, da hati terasa hampir lepas.

Firman-Nya :
""Sehingga apabila Rasul-rasul berputus asa dan mengira mereka dianggap pendusta, datangnya kepadanya pertolongan Kami, dan diselamatkanlah orang-orang yang Kami kehendaki. Tapi tiada hukuman Kami dapat ditolak dari kaum yang pendusta". "(QS : Yusuf : 110).
Ya, hukum Allah ini tidak berbeda dengan yang berlaku kepada umat terdahulu. Betapa banyaknya umat yang asalnya lemah duduk bersimpuh, setelah sekian lama kemudian bangkit. Mereka bergerak setelah sekian lama membeku. Dan betapa banyaknya bangsa ayang asalnya hidup dalam kemewahan, naman karena mengkufuri nikmat Allah, lalu hilang eksistensinya, tidak ada lagi wujudnya. Mereka dihancurkan oleh Allah dengan kelaparan dan ketakutan gara-gara ulah mereka sendiri.

Firman-Nya :
""Allah membuat perumpamaan sebuah negeri yang aman tentram, rizkinya berlimpah ruah dari setiap penjuru, namun penduduknya ingkar akan nikmat Allah, maka Allajh merasakan kepada lapar, dan ketakutan meliputinya sebagai pakaian, disebabkankejahatan mereka lakukan"." (QS : An-Nahl : 112)
""Dan betapa banyak Kami binasakan penduduk negeri yang menyombongkan mata pencahariannya.Sekarang tempat-tempat kediaman mereka - sesudah mereka tiada - telah ditinggalkan, kecuali beberapa. Dan Kamilah Pewarisnya"." (QS : Al-Qashash : 58)
""Bila Kami bermaksud membinasakan suatu negeri, Kami berikan perintah kepada mereka yang didalamnya hidup mewah (supaya patuh), namun mereka melanggar aturan. Maka sepantasnya berlaku kutukan atas mereka, lalu Kami pun membinasakannya hancur berantakan"." (QS : al-Isra' : 16)
""Dan Kami beri keputusan kepada Bani Israel dalam al-Kitab : Dua kali kamu berbuat kerusakan di muka bumi, dan kamu pasti akan merasa sombong di muka bumi dengan kesombongan yang besar. Maka ketika tiba yang pertama dari kedua peringatan, Kami utus kepaamu hamba-hamba Kami yang punya kekuatan dahsyat. Mereka menggeledah bagian-bagian yang paling dalam dari rumah-rumahmu. Dan itu adalah peringatan yang pasti dilaksanakan. Kemudian Kami beri kamu lagi giliran melawan mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta kekayaan dan anak-anak,dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar"

".(QS : al-Isra' : 4-6)
""Sungguh Fir'aun menyombongkan diri dalam negeri dan menjadikan penduduknya terpecah-belah dengan menindas segolongan dari mereka. Ia sembelih putera-putera mereka dan dibiarkannya hidup anak-anak perempuannya. Sungguh ia masuk golongan yang merusak. Kami ingin memberi karunia kepada mereka yang tertindas dimuka bumi, menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan pewaris-pewaris,dan Kami teguhkan mreka diatas bumi. Dan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Hamam berserta tentaranya apa yang mereka kuatirkan dari mereka itu"". (QS : al-Qashash : 4-6)
Al-Qur'an sebagai firman Allah ini, menegaskan bahwa Allah akan memberikan bantuan kepada orang-orang yang SABAR yang tidak pernah dihinggapi rasa pesimis dan putus harapan bahwasanya mereka akan memperoleh kekuatan karena rahmat dan kekuasaan Allah. Suatu kekuatan yang melebihi kekuatan semua makhluk.Suatu kekuatan yang tak dapat dicapai oleh usaha manusia semata-mata,dan .. tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri.

Firman-Nya :
""Mereka yang kepadanya orang berkata : "Orang-orang telah berkumpul akan melawan kamu, maka takutilah mereka!" Tapi mereka bertambah imannya karenanya, dan mereka berkata, "Allah cukup bagi kami, dan Ia lah sebaik-baik pengatur segara urusan". Dan mereka pun kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Tiada bencana menyentuhnya, karena mereka mengikuti keridhaan Allah.Dan Allah pemiliki karunia yang tiada tepermanai. Itu hanyalah syetan menakuti-nakuti dengan kawan-kawannya. Maka janganlah kamu takut kepadanya, tapi takutlah kepada-Ku, jika kamu beriman"."(QS : Ali Imran : 173-175)

""Dua orang laki-laki diantara orang yang taqwa, yang beroleh karunia dari Allah, berkata, "Masuklah kamu menemui mereka melalui pintu gerbang. Jika kamu telah masuk ke dalam, pastilah kamu menang. Tawakallah kepaa Allah,jika kamu orang beriman"." (QS : Al-Maidah : 23)
Kadang-kadang tidak terlintas hati orang-orang mukmin yang sabar itu bahwa mereka akan dapat mencapai hal ini dengan begitu muah, atau akan terwujud apa yang mereka cita-citakandan mereka harapkan. Memang Allah Yang Mahaluhur mendekatkan kepada mereka apa-apa yang jauh, memudahkan apa yang sukar, dan menyempurnakan pertolongan kepada mereka tanpa mereka duga sebelumnya.

Firman-Nya :
""Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab dari rumah mereka sendiri pada waktu pengusiran pertama kali. Tiada kamu sangka mereka akan keluar, dan mereka menyangka dapat bertahan dalam benteng-bentengnya terhadap Allah. Lalu hukuman Allah datang kepada mereka dari tempat yang tiada mereka sangka. Dan Ia lontarkan ketakutan dalam hati mereka. Mereka hancurkan rumah-rumah mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri dan tangan-tangan orang beriman. Maka ambillah ini sebagai pelajaran,wahai orang-orang yang punya pandangan tajam! Sekiranya Allah tiada menentukan pengusiran bagi mereka, tentulah Ia telah siksa mereka di dunia, sedang di akhirat mereka pasti mendapat siksaan api neraka"." (QS : al-Hasyr : 2-3).
""Dan Allah menghalau orang-orang kafir yang penuh kemarahan, sehingga mereka tiada memperoleh keuntungan. Dan cukuplah Allah bagi orang-orang mukmin dalam perangnya. Allah Mahakuat, Maha Perkasa.Ia turunkan orang-orang ahli kitab yang menolong mereka dari benteng-bentengnya, dan Ia masukkan ketakutan dalam hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebagian lagi kamu tawan. Dan Ia jadikan kamu pewaris tanah-tanah,rumah-rumah,harta henda mereka,dan tanah yang belum pernah kamu injak sebelumnya. Allah berkuasa atas segala se suatu"." (QS : al-Ahzab : 25-27)
Maka, wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Kitab al-Qur'an yang mulia ini, apakah pantas anda mengatakan," "Apakah yang akan kita perbuat? Padahal kita hanyalah kaum yang lemah sedangkan mereka adalah bangsa yang kuat?"".

Apakah dapat dikatakan sebagai sikap yang baik, jika salah seorang dari kalian surut ke belakang?Padahal dalam hatinya terdapat rasa optimism yang besar dan dibelakangnya ada pertolongan yang akan menguatkan barisan perjuangannya ..?
Wallahu'alam.

Salam santun