Laman

Rabu, 03 Januari 2018

Waktu adalah perkara yang paling berharga …

Bismillahirrahmanirrahim

Namun ia dah jadi perkara yang paling murah bagi kita saat ini.
Renungkan …
Setiap hari kita lalui waktu yang begitu banyak tanpa faedah.
Banyak waktu yang kita habiskan dengan hal yang membawa kepada kelalaian.
Sungguh hari ini … dengan teknologi yang semakin canggih kita dengan mudah diperdaya.
Hal ini sangat merugikan ... Sangat sayang kita berada dalam kealpaan, kelupaan, senda gurau dan kelalaian.
Kita tak ada kesungguhan dalam ad diin ... dalam amalan... dalam melaksanakan amanah kita pada Allah dan Rasul.
★بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
★Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.
~ Al Mukminun:99 -100 ~
☆Sesungguhnya kuburan adalah awal persinggahan akhirat, jika selamat darinya maka yang setelahnya akan lebih mudah darinya dan jika tidak selamat maka yang setelahnya lebih berat darinya.☆
☆Tidak pernah aku melihat pemandangan yang amat mengerikan kecuali seksa kubur lebih mengerikan darinya.☆
~ HR Ibnu Majah ~
Saudara ku …
Kematian bukanlah berhenti segalanya. Kematian adalah permulaan kehidupan yang sebenar.
Perkuburan bukanlah satu tempat beristirehat yang terakhir sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang.
Alam perkuburan adalah awal permulaan kita di pertanggung jawab kan ...
Andai setelah mati kita dibiarkan ...
Tentu kematian adalah pengistirehatan bagi setiap yang hidup ...
Namun tetapi setelah mati kita akan dibangkitkan...
Lalu kita akan ditanya tentang semua yang telah kita lakukan ...
Saudara ku ...
Ketika di dunia kita bebas lakukan apa yang di kehendaki ... Perbuatan, bicara dan tulisan apa saja yang di sukai...
Namun siapkanlah jawapan yang tepat atas segala pertanyaan pada persidangan akhirat.
Kematian bukanlah awal peristirehatan akan tetapi awal dari pertanggung jawab.
Tanyakan pada diri kita apa persiapan menuju ke hari itu ?
Perbekalan apa yang telah dipersiapkan?
Atau kita masih dilalaikan dengan mengejar dunia dan perhiasannya?!
Sedangkan harta dunia tak kita bawa ke kuburan.Yang kita bawa hanya amal sholeh dan ilmu yang bermanfaat.
Ada kah saat ini hati kita tak merasa takut kepada Allah??
Sampai bila kita akan terus mengejar dunia dan melupakan kehidupan akhirat?!
Ketika ajal menjemput disanalah lisan akan mengucapkan satu penyesalan yang benar...
Namun ... Penyesalan di waktu itu dah tak berguna lagi ...
∵ Berbekallah engkau dengan taqwa kerana engkau tidak tahu apabila malam kian kelam apakah engkau masih hidup pada saat fajar.
∵ Berapa banyak pemuda yang tertawa riang pagi dan petang hari sementara kain kafannya telah ditenun namun mereka tidak tahu.
∵ Berapa banyak mempelai wanita yang dihias untuk suaminya, akan tetapi malaikat maut datang mencabut nyawanya di malam hari.
∵ Berapa banyak anak kecil diharapkan panjang umurnya… Namun tubuh mereka telah dimasukkan ke dalam gelapnya kuburan.
∵ Berapa ramai orang sihat namun wafat tanpa penyakit yang mendahuluinya dan betapa ramai orang yang sakit namun ia hidup dalam waktu yang lama.
∵ Berapa ramai orang yang tinggal di istana di pagi hari. Namun di petang hari dia tinggal di kuburan..
∵ Siapapun yang hidup seribu atau dua ribu tahun. Suatu hari ia pasti akan menuju kuburan
Teruslah untuk selalu bertaqwa kepada DIA. Sesungguhnya hanya bekalan taqwa yang akan menyelamatkan kita di akhirat.
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa atuubu ilaik.
Wallahul muwaffiq ila aqwamithaaryq
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Duhai diri …

Bismillahirrahmanirrahim

Mungkin saat ini kau dirundung duka …
seharusnya jangan terlalu hanyut dengan emosi dan situasi.
Ingatlah …
Tak selamanya kita akan berada dalam kegembiraan.
Kadang akan tercetus rasa kedukaan.
Suka duka akan terus silih berganti dalam arus kehidupan kita. Kehidupan duniawi ibarat roda.
Hakikatnya
Aturan Takdir Allah adalah yang terbaik.
Jika kita pandang dari satu sisi mungkin terasa amat menyakitkan... Menyedihkan ... Namun cuba kita pandang dari sisi lain, Allah punya maksud lain yang terbaik.
Duhai diri …
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda ~
★مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
★Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit yang terus menimpa, kekhawatiran dan kesedihan dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.
Ingatlah janji Allah
★Dosa-dosamu akan berguguran satu demi satu★
Jadi tak perlu bersedih …
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
★Kerana sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
~ Alam Nashrah : 5 ~
Di balik kesulitan ujian Allah ... ada kemudahan ada rahmat yang begitu banyak.
Ingatlah …
Satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan.
Jadi tak perlu bersedih…
وَأَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ
★Sesungguhnya pertolongan akan datang bersama kesabaran
Ada jalan keluar bagi orang yang bertakwa.
Ada kemudahan bagi orang yang bersabar
Jadi tak perlu bersedih…
Jagalah hati, lisan dan anggota badan dari berkeluh resah.
Terimalah aturan Allah dengan ikhlas.
Redhalah dengan takdir ilahi
Jadikan sabar sebagai jalan meraih pertolongan.
Sesungguhnya …
Musibah itu akan semakin mendewasakan diri
Musibah itu akan semakin meninggikan darjat di sisi Allah
Musibah itu semakin menguji keimanan diri
Moga Allah menjadikan badai cepat berlalu ...
Moga Allah menjadikan diri menjadi orang yang bersabar dan redha ...
Alhamdulillah
Alhamdulillah wa syukurillah wa ni'matillah wala haula wala quwwata illa billah.
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa atuubu ilaik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

.. NOTA BUAT PENDOSA..

Bismillahirahmanirahim

Wahai hamba yang derhaka ...
Bertaubatlah ... kerana maut semakin hampir tiba ...
Tinggalkanlah hawa nafsu yang selalu bergelora memfitnah ...
Jasad-jasad akan hancur berkalang tanah...

Malam dan siang berlomba beradu kecepatan ...
Berapa dosa dan keburukan yang telah dilakukan...
Sedang kita sentiasa mengabaikan ...
Sungguh menghairankan...
Bagaimana mungkin hamba yang mengetahui bahwa dirinya akan mati lalu berani melakukan maksiat kepada DIA ...?
Sungguh menghairankan....
Bagaimana mungkin seorang hamba berani makan rezeki DIA supaya kuat untuk bermaksiat...?
Wahai para pendosa ...
Sampai bila kelalaian ini akan terus berlanjutan...?
Bila kita akan mnginsafi diri ...?
Bila kita akan bertaubat ...?
Bila kita akan mempersiapkan diri ... ?
Wahai hamba yang banyak dosa ...
Tiada kah titisan air mata yang menitis ...?
Wahai hamba yang memperlihatkan keburukan ...
Dapat kah kita bertahan menerima siksaan Neraka Hawiyah ...?
Wahai hamba yang menjadi tawanan kemaksiatan ...
Tangisilah dosa-dosa yang telah lalu dengan titisan air mata keinsafan ...
Renungilah diri dengan titisan air mata penyesalan ...
Sedarilah diri dengan air mata taubatan nasuha ... Sesungguhnya air mata penyesalan orang yang menangisi dosanya dapat memadamkan lautan api pada hari kiamat ...
Wahai para pendosa ...
Pernahkah kita bayangkan keadaan kita di akhirat nanti ...?
Pernahkah kita bayangkan saat berada dihadapan DIA untuk mempertanggungjawab kan semua amal perbuatan kita ketika hidup di dunia ...?
Pernahkah kita fikirkan bagaimana nasib kita ketika menerima kitab catatan amal ...?
Saudara ku ...
Ingatlah ...
Akan tiba suatu saat nanti kita akan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukan ...
Ingatlah ...
Nabi Adam as dikeluarkan dari Syurga hanya kerana satu larangan DIA sedangkan kita melakukan dan memperbanyakkan pelbagai jenis dosa dan kita masih berangan menjadi penghuni Syurga ...?!
Ingatlah ...
Hari perhitungan sudah di ambang pintu pun. Hari pembalasan semakin menghampiri pun
Hari Kebenaran semakin mendekat pun
Maka ...
Jauhilah segala perbuatan maksiat ...
Sungguh adzab DIA telah dipersiapkan jika kita tidak kembali kepada Nya ...
Janganlah kita merasa sedih dengan banyak dan besarnya dosa yang telah dilakukan sehingga rasa itu menghalangi kita untuk kembali kepada Dzat Yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib ...
Ingatlah ...
Segunung dosa boleh dihapuskan oleh taubat...
Keampunan DIA itu melebihi segala sesuatu Kemaafan DIA itu lebih besar daripada sekalian dosa...
Pengasih nya DIA melebihi keluasan pelbagai kesalahan ...
Dan Rahmat DIA lebih cepat daripada adzabNya ...
Manusia yang paling bodoh dan merugi adalah orang yang menghabiskan hidupnya dengan alpa kepada DIA dan mengisi hari yang dilalui dengan perbuatan yang tidak bermanfaat ...
Allahu Allah...
Laa ilaaha illallah
Salam semesta alam
~♡~

🚿 *TATA CARA MANDI WAJIB SESUAI SUNNAH* 🚿


Berikut ringkasan tata cara mandi wajib yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam
🌈 Dimulai dengan berniat di dalam hati untuk menghilangkan hadats besar. Niat tidak perlu diucapkan dengan lisan karena inilah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Kemudian membaca bismillah, selanjutnya :
🔹Pertama: Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali
🔹Kedua: Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.
🔹Ketiga: Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun.
🔹Keempat: Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat.
🔰 Untuk kaki ketika berwudhu, kapankah dicuci?
1⃣ Kita bisa saja mandi dengan berwudhu secara sempurna terlebih dahulu, setelah itu kita mengguyur air ke seluruh tubuh.
2⃣ Atau boleh jadi kita gunakan cara mandi dengan mulai berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidup, mencuci wajah, mencuci kedua tangan, mencuci kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, kemudian kaki dicuci terakhir.
🔹Kelima: Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal rambut. Dimulai dengan mengguyur belahan kanan kepala kemudian belahan kiri, kemudian mengguyur pertengahan kepala
🔹Keenam: Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri.
🔹Ketujuh: Menyela-nyela rambut.
🔹Kedelapan: Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri.
🔰Tata cara mandi Jum'at sama dengan tata cara mandi yang diterangkan di atas.
🔰Tata cara mandi junub pada wanita sama dengan tata cara mandi yang diterangkan di atas.
🔰Untuk mandi karena haidh dan nifas, tata caranya sama dengan mandi junub namun ditambahkan dengan beberapa hal berikut ini:
📋(Berdasarkan (HR. Bukhari no. 314 dan Muslim no. 332)
🌺🌷 Pertama: Menggunakan sabun dan pembersih lainnya beserta air.
🌺🌷 Kedua: Melepas kepangan sehingga air sampai ke pangkal rambut.
🌺🌷 Ketiga: Ketika mandi sesuai masa haidh, seorang wanita disunnahkan membawa kapas atau potongan kain untuk mengusap tempat keluarnya darah guna menghilangkan sisa-sisanya. Selain itu, disunnahkan mengusap bekas darah pada kemaluan setelah mandi dengan minyak misk atau parfum lainnya. Hal ini dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak enak karena bekas darah haidh.
🔰 *Perlukah Berwudhu Seusai Mandi*
Cukup kami bawakan dua riwayat tentang hal ini,
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berwudhu setelah selesai mandi.” (HR. Tirmidzi no. 107, An Nasai no. 252, Ibnu Majah no. 579, Ahmad 6/68. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sebuah riwayat dari Ibnu ‘Umar,
سُئِلَ عَنِ الْوُضُوءِ بَعْدَ الْغُسْلِ؟ فَقَالَ:وَأَيُّ وُضُوءٍ أَعَمُّ مِنَ الْغُسْلِ؟
Beliau ditanya mengenai wudhu setelah mandi. Lalu beliau menjawab, “Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari mandi?” (HR. Ibnu Abi Syaibah secaramarfu’ dan mauquf.)
📝 Catatan :
Sunnahnya adalah tidak berwudhu lagi setelah mandi wajib, sebab hadatsnya sudah hilang maka tak ada lagi alasan untuk berwudhu.Berwudhu menjadi wajib kalau berhadats kecil. Ketika seseorang mandi maka hadats kecil dan besarnya terhilangkan sekaligus. Namun pada saat mandi atau setelah mandi berhadats kecil seperti keluar cairan dari kemaluan atau kentut atau memegang kemaluan maka wajiblah wudhu lagi jika hendak shalat, adapun mandinya tetap sah.
Mandi yang tidak disyariatkan (mandi biasa, bukan mandi yang wajib atau mandi sunnah, tidak bisa mencukupi wudhu karena mandi tersebut bukan ibadah.
🔰 Yang menjadi dalil dari bahasan Tata Cara Mandi ini adalah dua dalil yaitu hadits dari ‘Aisyah dan hadits dari Maimunah.
📋 Hadits pertama:
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ، ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِى الْمَاءِ ، فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ، ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)
📋 Hadits kedua:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَتْ مَيْمُونَةُ وَضَعْتُ لِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ ، فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ ، فَغَسَلَ مَذَاكِيرَهُ ، ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالأَرْضِ ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ، ثُمَّ أَفْرَغَ عَلَى جَسَدِهِ ، ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ
Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwaMaimunah mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)
Wallahu a'lam.

Selasa, 02 Januari 2018

**** AKU ****

{ Menurut Kaca Mata Sufi }
****
Pernahkah anda terfikir siapakah AKU itu ?
Pernahkah anda terbayang apakah AKU kita itu ?
Sebenarnya AKU kita ini adalah ROH kita, bukan badan kasar ini. Badan kasar ini akan mati sekiranya tiada ROH. Sekiranya tiada ROH, badan kita akan hancur binasa.
ROH kita inilah diri kita yang sebenarnya. ROH ini hidup dan tidak akan mati. ROH inilah juga zat diri kita.
ROH ini juga limpahan Yang Maha Hidup iaitu Allah SWT. Allah itu hidup. Dia mempunyai sifat hidup. Maka hidup ( ROH ) kita adalah limpahan drp hidup Allah itu sendiri.
ROH ini juga digelar “ bayangan ” Yang Maha Hidup itu. ROH itu bayang kepada Yang Empunya Bayang. Yang Empunya Bayang itu ialah Allah, dan ROH kita itu adalah “ bayangan ” Allah itu. Demikian lah pendapat para ahli Sufi.
Allah itu tidak kelihatan, Maha Ghaib dan tidak ada satupun yang seumpama dengan-Nya.
Bagaimana kita dapat tahu adanya sesuatu yang tidak kelihatan dan tidak terperikan ?
Ibarat angin, kita tidak nampak angin, tetapi bagaimana kita tahu angin sedang bertiup dan angin itu ada ?
Jawabnya, kita tahu adanya angin itu kerana ada kesannya. Bila daun pokok bergoyang, kita tahu angin sedang bertiup. Kalau kita rasa hembusan, maka itu adalah hembusan angin, sebagainya.
Goyangan daun dan rasa hembusan itu adalah tanda-tanda adanya angin. Kita tidak nampak angin tetapi kita tahu adanya angin melalui tanda-tandanya.
Demikian jugalah keadaannya dengan Allah SWT. Kita tidak nampak Dia, tetapi kita rasa dan percaya ada-Nya melalui tanda-tandaNya. Tanda-tanda Allah itu ialah alam semesta raya ini. Tanda-tanda ini dalam bahasa Arab ialah “ayat”.
Oleh itu, alam semesta raya dan diri kita ini adalah ayat-ayat Allah belaka.
ROH sangat tinggi martabatnya, melebihi peringkat malaikat. Tempatnya di sisi Allah yang Maha Tinggi. ROH inilah yang mengenang Allah ( zikrullah ) seolah-olah kerjanya mengenang Allah sahaja.
Seolah-olah makan minumnya “ zikrullah ” sahaja.
ROH yang suci ini sentiasa mentauhidkan Allah Yang Maha Suci. ROH ini sangat cinta kepada Allah SWT. Ia memuja dan memuji Allah sentiasa. Allah itu kekasihnya. Cukuplah Allah itu baginya.
Demikian perhubungan Allah dengan ROH, menurut kaca mata para ahli Sufi.
Tahukah anda bahawa AKU anda itu adalah ROH yang datang dari Allah, hidup dengan Allah, dan kembali kepada Allah ?
Allah itulah pengkalan tempat bertolak, lautan yang dilayari dan pelabuhan tempat berhenti.
Jika dikaji dalam-dalam anda akan sedar dalam pandangan kerohanian bahawa Allah itu adalah tempat permulaan perjalanan kita. Dialah tempat perjalanan itu sendiri, dan Allah itu jugalah destinasi akhir perjalanan hidup ini.
Tempat bertolak, perjalanan dan destinasi yang dimaksudkan disini bukanlah dari segi pandangan fizikal yang tertakluk kepada ruang dan waktu.
Tempat perjalanan dan destinasi yang dimaksudkan di sini iailah dari segi pandangan rohaniah, perasaan dan khayali(thought) kita.
AKU atau ROH kita adalah tanda-tanda atau ayat-ayat Allah. ROH itu juga bayangan-Nya dan penzahiranNya. Dari segi pandangan kerohanian, Allah itulah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Batin dan Yang Zahir.
AKU yang paling dalam itu bersifat kerohanian. Jika AKU itu dibersihkan pandangannya melalui zikrullah dan latihan kerohanian orang-orang Sufi, maka AKU itu akan mencapai satu tahap pandangan di mana ia rasa wujud ini adalah Esa juga.
Menurut pandangan ini, wujud itu ada bertingkat-tingkat, bertahap-tahap, dan pelbagai aspek, namun ia tetap satu.
Segala yang ada kelihatan, baik yang zahir mahupun yang batin, semuanya satu wujud sahaja, pada hakikatnya. Inilah pandangan AKU yang paling dalam.
***
ALLAHU AKBAR

- Advertisement -


Adab Menghormati Seorang Murid Terhadap Gurunya.
Islam sangat menjujung tinggi tradisi ilmu. Karenanya, Islam juga sangat menghargai keberadaan guru. Bagaimana adab seorang murid terhadap gurunya? Ikuti pembahasannya berikut ini.
Allah berfirman dalam surah al-Nahl ayat 43, “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Allah berpesan kepada kita untuk senantiasa bertanya kepada guru atau ulama tentang sesuatu hal yang tidak kita ketahui untuk menghilangkan kebodohan, keraguan, serta mendapat ilmu yang akan menjadi bekal dan dasar untuk melakukan ini dan itu.
Para guru itu sudah mengajarkan bagaimana membaca ayat-ayat Allah subhanahu wa ta’ala, mengajarkan bagaimana manusia mendapatkan petunjuk hidup yang membawa kepada kebaikan manusia itu sendiri. Ayat-ayat Allah ta’ala itu akan terwujudkan dalam ilmu.

Sikap menghormati guru merupakan salah satu hal yang harus dilakukan seorang muslim, karena ini merupakan salah satu adab mencari ilmu. Karena keberkahan ilmu terletak dari bagaimana ilmu itu diperoleh. Di dalamnya termasuk bagaimana akhlak saat berhubungan dengan guru.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad).

Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”
Seperti yang dilansir dari muslim.or.id, para sahabat Rasulullah shallallahualaihi wa sallam, tidak pernah didapati beradab buruk kepada Nabi. Mereka tidak pernah memotong ucapannya atau mengeraskan suara di hadapannya. Bahkan Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu yang terkenal keras wataknya tidak pernah meninggikan suaranya di depan Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam.
Saat Guru Berbuat Salah

Begitu pula dengan para ulama terdahulu. Imam Asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata, “Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”

Tak jarang, para ulama dulu melantunkan doa khusus untuk para guru mereka. Mereka berdoa, “Ya Allah tutupilah aib guruku dariku, dan janganlah kau hilangkan keberkahan ilmunya dariku.”
Perlu disadari, bahwa guru bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat kesalahan. Namun kita juga tidak sepantasnya untuk mencari kesalahannya apalagi menggunjingkan didepan khalayak umum.
Jika mendapati kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan seorang guru, sebagai sesama muslim, kita sebaiknya juga mengingatkan, namun tetap dengan akhlak dan cara yang baik, sopan, lembut dan tidak menegurnya di depan umum. Sebagai seorang murid, kesabaran dalam menuntut ilmu sangat diperlukan, untuk menambah berkahnya ilmu yang didapat dari seorang guru.

Imam al-Syafi’i rahimahullah mengatakan dalam syairnya, “Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru, sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.”

Kesempurnaan MANUSIAWI

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
Hakikat Kesempurnaan
Setiap hakikat yang maujud memestikan totalitas dirinya, zatnya, dan sifat-sifatnya. Jadi, ketika kita mengasumsikan hakikat A memiliki sifat-sifat seperti B dan C, maka hakikat ini dalam zatnya meniscayakan bahwa A adalah tidak nâqish (kurang) dan nâqish dari A itu sendiri tidak lain adalah bukan A itu sendiri, sementara kita mengasumsikan bahwa ia adalah A. Dan demikian pula hakikat ini mesti memiliki sifat-sifat seperti B dan C dari dimensi dirinya adalah dirinya dan nâqish dari B dan C itu sendiri tidak lain bahwa tidak tersifati B dan C, sementara kita mengasumsikan tersifati B dan C dan bukan selain dari mereka. Ini adalah merupakan perkara yang sangat jelas. Dan ini sesuatu yang merupakan kemestian setiap hakikat dalam zatnya serta sifat-sifat yang dimilikinya, dan kita menamakan hakikat ini dengan kesempurnaan.

Selanjutnya, hakikat setiap kesempurnaan tidak lain adalah sesuatu yang dalam zatnya terkait dengan kait ketiadaan. Jadi setiap kesempurnaan dalam zatnya memiliki hakikat dirinya dan tidak ada sesuatu pun yang tak termiliki zatnya kecuali dari sisi kait ‘adami (ketiadaan) yang secara daruri menyertainya.

Hakikat A, misalnya memiliki sesuatu yang telah diasumsikan baginya, dan batas pemisah keberadaan sesuatu ini dari A dengan sesuatu lainnya dari A hanyalah dikarenakan kait ketiadaan mereka, dan dikarenakan kait ini maka masing-masing dari keduanya ini tidak memiliki kekhususan sesuatu lainnya. Karena itu, bagi hakikat A terdapat dua tingkatan: Pertama, tingkatan zatnya, dimana tidak ada sesuatu pun yang hilang dari zatnya dan kedua, tingkatan partikularisasinya, dimana dalam bentuk ini sesuatu akan hilang dari kesempurnaannya.

Dari uraian ini menjadi jelaslah bahwa hakikat setiap kesempurnaan adalah bentuk absolutnya, ketakbergantungannya, dan kepermanenannya. Dan kadar kedekatan setiap kesempurnaan terhadap hakikatnya sebanding dengan kadar zuhur hakikatnya pada kesempurnaan tersebut; yakni kedekatannya dinisbahkan terhadap kait dan batas yang menjadi fokus tinjauan. Oleh karena itu, setiap sesuatu yang kaitnya banyak maka zuhurnya sedikit dan sebaliknya, setiap sesuatu yang kaitnya sedikit maka zuhurnya adalah banyak.

Dari paparan ini menjadi jelaslah bahwa Allah SWT merupakan hakikat akhir dan final setiap kesempurnaan, dikarenakan Allah SWT adalah kesempurnaan sejati dan keindahan murni dan kadar kedekatan setiap eksistensi dinisbahkan kepada-Nya adalah sekadar batas dan kait ketiadaan yang menyertainya.

Demikian pula menjadi jelaslah bahwa wusulnya (sampainya) setiap eksistensi kepada kesempurnaan hakikinya, merupakan kemestian kefanaan dari eksistensi tersebut; sebab wusul kepada kesempurnaan hakiki merupakan kemestian dari kefanaan dari kait dan batas dalam zat atau dalam sifat-sifat. Yakni kefanaan setiap maujud meniscayakan kebakaan hakikat maujud itu dengan sendirinya. Tuhan berfirman: : “Semua yang ada (di bumi) akan fana (binasa). Tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.” (QS. Ar-Rahman [55], ayat 26-27)