Laman

Jumat, 14 Februari 2014

AJARAN SEORANG SUFI MENUJU KEBAHAGIAAN

PENDAHUALUAN

Orang-orang yang mencari yang ketengan / kebagaian dengan jalan bertasawuf mendekatkan diri kepada Allah SWT akan menemukan kebahagian abadi didunia dan akhirat. Selalu menjalankan kebaikan dalam setiap detik nafasnya tanpa dibuang sia-sia dengan bertasbih, bertahmid, bertahlil dalam hati maupun dengan lisan. Lisan mengucap hati yang membenarkan dan lisan selalu basah dengan kalimat tayyibah tanpa henti. Itulah mereka yang mencari keridhaan Allah.

Dia telah mendapatkan tempat dan pilihan yang terbaik diantara mereka yang telah dipilih-Nya, dan menmghindarkan dari perbuaan yang tercelah, menetapkan untuk selalu berpengang pada kalimat taqwa dan menghindarkan diri dari kehidupan duniawi. Perasaan dan getaran hati bersifat murni dan telah dimuliakan firasat dengan benar.

langkah-langkah pasti, pemahaman dan nalar murni. tanda mereka memancar, sehingga mereka telah memahami Allah SWT, dan perjalanan mereka hanya tertuju kepada-Nya, dan mereka pun berpaling dari lain-Nya.

Cahaya-cahaya mereka menembus tabir penutup, penglihatan mereka bergersak sekitar ‘Arsy, merka merupakan organ yang bersifat rohani, merupakan mahluk langit yang berada dimuka bumi, diam mereka adalah semedi, ketidakadaan merka adalah kehadiran, merkka adalah raja-raja di bawah kain yang kumal,orang yang mulia dari suku-suku bangsa, orang-orang yang berkelibahan.

Dengan demikian, seoarng sufi semasa hidupnya hanya digunakan dalam kebajikan tanpa melakukan kemaksiatan. Semasa hidupnya temasuk orang-orang sufi dan sesudah meninggal termasuk orang-orang pilihan.



PEMBAHASAN

Tentang Beberapa Wasiat Seoarnag sufi :

A. Taubat

Taubat menurut bahasa berarti kembali yang searti dengan kata-kata “Raja’a”. sedangkan menurut istilah adalah kembalidari segala sesuatu yang dicela oleh allah menujuu kearah yang dipuji oleh-Nya.[1]. Dalam al qur’an telah banyak membahas tentang taubat, diantaranya :

….. “sesungguhnya alaah menyukai orang-orang yang bertaubay dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al Baqarah, 222).

Tingkatan Taubat

Imam ghazali membagi tingkatan taubat kedalam tiga macam; pertama, taubat orang awam, yaitu taubatyang dialkukan terhadapa dosa-dosa yang lahir dan nyata, misalnya berzina, mencuri, dan lain-lainya. kedua, taubat khusus, yakni taubat yang dilakukan karena dosa batin, misalnya dengki, takabur, ujub dan lainya. ketiga, taubat yang lebih khusus, yaitu taubat dari kealpaan dan kelalaian mengingat Allah, bentuk taubat demikian itulah yang dimaksudkan oleh Rasulullah s,a,w.[2]

Seorang sufi,merasa dirinya selalu dipenuhi dengan dosa baik lewat perkataan, perbuatan, maupun penglihatanya. Tidak heran kalau lisannya hanya dipenuhi dengan zikrullah dan air matanya dipenuhi dengan tangisan dosa. Dikeheningan malam tatkala manusia tertidur lelap, ia bangun dan memohon ampun kepada Allah, itulah salat satu dari mereka yang akan mendapatkan kebahagian diakhirat nantinya.

B. Keikhlasan

Ikhlas berasal dari kata khalash yang artinya bersih atau lepas dari sesuau. juga dapat berarti selamat atau terlepas dari bahaya. Semua orang celaka kecuali yang beramal dan semua amal celaka kecuali yang ikhlas. Jadi kata ikhlas di samping berartimembersihkan juga berarti menyelamatkan. Orang biasanya sudah memahami bahwa amal yang ikhlas itu ialah amal yang semata-mata karena Allah.[3].

Ikhlas merupakan unsur pokok semua perbuatan hati, dimana ia merupakan pusat seluruh ibadah. Sebagaimana firman Allah :

“padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam ( menjalankan ) agama…..( Q.S. Al Bayyina : 5)

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ikhlas adalah seluruh taat dan amalan seseorang yang murnih hanya tertuju untuk taqarrub kepada Allah ta’alah dan menghendaki dekatnya Allah dan ridhaNya, tanpa bermaksud lain, seperti pamrih kepada manusia atau mencari pujian dan tamak.[4]

Al-Junaid berkata : “ikhlas nyalah segala perbuatan yang dikehendaki (direstui) oleh Allah SWT.” [5]

Seorang sufi tidak hanya selalu mendekatkan diri padaNya dengan menjalankan perbuatan baik meningglkan perbuatan jelek, tapi harus tahu akan keikhlasan menjalankannya, tanpa diiringi dengan keikhlasan akan sia-sia. Seharusnya semua orang islam menjalankan ibadah harus dilandasi dengan keikhlasan baik dalam ibadah ubudiyah maupun ukhrowiyah. Karena dengan keikhlsan beramal akan terasa nikkmat dalam menjalankan perbuatan tersebut, tanpa beban walaupun hal tersebut sangat sulut untuk dijalankannya. Misalnya qiyamullail, bangun malam tanpa dibarengi dengan keikhlasan akan terasa berat untuk menjalankannya.

C. Tawakal

Dalam al-Qur’an disebutkan :

“Adakanlah musyawaroh debgan mereka dalam bebeapa urusan,dan bila engkau telah mencapai ketetapan hati, maka berserah dirilah kepada Allah.”(Q.S.Ali Imran: 159)

Tawakal adalah kata bentukan dari kata wakalah yang berarti : at-Tafwidl (penyerahan) dan al I’timad ( penyerahan).Maka wakalah adalah menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada wakil yang maha mewakili dan maha haq (Allah). Menurut konsep Dzun-nuun, bahwa tawkal adalah tidak turut serta mengaur diri dan melepas daya kekuatan manusia, karena telah menyakini bahwa tiada daya dan kekuatan selain seamata-mata dari Allah. Sedangkan menurut Abu Bakar Ad Daqqod, tawakal adalah memusatkan perhatian hidup pada hari inni saja dan tidak memperdulikkan hidup di hari esok.[6]. Sikap jiwa yang tunduk dan pasrah terhadap segala sesuatu yang diberikan Tuhan.[7]

Setelah melakukan perbuatan baik semata-mata karena Allah dengan penuh keyakian kita serahkan kepada Allah semoga apa yang diperbuat menapat ridha dari Allah. Tawakal merupakan pekerjaan hati,terpaut di hati dalam menghadapai sesuatu persoalan atau pekerjaan, dimana manusia merasa bahwa dengan kekuatan sendiri tidak akan sanggup menghadapinya tanpa bersandar kepada kekuatan Allah. Penerapan tawakal pada prinsipnya meliputi segala urusan dan pekerjaan yang baik dan segala keadaan yang sulit. salah satu diantaranya ialah dalam melaksanakan sesuatu rencana yang sudah matang dalam suatu usaha, belajar dan lain sebagainya.

Orang bertawakal pada Allah dengan segala urusan harus menerimah dengan lapang dada apa yang dikehendaki Allah. karena dengan dekat pada Allah mestinya harus melewati ujian, sebagaiman orang terdahulu sebelum kita mencari ridha Allah mempertaruhkan segala sesuatu yang dimilikinya sampai nyawa pun direlakan. Begitu juga seorang sufi harus melewati ujian yang pahit, tapi dibalik itu semua kenikmatan yang tidak setara yang dia dapat.





D. Syukur

Syukur, terimah kasih kepada Allah agtas sgala nikmat karunia-Nya, termasik dalam rangkaian amalan hati dan akhlakul mahmudah. pandai berterimah kasih pada Allah seharusan bagi umat islam.

Al-Harist al- Mahasibi berkata: “Syukur ialah kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepada seorang karena rasa terimah kasihnya.kepada Allah”. Artinya, apabila seseorang bersyukur atas segala pemberian allah kepadanya, maka Allah akan menambahkan apa-apa yang diinginkannya sehingga, dengan demikian, bertambahlah syukurnya[8], sebagaimana firman Allah SWT:

“…seandainya kamu bersyukur, pastilah kami ( Allah) akan menambahkan ( nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari ( nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” ( Q.S. Ibrahim, 7)

Seorang ahli syukur, adalah orang yang peka terhadap nikmat Ilahi betapapun keadaanya. limpahan nikmat yang bertebaran dan bertaburan amat terang dalam pandangannya dan setiap tetesan nikmat diteguknya dengan mengesankan sampai ke dalam lubuk hatinya. karena dipandang sebagai ahli syukur adalah orang yang demikian tajam mata hatiny menanggapi setiap cucuran rahmat dan nikma Ilahi yang diterimahnya dengan penuh terimah kasih. sebalikya dari adalah orang yang tumpul mata hatinya, nikmat tuhan itu dibiarkan berlalu tanpa meninggal kesan dan makna.[9]

Seoarang sufi yang mencari kebahagian akhirat menerima apa adanya yang ada pada dirinya, kekurangan atau kelebihan. Semua diterimah dengan lapang dada, ikhlas dan syukkur. Karena ia beranggapan bahwa semua yang ada pada dirinya hanya titipan dan pada waktu akan kembali padanya dan diminta pertanggung jawabannya. kebahagiaan yang abadi hanya ketika bertemu dengan sang pencipta alam semesta.

Zuhud

Suatu cara hidup yang dipilih oleh orang-orang sufi yang cendrung bertaqorrub kepada Allah ialah zuhud. menurut bahasa berarti : kurang kemauan kepada sesuatu. Dalam istilah, ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ahli-ahli tasawuf antara lain : benci pada dunia dan berpaling padanya, membuang kesengan dunia unuk mencari kebahagia akhirat, tidak menyesal atas apa tidak ada dan tidak bergembira dengan apa yang ada.[10].

Seorang toko sufi, Junaidi al-Baghdadi mengatakan Zuhud adalah kosongnya tangan dari rasa memiliki dan kosongnya hati dari rasa menuntut ( harta benda). beliau juga mengatakan bahwa menganggap kecil dunia dan melenyapkan pengaruhnyadalam hati.[11]. Seorang sufi tidak terlalu mengharapkan dunia dan harta kecuali untuk menyambung hidupnya untuk beribadah kepada Allah selebihnya.

Jelaslah, bahaw seorang yang mencari kebahagiaan akhirat mesti berusaha sekuat tenaga memperbenyak akhiratnya dari pada dunianya. Mereka beranggapan dunia ini sempit dan terbatas sedangkan diakhirat luas dan penuh dengan kenikmatan yang tidak setara. Dengan hal itu harus dibarengi dengan sikap Qona’ah, perasaan cukup dan ridla menerimah pemberiaan Allah, sekalipun sedikit menurut pandangan orang lain. selain itu harus diimbangi denga hidup sederhana, yakni sedehana dengan pakaian, sedehana dalam makanan dan sederhana dalam tempat tinggal sesuai dengan contoh kehidupan Nabi S.W.A. Intinya ialah terpenuhinya kebutuhan primer dan tempat tingal.



F. Istiqomah

Istiqomah menurut loghat berarti : tegak lurus, Makna istilah dlam Islam ialah : berdiri tegak diatas jalan yang lurus, berpegang pada aqidah Islam dan melaksanakan syaratnya denga tekun, tidak berobah dan tidak berpaling dalam keadaan bagaimana.

Dengan demikian istiqomah meliputi keyakinan (aqidah) dan ketaatan menjalankan syari’at Islam, yang digariskan Allah dalam al-Qur’an dan Rosul-Nya dan hadist. tidak berubah pendirian dalam keadaan ancaman dan godaan, tidak mundur dan tidak berpaling dari taat dan amal karena hambatan an tantangan

Istiqomah ini adalah bukti pada orang-orang yang mulia, seperti Rasul, para pemimipin dan orang-orang yang berjasa dalam kemanusiaan.

Pada dasarnya istiqomah itu perlu diterapkan dalam segala bidang perbuatan yang gariskan oleh agama, melalui perbuatan hati berupa aqidah dan amal-amal qalbu lainya sampai kepada pekerjaan sehari-hari yang menyangkut ibadah dan mu’malah. Dapat disimpulkan, bahwa istiqomah ada tiga tingkatan : pertama, istiqomah dalam hati, yakni selalu teguh dalam pendirian iman. Kedua, istiqomah dalam lisan, yakni selalu memelihara perkataan agar selalu jujur dan benar. Ketiga, istiqomah dengan fisik, ketentuan dalam bekerja dan berjuang.[12]

Kenyataanya dalam hidup, banyak yang sukses dalam hidupnya dengan istiqomah. hal ini juga yang diterapkan pola hidup seoarang sufi, mengamalkan dengan terus menerus tanpa pantang mundur pada akhirnya akan menuai kemenangan yang tidak setara.

KESIMPULAN

Sesungguhnya manusia hidup didunia ini hanya bersifat sementara, tempat mengumpulkan bekal, sarana, dan lain sebagainya. Dunia ini fanah penuh dengan tipu daya. Dunia ini bagaikan fatamorgana semakin diminum akan semakin terasa kehausan. Tempat yang paling abadi dan kekal selama-lamanya adalah akhirat. Sesungguhnya eksistensi manusia terletak pada hatinya; apabilah hatinya baik, akan menjadi baiklah ia, dan apabilahhatinya menyimpang dari fitrah kebaikannya, ia pun akan rusak.Dengan itu periharalah hati untuk mencari kebahagiaan yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar