Laman

Jumat, 14 Februari 2014

HAIBAH DAN UNS


Rasa takut sisertai rasa hormat luar
biasa (haibah) dan sukacita jiwa (uns)
merupakan tahap dari derajat-derajat dalam
al-qabdh dan al-basth.

Kalau qabdh berada di
atas tingkatan khauf, dan basth di atas
tingkatan raja’, maka haibah lebih tinggi
dariapda qabdh, kemudian uns lebih
sempurna daripada basth.

(Maksudnya, Uns
lebih tinggi tahapannya. Sebab haibah muncul
dari Qabdh, yang bermula dari Khauf.
Sedang
Uns muncul dari Raja’. Karena orang yang
takut kepada Allah swt, melihat kekurangan
dirinya di hadapan Allah, hatinya akan
terganggu oleh-Nya, dan yang tersisa
hanyalah sibuk dengan Allah, sehingga
muncullah Haibah. Siapa yang wushul-nya
terus menerus, hatinya akan lapang dan
mendapatkan uns.

Catatan Kaki).
Hak haibah adalah kegaiban. Setiap
pelaku haibah senantiasa lebur dalam
kegaiban. Orang-orang yang berada dalam
gaib frekuensinya berbeda dalam haibah
menurut penjelasan mereka dalam kegaiban.
Sedangkan hak uns adalah pencerahan
dalam kebenaran. Orang yang melakukan uns,
berarti cerah jiwanya. Kemudian frekuensinya
berbeda menurut penjelasannya dalam bagian
“minuman jiwa”.

Mereka berkata : “Tempat
terendah dalam al-uns adalah jika seseorang
dilempar ke dalam neraka Jahanam, sama
sekali sukacitanya tidak terpengaruh .”

Al-Junayd berkata : “Aku mendengar
batinku berkata : “Seorang hamba bisa
ssampai pada suatu batas seandainya
wajahnya tertebas pedang, sama sekali tidak
merasakannya.”
Sedangkan dalam hatiku ada
sesuatu, hingga tampak jelas bahwa
persoalannya sampai sedemikian itu.”

Diriwayatkan dari Ahmad bin Maqatil al-
Ikky, ia berkata : “Aku memasuki tempat asy-
Syibly, sedangkan beliau tengah mencabut
helai bulu alisnya dengan sebuah penjepit.
Aku katakan kepadanya; “Wahai tuanku, Anda
berbuat demikian pda diri sendiri, sementara
rasa pedihnya kembali pada hatiku.’ Ia
menjawab :
“Celaka Anda! Hakikat itu tampak
padaku, dan aku tidak kuat memikulnya. Maka
beginilah, aku memasuki kepedihan atas
diriku, siapa tahu aku merasakannya, lalu
tertutup dariku.
Aku tak menemukan
kepedihan itu. Dan tidak tertutup dariku,
sedangkan kepedihan itu membuatku tidak
tahan.”

Kondisi haibah dan uns, walaupun
masing-masing tampak jelas, bagi ahli hakikat
masih dikategorikan kurang, karena keduanya
mengandung perubahan pada diri hamba.
Sedangkan yang tidak berubah, dinamakan
ahli tamkin . Mereka hangus dalam wujud
nyata. Tidak ada haibah dan tidak pula uns,
tidak ilmu maupun rasa.

Cerita ini dikenal dari Abu Sa’id al-
Kharraz : “Suatu saat di kampung, aku
berkata :
Aku datang, maka aku tak mengerti
Dari mana, siapa aku,
Kecuali apa yang dikatakan manusia
Pada diriku dan dalam jenisku,
Aku datangi jin dan manusia
Jika tak kutemui seorang pun,
Aku datangi diriku.
Kemudian ada bisikan lembut
menyusup ke dalam kalbuku :
Amboi, siapa yang tahu sebab-sebab
Yang lebih luhur wujud-nya,
Lalu ia bersukaria dengan kesesatan
yang hina
Dan dengan manusia
Kalau engkau dari ahli wujd yang hakiki
Pastilah engkau gaib dari Jagad, Arasy
dan Kursy
Sedang engkau tanpa kondisi ruhani
bersama Allah
Jauh dari mengingat
Pada jin dan manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar