Laman

Jumat, 28 Februari 2014

Inilah Cara Mudah Mengenal Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah


Mayoritas ulama sedunia berakidah Ahlussunnah wal Jama’ah (ASWAJA) dan sekarang terkumpul dalam Empat Imam Madzhab (Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali), bukan “Manhaj Salaf”. Mereka adalah ulama-ulama pilihan terbaik Allah SWT dan Dia tidak mengumpulkan ulama-ulama-Nya berada dalam kesesatan. Sabda Rasulullah SAW (hadits hasan dari jalur Ibnu Umar):

ان الله تعالى لا يجمع أمتي على ضلالة , و يد الله على الجماعة , و من شد شد الى النار

Artinya:

“Sesungguhnya Allah ta’ala tidak mengumpulkan ummat (maksudnya ulama di kalangan ummat)-ku atas kesesatan. Dan kekuatan Allah berada atas jama’ah (ulama Ahlussunnah wal Jama’ah). Barangsiapa menyendiri (keluar dari jama’ah), maka akan bertempat di neraka.”
{Keterangan dari kitab “Faidhul Qadir Syarah Al-Jami’ Ash-Shaghir min Ahaditsi Al-Basyir An-Nadzir” karya Imam Muhammad Abdur Ra’uf Al-Munawi, jilid 2 halaman 271, cetakan “Darul Fikr”, Beirut, Libanon}.

Dengan demikian, ta’at kepada ulama Ahlussunnah wal Jama’ah berarti ta’at kepada Allah. Sedangkan memisahkan diri dari jama’ah Ahlussunnah wal Jama’ah (Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali), berarti matinya tidak diridhoi Allah dan matinya dalam keadaan mati jahiliyah, sebagaimana tersebut di dalam kitab “Nihayatul Arab fi Fununil Arab” karya Syeikh Syihabuddin Ahmad biin Muhammad an-Nuwairi jilid 6 halaman 12 cetakan Mesir, Rasulullah SAW bersabda dari jalur Abu Hurairah sebagai berikut:

من خرج من الطاعة و فارق الجماعة ثم مات مات ميتة جاهلية

Artinya:

“Barangsiapa keluar dari jalur ketaatan kepada Allah SWT dan memisahkan diri dari golongan Ahlussunnah wal Jama’ah (ASWAJA), jika suatu saat nanti ia mati (sebelum taubat), maka matinya dalam keadaan mati Jahilihiyyah.”

Perlu diketahui bahwa ada tiga ciri golongan Ahlussunnah wal Jama’ah, yaitu:

1. Dalam ilmu fiqih menganut kepada salah satu Empat Imam Madzhab (Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali).

2. Dalam ilmu tauhid (aqidah / aqa’id / ushuluddin) menganut kepada Imam Abul Hasan Al-Asy’ari (260-324 H. / 873-935 M.) dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi (239-333 H. / 853-944 M.), bukan menganut kepada aqidah Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri Wahabisme (1111-1206 H. / 1701-1793 M.).

3. Dalam Ilmu Tasawuf menganut kepada Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi (wafat 297 H. / 910 M.), Imam Abul Hasan Asy-Syadzili (591-656 H. / 1195-1258 M.), dan Imam Al-Ghozali (450-505 H. /1058-1111 M.).

Di dalam kitab “Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah” karya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy’ari (pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama) halaman 9-10 diterangkan sebagai berikut:

قد كان مسلمو الأقطار الجاوية فى الأزمان السالفة الخالية متفقي الاراء و المذهب , متحدي المأخذ و المشرب , فكلهم فى الفقه على المذهب النفيس مذهب الامام محمد بن ادريس , و فى أصول الدين على مذهب الامام أبى الحسن الأشعري , و فى التصوف على طذهب الامام الغزالي و الامام أبى الحسن الشاذلي رضي الله عنهم أجمعين

Artinya:

“Pada masa lalu Umat Islam di Jawa sepakat dalam berpendapat dan bermadzhab dengan satu rujukan dan pegangan, yaitu dalam bidang fiqih mengikuti kepada Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, dalam masalah ushuluddin mengikuti kepada madzhab Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, dan dalam bidang tasawuf mengikuti kepada Imam Al-Ghozali dan Imam Abul Hasan Asy-Syadzili”.

قال العلامة الشيخ

ثم انه حدث فى عام ألف و ثلاثمائة و ثلاثين أحزابا متنوعة , و أراء متدافعة , و أقوال متضاربة , و رجال متجاذبة , فمنهم سلفيون فائمون على ما عليه أسلافهم من التمذهب بالمذهب المعين , و التمسك بالكتب المعتبرة المتداولة , و محبة أهل البيت و الأولياء و الصالحين , و التبرك بهم أحياء و أموات , و زيارة القبور , و تلقين الميت , و الصدقة عنه , و اعتقاد الشفاعة و نفع الدعاء و التوسل و غير ذلك

Artinya:

“Kemudian pada tahun 1330 H muncul bermacam-macam golongan, pendapat-pendapat yang bertentangan, pikiran-pikiran yang berseberangan , dan para tokohnya saling tarik-menarik (kontroversi). Dari mayoritas para tokoh, ada para ulama salaf yang konsisten terhadap kesalafan-nya, yang mengikuti terhadap madzhab yang telah ditentukan, dan berpegang teguh pada kitab-kitab yang dianggap presentatif (mu’tabaroh) yang biasa beredar (masyhur). Mencintai ahli bait (keluarga Nabi Muhammad SAW), mencintai para wali dan orang-orang yang shaleh, mengambil berkah kepada mereka, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, ziarah kubur, men-talqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini adanya syafa’at (pertolongan), manfa’at do’a, wasilah dan lain-lain”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar