Laman

Rabu, 19 Maret 2014

★ KERAPIHAN SHAF SHALAT MENDEKATKAN RAHMAT ALLAH ★

Al Qur'an Dan Hadits Rasulullah S.A.W
★ KERAPIHAN SHAF SHALAT MENDEKATKAN
RAHMAT ALLAH ★Salah satu bagian penting dalam
melaksanakan shalat berjamaah adalah kerapian shaf
atau barisan makmum. Karena itu, sebelum shalat
berjamaah, imam selalu mengingatkan makmum agar
merapikan shaf-nya.
Merapikan shaf merupakan cerminan dari Islam
sebagai agama yang sangat memperhatikan
kedisiplinan dan keteraturan hidup. Pengaturan shaf
shalat bermakna kerapian yang cermat melebihi
kerapian dan kedisiplinan militer.
Layaknya upacara kemiliteran, seorang imam
bertanggung jawab memeriksa barisan atau shaf
makmumnya. la harus menata dan merapikan shaf
jamaahnya sebelum takbiratul ikram. Rasulullah saw.
bersabda, “Ratakan (rapat & lurus) shaf kalian, sebab
meratakan shaf adalah termasuk kesempurnaan
shalat” (HR. Bukhari & Muslim). Jadi tidak sempurna
shalat jamaah kita jika tidak rapi shafnya.
Selain itu, imam tidak cukup berkata luruskan dan
rapatkan shaf, lantas memulai shalat sedangkan shaf
makmumnya masih belum rapi. Imam juga harus
memberi pengarahan dan perhatian khusus kepada
makmum yang belum sempurna posisinya. Berikut ini
beberapa panduan mengatur kerapian shaf bagi imam
dan makmum berdasar tuntunan Rasulullah saw.:
1. Sebelum memulai shalat, hendaknya imam
memeriksa dan mengatur shaf makmum hingga
benar-benar rapi.
Nu’man bin Basyir ra berkata, “Rasulullah saw.
meratakan shaf kami sebagaimana meratakan anak-
anak panah sehingga beliau merasa bahwa kami
telah memenuhi perintahnya itu dan benar-benar
mengerti. Tiba-tiba suatu hari beliau menghadapkan
wajahnya kepada kami dan melihat ada seseorang
yang menonjolkan dadanya ke depan, maka Nabi saw.
bersabda, “Hendaklah kamu meratakan shafmu atau
kalau tidak, maka Allah akan memperlainkan wajahmu
(akan selalu dalam perselisihan dan sengketa) (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, &
Turmudzi).
2. Makmum dianjurkan mengisi shaf terdepan
Nabi saw. bersabda, “Andaikata manusia tahu pahala
yang tersedia untuk memenuhi panggilan azan serta
shaf pertama, kemudian orang-orang itu tidak dapat
memperolehnya kecuali dengan jalan undian, niscaya
mereka akan merebutnya walau dengan cara undian
itu” (HR. Bukhari)
3. Makmum memulai shaf dari tengah (persis di
belakang imam) lalu berurutan ke kanan, baru
kemudian mengisi barisan di sisi kiri.
Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para
malaikat-Nya memberi rahmat serta mendoakan
supaya diberi rahmat bagi orang-orang yang shalat di
yang sebelah kanan” (HR. Abu Daud & Ibnu Majah
dari Aisyah ra).
Meski sebelah kanan harus dipenuhi dahulu,
hendaknya posisi sang imam tetap di tengah. Nabi
saw. bersabda, “Tempatkanlah imam itu di tengah
dan penuhilah sela-sela shaf” (HR. Abu Daud dari Abu
Hurairah ra). Meskipun secara sanad hadits ini
dinyatakan lemah, namun secara makna dan isi-
benar, karena sesuai dengan kesimpulan yang
didapat dari sekumpulan hadits shahih terkait.
4. Hendaknya makmum tidak membuat shaf baru
sebelum shaf di depannya terpenuhi.
Di suatu hari ketika hendak memulai shalat
berjamaah, Nabi saw. bersabda, “Tidakkah kalian
ingin berbaris sebagaimana halnya malaikat di
hadapan Allah?” Para sahabat bertanya, “Bagaimana
cara malaikat berbaris di hadapan Allah?” Nabi saw.
menjawab, “Mereka menyempurnakan dulu shaf
pertama serta merapatkannya benarbenar” (HR.
Jamaah dari Jabir bin Samurah ra).
5. Makmum mengisi atau menyambung shaf di
depannya yang masih kosong/ putus.
Nabi saw. bersabda, “Barang siapa menyambung
shaf, maka hubungannya akan disambung pula oleh
Allah. Dan barang siapa yang memutuskan shaf,
maka hubungannya akan diputuskan pula oleh
Allah” (HR. Nasai, Hakim, Ibnu Kuzaimah dari Ibnu
Umar ra).
6. Meluruskan dan merapatkan shaf hingga dada
atau bagian tubuh seseorang tidak lebih maju/
mundur atau tala ada celah di antara orang yang ada
di sisinya.
Hendaknya makmum mendekat satu sama lain
hingga bahu dan kaki saling menempel. Janganlah
terpaku pada alas shalat atau sajadah hingga ada
celah. Nabi saw. bersabda, “Ratakan shafmu,
rapatkan bahu-bahumu, lunakkan tangan
berdampingan dengan saudara-saudaramu dan
tutupilah sela-sela shaf itu. Karena sesungguhnya
setan itu memasuki sela-sela itu tak ubahnya bagai
anak kambing” (HR. Ahmad & Thabrani dari Abu
Umamah).
Semua ini menunjukkan bahwa merapikan shaf
memiliki kedudukan penting dalam mendirikan,
membaguskan, dan menyempurnakan shalat.
Kerapian shaf mengandung keutamaan, pahala,
menghimpun dan menyatukan hati kaum muslimin,
dan pertolongan Allah Swt. pun niscaya semakin
dekat.
Semoga bermanfaat .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar