Laman

Rabu, 12 Juli 2017

Kenapa harus Bertoriqot?


Apa Itu Thoriqot?
-----------------------------
Dalam ilmu tasawuf diterangkan, bahwa Thoriqot, atau yang lebih dikenal Tarekat ialah jalan atau petunjuk, atau perbuatan untuk melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rosullullah saw. serta dikerjakan oleh para Sahabat, para Tabi’in, para Tabi’it Tabi’in, dan seterusnya turun temurun sampai kepada Guru Mursyid, para Ulama secara bersambung dan berantai hingga pada masa kini.
Dalam ilmu tasawuf, bahwa Sunnah Nabi itu harus dilakukan dengan Thoriqot. Sesuai dengan maksud tersebut Rasullullah saw. bersabda :
“Syariat itu ucapanku. Thoriqot itu perbuatanku. Hakikat itu merupakan tingkah laku daripadaku, dan Ma’rifat itu pokok dasar (modal) atau pangkal kekayaan (baik lahir maupun batin).’ (HR. Anas bin Malik).
Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa semua bimbingan peunjuk guru itu dinamakan Thoriqot. Dan Guru pertama umat Islam ialah Nabi Muhammad saw. Setelah Nabi wafat diteruskan oleh pewarisnya, yakni para Sahabat/Ulama. Para Ulama itu penerima/pemegang amanat para Rasul Allah. Dan mempunyai kedudukan tersendiri, kedudukan yang tidak mudah dicapai oleh sembarang orang. Kelanjutan hadist menerangkan bahwa :
“Para Ulama itu adalah pewaris para Nabi”. (HR. Turmudzi).
Thoriqot itu merupakan saluran dari pada Tasawuf. Prof. Dr. Aboebakar Aceh mengartikan Thoriqot itu sebagai berikut, “Thoriqot yaitu jalan menuju Tuhan, yang dapat membawa manusia itu kepada kebahagiaan dunia dan akhirat”. Sedangkan Prof. Buya Hamka, mengatakan , “Maka diantara makhluk dan Khaliq itu ada perjalanan yang harus kita tempuh. Inilah yang kita katakan Thoriqot”.
Dengan beberapa pengertian para Ulama di atas, jelas bagi kita bahwa Thoriqot itu suatu jalan atau cara yang ditempuh oleh seseorang penganutnya guna mendekatkan dirinya kepada Allah swt., serta mencari keridhaan-Nya dalam bentuk beribadat secara khusu’ baik lahir maupun batin. Demikianlah Thoriqot itu merupakan tindak lanjut dalam perkembangan Tasawuf yang kian hari kian banyak jumlah pengikutnya, hingga kepada para Ulama masa kini, bahkan hingga sampai masa yang akan datang.
Thoriqot bukanlah alairan kepercayaan atau aliran kebatinan, tetapi Thoriqot adalah bagian dari ajaran agama Islam yang terpenting. Disimpulkan atas tiga ajaran pokok sesuai petunjuk Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim, “Islam, Iman, Ihsan”.
- * Untuk mengetahui Islam pelajarilah ilmu Fiqih.
- * Untuk mengetahui Iman pelajarilah ilmu Ushuluddin.
- * Untuk mengetahui Ihsan pelajarilah ilmu Tasawuf/Thoriqot.
Tasawuf/Thoriqot yaitu jalan yang harus ditempuh oleh setiap Muslimin untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya, dengan Mahabbah, serta melakukan ibadah kepada Allah swt., seakan-akan melihat kepada-Nya. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Malaikat Jibril dalam menyampaikan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad saw. dengan bentuk pertanyaan, “Ajari aku tentang ihsan.” Kemudian dijawab oleh Nabi :
“Bahwa engkau menyembah Allah solah-olah engkau melihat-Nya, walupun engkau tidak dapat melihat-Nya, namun sesungguhnya Allah melihat engkau.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan perkataan lain, diri kita setiap saat selalu terkontrol, karena sesungguhnya Allah swt. berada disisi kita, sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak baik. Bila Islam sebagai pembinaan; dan Iman sebagai dasar pemikiran maka Ihsan merupakan dasar tujuan, tujuan akhir hayat manusia. Karena itu bertasawuf/berthoriqotlah agar tercapai tiga dasar Dienul Islam yang kokoh tak terpisahkan.
Dari sekian banyaknya Thoriqot Islam, terdapat dua Thoriqot yang digabung, yaitu “Thoriqot Qodiriyyah dan Naqsabandiyyah”. Adapun metode pengamalan Thoriqot Qodiriyyah ialah mengamalkan dzikir kepada Allah secara jahar (dibaca keras). Sedangkan Thoriqot Naqsabandiyyah melaksanakan dzikir khafi (yang diingatkan di dalam hati). Keduanya harus diamalkan secara terpadu, kontinyu dan teratur. Maksudnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah, mempertebal iman, memperkokoh benteng pertahanan batiniah dari segala godaan syetan dan nafsu angkara murka serta pengaruh-pengaruh lingkungan yang negatif. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. yang artinya, “Orang yang kuat imannya ia mempunyai kemampuan untuk menguasai dirinya, karena hati diisi dengan dzikrullah, ingat selalu hanya kepada Allah swt.” (Al Hadist).
Demikian syariat dan hakikat keduanya tidak bisa dipisahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar