Firman Allah s.w.t:
"YA AYYUHALLADZI NA AMANU ATI'ULLAHA WA ATI'URRASUL WA ULIL AMRI
MINKUM.". (hai orang yg beriman..ikuti lah Allah.ikuti lah
Rasul&ikutilah pemimpin/guru diantara Kamu)....Q.s.annisa.59.
Guru Syari'at disebut; Ustadz ,Mudaris atau Murabbi.
- Guru Thariqat disebut; Syekh.
- Guru Hakikat disebut; Mursyid.
- Guru Makrifat disebut:Wali
Kenapa guru Makrifat disebut WALI ?....
Karena dia telah memper-jumpa-kan manusia dengan Allah s.w.t,dia
menjadi punggung terbesar,dia mejadi wasilah terbesar, itulah wasilah
terbesar yang telah diambil oleh Nabi Muhammad s.a.w,sehingga kita semua
wajib ber SHOLAWAT kepadanya,
Kebanyakan orang-orang mengatakan sholawat itu adalah :
“Innallaha wamalaa ikatahu
yusalluuna alannabi”
“Shollu alannabi” itu dianggap
sebagai ucapan sholawat, padahal ayat tersebut adalah operasional.
adalah perintah untuk melakukan.bukan untuk membaca-nya saja .
Mudah-mudahan dengan penyampai-
penyampaian seperti ini, kita dapat
menarik kesimpulan awal, sekarang
kita sudah pelajari berapa ilmu,
sekarang kita sudah menemukan
berapa guru, guru siapa yang kita
ketemukan, apakah guru umum, guru
silat, atau guru Mursyid, kalau belum
menemukan guru Mursyid maka
berjalan-lah terus, berjalan terus,
Insya Allah kita akan menemukan guru
Mursyid, karena kalau kita berjalan menuju Mursyid, maka Mursyid akan berjalan lebih cepat menghampiri kita,
jangan-lah sekali-kali seorang murid
menyangka bahwa dia menemukan Mursyid karena kemampuan dia tapi
harus menyangka kemampuan Mursyid
ada dalam kemampuan Allah s.w.t. Mudah-mudahan artikel ini
mempunyai nilai yang ber-arti bagi para saudaraku sekalian didalam memahami ilmu Hakekat danMakrifatullah.
Karena jika kita memahami Hakekat dan Makrifatullah dengan benar...maka
Kematian akan menjadi mudah bagi kita, kematian tidak menakutkan lagi,
liang kubur tidah menjadi perih, karena selama ini orang takut pada
liang kubur, padahal seorang mukmin dia harus dapat menanggapi hal ini
dengan baik, menanggapi panggilan Allah s.w.t. dengan baik dan pada
saat dia mengalami kematian, dia mati dalam ke-adaan yang KHUSNUL
KHATIMAH (Khusnul Khatimah artinya
dia mengetahui ilmu tentang kematian
atau ilmu Sakratul Maut).
Cari-lah ilmu sampai engkau takluk- an maut, karena kalau engkau tidak
takluk-an maut, maka maut akan takluk-an engkau.
Salam untuk semua saudara dan saudari ku…
Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Selasa, 11 Maret 2014
Kejahatan pencuri terbesar adalah pencuri dalam shalat
Bismillahirrohmanirrohim"
~ "" Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarkatuh "" ~
"" Nikmat Robbi mu yang mana kah yang kau dustakan .Al-Rahman .13 ""
** Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Taala . Kita memuji , memohon pertolongan dan meminta ampun kepadaNya
Kita berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Taala dari kejahatan dan keburukan dalam segala amal perbuatan
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Taala , maka tidak ada yang bisa menyesatkannya
dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah SWT maka tidak ada yang bisa menunjukinya
Shalawat dan salam mari kita haturkan kejunjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
beserta keluarga dan para sahabat sahabatnya
Para sahabat fillah yang dicintai Allah Subhanahu Wa Taala
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Taala mewajibkan beberapa kewajiban yang tidak boleh diabaikan
memberi beberapa ketentuan yang tidak boleh dilampoi dan mengharamkan beberapa perkara yang tidak boleh dilanggar
Karena mamfaatkan lima hal sebelum datangnya lima
Terutama
Waktu Sehat sebelum sakit mu
Waktu luang sebelum waktu sibuk mu
Karena perkara perkara yang sudah terjadi pada diri kita ini
sudah menjadi ketetapan bagiNya
Hal hal yang diharamkan secara tegas terdapat didalam Al-Qur'an dan As-Sunnah . Seperti dalam firman Allah subhanahu Wa Taala yang artinya " Katakanlah ' Marilah Kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhan mu yaitu " Janganlah mempersekutukan dengan Dia , berbuat baiklah terhadap kedua orang tua mu ( ibu bapak mu ) dan janganlah kamu membunuh anak anak mu karena takut kemiskinan . QS . Al-An'am . 151 .
Banyak yang lemah iman sengaja bergaul dengan sebagian orang fasik dan ahli maksiat
bahkan mungkin juga bergaul sebagian yang menghina syariat islam , melecehkan islam dan para penganutnya
Tidak diragukan lagi , perbuatan semacam itu adalah haram dan membuat cacat akidah .
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Taala berfirman yang artinya " Dan apabila kamu melihat orang orang memperolok olok ayat ayat Kami , maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain . Dan jika syetan membuat mu lupa ( akan larangan ini) maka kamu jangan duduk bersama orang orang zhalim itu ( sesudah teringat larangan itu ) .QS . Al-An'am . 68 .
"" Terutama shalat ..
Karena shalat inilah perkara yang paling berat nantinya dalam perhitunganNya
sebab pertama yang dipertanyakan dalam penghisapanNya
adalah shalat
karena diantara kejahatan pencuri terbesar adalah pencuri dalam shalat
Sebagaimana Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya " Sejahat jahat pencuri orang yang mencuri dari shalatnya " . Mereka bertanya "Bagaimana ia mencuri dari shalatnya "Beliau menjawab " Ia tidak menyempurnakan ruku dan sujudnya
Meninggalkan thuma'nina
tidak meluruskan dan mendiamkan punggung sesaat ketika ruku' dan sujud
tidak tegak ketika bangkit dari ruku '
serta ketika duduk antara dua sujud
Abu Abdillah Al Asy'ari berkata " ( Suatu ketika ) Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam shalat bersama sahabatnya
kemudian beliau duduk bersama dari sekelompok mereka tiba tiba seorang laki laki masuk dan berdiri menunaikan shalat . Orang it ruku lalu sujud dengan cara mematuk
maka Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda " Apakah kalian telah menyaksika orang ini , ? Barang siapa meninggal dalam keadaan seperti ini ( shalatnya ) maka dia meninggal dalam keadaan diluar agama Muhammad SAW .
Ia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak yang mematuk darah . Sesungguhnya perumpamaan orang yang shalat dan mematuk dalam sujudnya bagaikan orang lapar yang tidak makan kecuali sebutir ataw dua butir .
Sebagian umat islam hampir menyepelekan dalam artian ini
yaitu melakukan gerakan yang tidak ada gunanya dalam shalat . Krn merk tidak memenuhi perintah Allah dalam firmanNya yang artinya " Berdirilah karena Allah ( dalam shalat mu ) dengan khusyu . Surah Al Baqarah . 238 .
Perbuatan yang barangkali dianggap persoalan sepele oleh sebagian besar umat islam .
Sementara Allah SWT berfirman yang artinya " Sesungguhnya beruntunglah orang orang yang beriman , yaitu orang orang yang khusu dalam shalatnya . Al Mukmin . 1 . 2 .
Suatu saat Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang hukum meratakan tanah ketika sujud .
Beliau menjawb " Jangan engkau mengusap sedang engkau dalam keadaan shalat jika terpaksa harus melakukan maka cukup sekali meratakan kerikil ..
"" Semuga bermamfaat ..
Salam santun berbalut senyum wa ukhuwah fillah ..
~ "" Assalamu 'alaikum warohmatullahi wabarkatuh "" ~
"" Nikmat Robbi mu yang mana kah yang kau dustakan .Al-Rahman .13 ""
** Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Taala . Kita memuji , memohon pertolongan dan meminta ampun kepadaNya
Kita berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Taala dari kejahatan dan keburukan dalam segala amal perbuatan
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu Wa Taala , maka tidak ada yang bisa menyesatkannya
dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah SWT maka tidak ada yang bisa menunjukinya
Shalawat dan salam mari kita haturkan kejunjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
beserta keluarga dan para sahabat sahabatnya
Para sahabat fillah yang dicintai Allah Subhanahu Wa Taala
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Taala mewajibkan beberapa kewajiban yang tidak boleh diabaikan
memberi beberapa ketentuan yang tidak boleh dilampoi dan mengharamkan beberapa perkara yang tidak boleh dilanggar
Karena mamfaatkan lima hal sebelum datangnya lima
Terutama
Waktu Sehat sebelum sakit mu
Waktu luang sebelum waktu sibuk mu
Karena perkara perkara yang sudah terjadi pada diri kita ini
sudah menjadi ketetapan bagiNya
Hal hal yang diharamkan secara tegas terdapat didalam Al-Qur'an dan As-Sunnah . Seperti dalam firman Allah subhanahu Wa Taala yang artinya " Katakanlah ' Marilah Kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhan mu yaitu " Janganlah mempersekutukan dengan Dia , berbuat baiklah terhadap kedua orang tua mu ( ibu bapak mu ) dan janganlah kamu membunuh anak anak mu karena takut kemiskinan . QS . Al-An'am . 151 .
Banyak yang lemah iman sengaja bergaul dengan sebagian orang fasik dan ahli maksiat
bahkan mungkin juga bergaul sebagian yang menghina syariat islam , melecehkan islam dan para penganutnya
Tidak diragukan lagi , perbuatan semacam itu adalah haram dan membuat cacat akidah .
Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Taala berfirman yang artinya " Dan apabila kamu melihat orang orang memperolok olok ayat ayat Kami , maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain . Dan jika syetan membuat mu lupa ( akan larangan ini) maka kamu jangan duduk bersama orang orang zhalim itu ( sesudah teringat larangan itu ) .QS . Al-An'am . 68 .
"" Terutama shalat ..
Karena shalat inilah perkara yang paling berat nantinya dalam perhitunganNya
sebab pertama yang dipertanyakan dalam penghisapanNya
adalah shalat
karena diantara kejahatan pencuri terbesar adalah pencuri dalam shalat
Sebagaimana Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya " Sejahat jahat pencuri orang yang mencuri dari shalatnya " . Mereka bertanya "Bagaimana ia mencuri dari shalatnya "Beliau menjawab " Ia tidak menyempurnakan ruku dan sujudnya
Meninggalkan thuma'nina
tidak meluruskan dan mendiamkan punggung sesaat ketika ruku' dan sujud
tidak tegak ketika bangkit dari ruku '
serta ketika duduk antara dua sujud
Abu Abdillah Al Asy'ari berkata " ( Suatu ketika ) Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam shalat bersama sahabatnya
kemudian beliau duduk bersama dari sekelompok mereka tiba tiba seorang laki laki masuk dan berdiri menunaikan shalat . Orang it ruku lalu sujud dengan cara mematuk
maka Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda " Apakah kalian telah menyaksika orang ini , ? Barang siapa meninggal dalam keadaan seperti ini ( shalatnya ) maka dia meninggal dalam keadaan diluar agama Muhammad SAW .
Ia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak yang mematuk darah . Sesungguhnya perumpamaan orang yang shalat dan mematuk dalam sujudnya bagaikan orang lapar yang tidak makan kecuali sebutir ataw dua butir .
Sebagian umat islam hampir menyepelekan dalam artian ini
yaitu melakukan gerakan yang tidak ada gunanya dalam shalat . Krn merk tidak memenuhi perintah Allah dalam firmanNya yang artinya " Berdirilah karena Allah ( dalam shalat mu ) dengan khusyu . Surah Al Baqarah . 238 .
Perbuatan yang barangkali dianggap persoalan sepele oleh sebagian besar umat islam .
Sementara Allah SWT berfirman yang artinya " Sesungguhnya beruntunglah orang orang yang beriman , yaitu orang orang yang khusu dalam shalatnya . Al Mukmin . 1 . 2 .
Suatu saat Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tentang hukum meratakan tanah ketika sujud .
Beliau menjawb " Jangan engkau mengusap sedang engkau dalam keadaan shalat jika terpaksa harus melakukan maka cukup sekali meratakan kerikil ..
"" Semuga bermamfaat ..
Salam santun berbalut senyum wa ukhuwah fillah ..
MEMAHAMI QADAR ALLAH SEBAGAI UTUSANNYA
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengatakan, “Anakku, tidurlah di atas kasur qadar (ketentuan Allah), dengan berbantal kesabaran, menerimanya dengan lapang tanpa menggerutu, tetap mengabdi kepada Allah dengan berharap meraih pembebasan (penyelesaian masalah) dari-Nya. Jika engkau lakukan itu, Allah Al-Muqaddir (yang menetapkan qadar) akan mencurahkan kepadamu sebagian karunia-Nya lebih daripada apa yang engkau minta dan engkau harapkan.
Wahai kaumku, mari kita tunduk dan menerima segala ketetapan dan perbuatan Allah. Kita tundukkan kepala lahir dan batin menerima qadar-Nya. Kita terima qadar-Nya dengan lapang dada, dan membiarkan diri hanya oleh qadar-Nya. Sebab, ketetapan Allah bagaikan utusan kerajaan. Kita harus memperlakukannya dengan baik dan hormat, karena kita memandang pada yanag mengutusnya.
Jika kita memperlakukan ia seperti itu, maka ia dengan suka cita akan membawa kita kepada yang mengutusnya. Di sanalah letak pertolongan Allah. Di sana telah tersedia minuman dari lautan ilmu Allah, makanan karunia Allah yang amat tinggi, keterdekatan dan keakraban bersama Allah dan limpahan rahmat-Nya.”
--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam Fath Ar-Rabbani.
Iradah
Sesungguhnya iradah adalah kepedihan hati karena jeratan cinta kepada الله
الله SWT berfirman :
ولا تطرد الذين يدعون ربهم بالغداة والعشي يريدون وجهه
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan petang hari, sedangkan mereka menghendaki keridaan-Nya (Al-An’am 52).
Dari Anas bin Malik diceritakan bahwa Nabi SAW bersabda, :
اذا اراد الله بعبد خيرا استعمله, قيل له كيف يستعمله يا رسول الله ؟ قال : يوفقه لعمل صالح قبل الموت
Jika الله menghendaki kebaikan seorang hamba maka dia dipekerjakan (dengan kebaikan itu). Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana ia dipekerjakan-Nya Ya رسول الله ?” Nabi menajwab, ‘Diberi pemahaman untuk beramal kebajikan sebelum mati.”
Iradah (kehendak) adalah awal perjalanan para salik yang sebenarnya merupakan nama bagi tahapan / maqam pertama pendakian para salik untuk menuju ke hadirat الله. Sifat ini dinamakan iradah karena iradah merupakan awal segala urusan. Barang siapa tidak memiliki kehendak terhadap sesuatu maka tidaklah mungkin ia melakukannya.
Segala persoalan yang berkenaan dengan langkah awal perjalanan para salik dalam meniti jalan menuju الله dinamakan iradah. Kedudukannya sama dengan mukadimah dalam segala urusan yang berkaitan dengan tujuan. Murid harus memiliki iradah sebagai belahan kesatuan langkah-langkahnya sebagaimana seorang alim diharuskan memiliki ilmu sebagai belahan kealimannya. Murid dalam pengertian ahli sufi bukanlah perwujudan kehendak milik murid sendiri karena orang yang belum bisa memurnikan dirnya sendiri dari eksistensi kehendak dirinya maka belumlah dinamakan murid.
Banyak orang yang memberikan arti iradah, masing-masing mengungkapkannya sebatas apa yang tersirat di dalam hatinya. Sementara para sufi mengatakan bahwa iradah adalah meninggalkan apa yang telah menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan manusia pada umumnya adalah terpaku kepada hukum penapakan pada tempat-tempat yang membuat dirinya lupa, percaya pada ajakan syahwat dan cenderung mengikuti apa yang dibisikkan oleh harapan atau angan-angan. Sedangkan seorang murid harus terlepas dari identitas ini. Semuanya tidak boleh melekat pada dirinya. Kemampuan salik keluar dari kenyataan-kenyataan (semu) iradahnya, menjadi bukti atas kebenaran iradah-Nya. Keadaan semacam inilah yang dinamakan iradah yaitu keluarnya salik dari hukum kebiasaan. Dengan demikian keberhasilan meninggalkan kebiasaan merupakan tanda-tanda iradah, adapun hakikatnya adalah manifestasi kebangkitan hati dalam pencarian Al-Haq. Karena itu dikatakan, “Sesungguhnya iradah adalah kepedihan hati karena jeratan cinta kepada الله yang mampu menghinakan setiap keharuan”.
Diceritakan dari seorang guru sufi, “Suatu hari saya sendirian berada di sebuah pedusunan yang sunyi. Tiba-tiba dada saya terasa sempit yang mendorong lidah saya mengucapkan,’Wahai manusia, bicaralah kepada saya, wahai jin bicaralah kepada saya’. Tiba-tiba sebuah suara tanpa bentuk menyahut, ‘Apa yang kamu kehendaki ?’ Saya menjawab, ‘الله’ yang saya kehendaki’. Dai kembali bertanya, ‘Kapan kamu menghendaki الله ?’
Kisah ini mengandung pelajaran tentang makna iradah. Orang tersebut mengatakan, ‘Bicaralah kepada saya’. Menunjukkan sebagai orang yang berkehendak (murid) pada الله. Orang yang berkehendak (murid) selalu tidak tenang dan lemas sepanjang malam dan siang. Dia dalam lahiriyahnya dihiasi dengan berbagai mujahadah dan di dalam bathiniyahnya disifati dengan penahanan berbagai bentuk beban kesulitan. Dia senantiasa menjauhkan diri dari tempat tidur, selalu siaga, siap memikul berbagai kesulitan dan menanggung berbagai kepayahan, mengobati akhlak, membiasakan diri dengan hal-hal yang berat, merangkul obyek-obyek yang menakutkan dan memisahkan diri dengan berbagai bentuk eksistensi atau simbol-simbol keperanan. Sebagaimana tersebut di dalam sebuah syair :
Kemudian malam saya putus
Dalam berbagai kenikmatannya
Tidak ada singa yang saya takuti
Tidak pun serigala
Rinduku mengalahkan saya
Lalu saya melipat rahasia saya
Dan orang yang punya kerinduan
Memang selalu dikalahkan
Ustadz Abu Ali Ad-Daqaq pernah mengatakan, bahwa yang dimaksud iradah adalah pedihnya kerinduan di dalam hati, sengatan yang menimpa hati, cinta yang menyala-nyala dan membakar nurani, kecemasan yang menggedor dinding-dinding bathin, api cahaya yang membakar kubah hati. Beliau juga mengatakan, “Saya di dalam permulaan kerinduan, dalam keadaan terbakar di tungku perapian iradah. Kemudian saya membisikkan ke dalam hati saya, “Duhai perasaan hati, alangkah pedihnya ! Apa arti iradah itu ?”
Yusuf bin Husin mengatakan, “Antara Abu Sulaiman Ad-Daraani dan Ahmad bin Abi Al-Hiwari terikat tali perjanjian. Ahmad tidak bisa membantah setiap perintah yang diberikan Abu Sulaiman. Suatu hari ia mendatangi Abu Sulaiman yang sedang memberi fatwa di majlisnya, kemudian melapor, “Sesungguhnya bunga api telah berpijar, menyala dan membakar, maka apa yang engkau perintahkan ?”
Abu Sulaiman diam dan tidak menjawab. Ahmad mengulanginya hingga dua kali atau tiga kali dan akhirnya mengatakan, ‘Abu Sulaiman pergi lalu duduk di dalamnya’. (seakan-akannya sempit dan Abu Sulaiman lupa tentang Ahmad, kemudian ingat lagi dan mengatakan, “Lihatlah Ahmad, sesungguhnya dia berada di dalam jilatan cahaya. Dia mampu menguasai dirinya dengan tidak hendak menentang perintah saya’. Kemudian mereka melihatnya, dan tiba-tiba Ahmad dalam pembakaran cahaya yang tidak selembar rambutpun terbakar.
Dikatakan bahwa diantara sifat-sifat murid adalah cinta amalan-amalan sunah, ikhlas dalam memberikan nasihat asih, sopan, dan senang dengan kesenidrian, sabar di dalam memikul segala kekerasan hukum, mengutamakan perintah, malu terhadap suatu pandangan, pelimpahan tenaga dan anugerah pada apa yang diperjuangkannya dengan penuh kecintaan, menyongsong segala sebab yang bisa mengantarkannya kepada-Nya, puas terhadap segala bentuk kelemahan, dan ketiadaan pengakuan hati akan ketersampaian diri kepada Tuhan.
Abu Bakar Muhammad Al-Waraq berkata, “Penyakit murid ada tiga macam, kawin, catatan wicara, dan lembaran-lembaran”.
“bagaimana mungkin tuan meninggalkan catatan wicara”. Tanya seseorang.
Ia menjawaab, “sebab akan menjadi penghalangku dari perolehan iradah.
Hatim Al-Asham mengatakan, “”Jika saya melihat seorang murid yang menghendaki selain yang dia (Hatim) kehendaki, maka ketahuilah bahwa ia telah menampakkan kerendahan”.
Diantara hukum bagi murid ada tia hal : tidurnya karena bersangatan mengantuk, makannya karena sangat butuh, dan ucapannya karena sangat terpaksa. Demikian nasihat Muhammad Al-Kattani
Jika الله menghendaki murid kebaikan, maka Dia akan memposisikannya dalam sikap sufi dan mencegahnya dari pergaulan para qari. Demikian fatwa Al-Junaid.
Pada suatu hari Abu Ali Ad-Daqaq memberikan wejangan kepada para santri dan mengatakan “Akhir iradah akan mengarahkan isyarat pada الله sehingga menjumpai-Nya bersama isyarat”.
“Apa yang dimuat dalam iradah ?”
Beliau menjawab, “Engkau menjumpai الله dengan tanpa isyarat”.
Pada kesempatan lain Syaikh Abu Ali mengatakan, “Seorang murid tidak akan menjadi murid hingga orang disebelah kirinya (malaikat pencatat kejahatan) tidak menulisnya selama 20 tahun.”
Karena itu Abu Utsman Al-Hirri menasihatkan, bahwa jika seorang murid mendengarkan sesuatu dari ilmu-ilmu suatu kelompok masyarakat (ahli hikmah/syaikh), lalu mengamalkannya, maka yang demikian itu dalam hatinya akan menjadi suatu hikmah sampai akhir usianya, dan selama itu dia bisa mengambil manfaatnya. Seandainya ia berbicara dengan ilmu tersebut maka orang yang medengarkannya pasti juga akan memperoleh manfaat. Dan barang siapa mendengarkan ilmu dari mereka lalu tidak mengamalkanya, maka hikayat yang diperoleh dan dijaganya akan masih tetap terjaga tetapi kemudian hilang terlupakan. Barang siapa iradahnya tidak sehat, maka perjalanan hari tidak akan menambahnya selain kemunduran.
Awal maqam murid adalah munculnya iradah Al-Haq dengan menggugurkan iradahnya sendiri. Demikian kata AL-Wasithi.
“Hal yang memperberatkan murid adalah mempergauli musuh dengan baik”. Kata Yahya bin Mu’adz.
“Jika saya melihat murid sibuk dengan hal-hal yang ringan, dispensasi dan usaha mencari nafkah, maka tidak ada sesuatu yang mendatanginya”. Demikain kata Yusuf bin Husain.
Dalam suatu kesempatan Imam Al-Junaid ditanya tentang masalah iradah dan murid. “Apa yang dapat dimiliki para murid dengan perjalaan hikayat / manakib (orang – orang saleh) ?”
Beliau menjawab, “hikayat / manakib adalah tentara-tentara الله yang dengannya dapat memperkuat hati seorang mukmin”.
“Apa dalam hal ini Tuhan punya saksi ?”
“Ya, yaitu firman الله yang berbunyi :
وكلا نقص عليك من أنباء الرسل ما نثبت به فؤادك
Dan semua kisah dari Rasul-Rasul Kami ceritakan kepadamu yaitu kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu (Hud 120)
Lebih jauh Al-Junaid mengatakan, Murid yang benar adalah yang tidak butuh ilmu para ulama. Seorang murid pada hakikatnya adalah orang yang dikehendaki الله karena jika tidak dikehendaki الله (sehingga ia memiliki iradah), maka ia bukan menjadi seorang murid / salik. Sedangkan murad adalah murid karena jika الله menghendaki seseorang untuk menjadi murid dengan kekhususan, maka Dia akan memberi pemahaman akan makna iradah. Akan tetapi para sufi membedakan antara murid dan murad. Murid bagi mereka adalah seorang pemula sedangkan murad adalah pamungkas. Murid ditegakkan dengan mata kepayahan dan dilemparkan dalam kawah kesulitan-kesulitan sedangkan murad dicukupkan dengan perintah yang tidak memiliki kesulitan. Murid adalah orang yang aktif dan muncul sebagai subyek sedangkan murad adalah orang yang diisi oleh الله, diberi faedah, dan dengannya dia disenangkan. sunatuLlah akan bersama para perambah jalan menuju الله memiliki bentuk yang berbeda-beda. Masing-masing memiiiki tingkatan hukum yang tidak sama. Kebanyakan mereka memiliki anugerah dengan disertai syarat mujahadah, kemudian mencapai maqam kedekatan dengan الله setelah mengalami berbagai kesulitan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu yang tidak pendek. Sedangkan sebagian yang lain disingkapkan (terbuka) bathinnya sejak permulaan usia dengan keagungan makna-Nya kemudian mencapai maqam kewalian yang tidak dapat dicapai oleh kelompok ahli riyadhah atau mujahadah. Golongan ahli riyadhah pada umumnya dalam pencapaian maqam kewalian akan dilemparkan oleh الله kedalam penggemblengan mujahadah. Penggemblengan ini terjadi setelah mereka memperoleh kesadaran hakikat. Tujuannya supaya mereka memperoleh apa-apa yang terkandung dalam hukum riyadhah.
Syaikh Abu Ali Ad-Daqaq juga berkata, murid adalah orang yang menanggung sedang murad adalah orang yang ditanggung.” Beliau juga pernah mejelaskan bahwa nabi Musa AS adalah seorang nabi yang menduduki jabatan seorang murid. Karena itu di dalam doanya dia mengatakan, “
رب اشرح لي صدري
Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku (Thaha 25)
Sedangkan nabi kita Muhammad SAW adalah seorang murad sehingga firman yang diwahyukan الله berbunyi demikian :
الم نشرح لك صدرك, ووضعنا عنك وزرك, الذي أنقض ظهرك,
ورفعنا لك ذكرك
Tidakkah telah Kami lapangkan dadamu, dan Kami hilangkan bebanmu yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan penyebutanmu (Alam Nasyrah 1-4)
Demikian pula ketika Musa mengatakan,
رب أرنى أنظر اليك قال : لن ترانى
Tuhan , tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku sehingga aku dapat melihat-Mu. Tuhan menjawab, “Kamu sekali-kali tidak dapat melihat-Ku”
Juga ketika الله SWT berfirman kepada Nabi Muhammad SAW,
الم ترى الى ربك كيف مد الظل
Tidakkah kamu melihat Tuhanmu bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang (Al-Furqan 45)
Kedua konteks di atas menunjukkan bahwa Nabi Musa AS berada pada maqam murid sedang nabi kita Muhammad SAW di maqam murad. Menurut syaikh Abu Ali Ad-Daqaq maksud ayat “Apakah kamu tidak melihat Tuhanmu dan potongan berikutnya Bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang adalah merupakan penutupan kisah dan pembagusan keadaan.
Imam Al-Junaid pernah ditanya tentang makna murid lalu dijawab, “murid adalah orang yang dikuasai oleh siasat ilmu, sedangkan murad adalah yang dikuasai oleh pemeliharaan dari Al-Haq secara langsung. Murid berjalan sedangkan murad terbang. Maka kapan para pejalan dapat menyusul mereka yang terbang.”
Dikisahkan bahwa Dzunun pernah mengirimkan seorang utusan untuk menjumpai Abu Yazid Al Bustami. Dia berpesan, “Katakan kepadanya, sampai kapan tidur dan istirahat , sementara kafilah telah berlalu”.
Setelah utusan tersebut sampai dan telah mengatakan pesan dari Dzunun, maka Syaikh Abu Yazid berkata, “Katakan kepada saudaraku Dzunun, orang alaki-laki adalah orang yang tidur sepanjang malam dan memasuki waktu subuh telah sampai di tempat sebelum kafilah sampai.”
“Betapa Indahnya, ini adalah ucapan yang keadaan kami belum bisa mencapainya”. Sambut Dzunun
Seruan dan Peringatan Allah Ta'ala:-
1. Rasulullah Saw bersabda bahwa Allah 'Azza wajalla berfirman, "Anak Adam mendustakan Aku padahal tidak seharusnya dia berbuat demikian. Dia mencaci Aku padahal tidak seharusnya demikian. Adapun mendustakan Aku adalah dengan ucapannya bahwa "Allah tidak akan menghidupkan aku kembali sebagaimana menciptakan aku pada permulaan". Ketahuilah bahwa tiada ciptaan (makhluk) pertama lebih mudah bagiku daripada mengulangi ciptaan. Adapun caci-makinya terhadap Aku ialah dengan berkata, "Allah mempunyai anak". Padahal Aku Maha Esa yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu. Aku tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun setara dengan Aku." (HR. Bukhari)
2. Dalam hadits Qudsi dijelaskan bahwa Allah Ta'ala berfirman: "Hai anak Adam, kamu tidak adil terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan tetapi kamu membenciKu dengan berbuat maksiat-maksiat. Kebajikan kuturunkan kepadamu dan kejahatan-kejahatanmu naik kepada-Ku. Selamanya malaikat yang mulia datang melapor tentang kamu tiap siang dan malam dengan amal-amalmu yang buruk. Tetapi hai anak Adam, jika kamu mendengar perilakumu dari orang lain dan kamu tidak tahu siapa yang disifatkan pasti kamu akan cepat membencinya." (Ar-Rafii dan Ar-Rabii').
3. Anak Adam mengganggu Aku, mencaci-maki jaman (masa), dan Akulah jaman. Aku yang menggilirkan malam dan siang. (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Allah Ta'ala berfirman (dalam hadits Qudsi) : "Kebesaran (kesombongan atau kecongkakan) pakaianKu dan keagungan adalah sarungKu. Barangsiapa merampas salah satu (dari keduanya) Aku lempar dia ke neraka (jahanam)." (HR. Abu Dawud)
5. Berbaik sangka terhadap Allah termasuk ibadah yang baik. (HR. Abu Dawud)
6. Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga. (Artinya, mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu). ( HR. Bukhari)
7. Allah 'Azza wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, Aku menyuruhmu tetapi kamu berpaling, dan Aku melarangmu tetapi kamu tidak mengindahkan, dan Aku menutup-nutupi (kesalahan-kesalahan)mu tetapi kamu tambah berani, dan Aku membiarkanmu dan kamu tidak mempedulikan Aku. Wahai orang yang esok hari bila diseru oleh manusia akan menyambutnya, dan bila diseru oleh Yang Maha Besar (Allah) dia berpaling dan mengesampingkan, ketahuilah, apabila kamu minta Aku memberimu, jika kamu berdoa kepada-Ku Aku kabulkan, dan apabila kamu sakit Aku sembuhkan, dan jika kamu berserah diri Aku memberimu rezeki, dan jika kamu mendatangiKu Aku menerimamu, dan bila kamu bertaubat Aku ampuni (dosa-dosa)mu, dan Aku Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih." (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
Iman, Islam, dan Ihsan
Rasulullah mendapat pelajaran penting tentang makna iman, Islam, dan ihsan dari Malaikat Jibril yang mendatangi beliau dengan menjelma menjadi manusia.
Secara berurutan, Nabi menjawab pertanyaan Jibril. Apa yang disebut iman? Nabi menjawab, ”Iman adalah engkau memercayai adanya Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, perjumpaan dengan Allah, para rasul, dan hari kebangkitan.”
Apa yang disebut Islam? Nabi menjawab, ”Islam adalah engkau menghamba kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, melaksanakan shalat, membayar zakat, dan berpuasa pada bulan Ramadan.”
Apa arti ihsan? ”Engkau beribadah kepada Allah dengan kondisi seolah-olah engkau melihat-Nya secara langsung. Jika tidak, yakinilah bahwa Allah sedang melihatmu,” jawab Nabi. (HR Bukhari dari Abu Hurairah).
Iman, islam (i kecil), dan ihsan adalah kesatuan tak terpisahkan dalam Islam (i besar). Apakah pengurutan iman, lalu islam, kemudian ihsan itu kebetulan? Apa maknanya?
Iman didahulukan karena ia pokok dan fondasi. Selanjutnya, iman di dalam hati menjadi tidak bermakna jika tak diimplementasikan dalam tindakan nyata yang terwujud dalam islam. Keislaman seorang muslim harus dibenarkan dengan hati (iman) dan dinyatakan dengan perbuatan (islam). Dan, ihsan adalah peleburan dari iman dan islam.
Artinya, seseorang tidak akan melihat Allah (tak mencapai tahap ihsan) jika tidak memercayai wujud-Nya (iman) serta tidak mengamalkan perintah dan larangan-Nya (islam).
Ihsan diraih jika iman dan islam telah mengikat satu sama lain dalam diri seorang muslim. Iman tidak bermakna tanpa islam. Dan islam tanpa iman akan rapuh.
Namun, ada sebagian orang yang mengurutkan: islam, lalu iman, kemudian ihsan. Alasannya, islam adalah amalan lahir yang rasional. Lebih tinggi daripada itu adalah iman: amalan batin yang suprarasional. Keduanya merupakan anak tangga untuk mencapai puncak: ihsan.
Kenapa ihsan diakhirkan? Barangkali menjadi isyarat bahwa ia hal yang sulit ditempuh. Jika islam terbatas pada aspek lahiriah, iman terbatas pada aspek batiniah, maka ihsan tak terbatas pada keduanya dan melampaui keduanya. Dalam ihsan, hanya ada dirimu bersama Allah.
“ Wahai kaum wanita, seandainya kamu akan mengetahui hak-hak suamimu atas dirimu
Wahai kaum wanita.. bacalah d bawah ini dg baik ..bacalah perlahan agar fham..
Ummul mu’minin ‘aisyah ra berkata :
“YAA MA’SYARANNISAA LAU TA’LAMNA BI HAQQI AZWAAJIKUNNA ‘ALAIKUNNALAJA’ALATILMARATU MINKUNNA TAMSAhULGHUBAARA ‘AN QADAMA ZAUJIHAA BUhURRI WAJHIHAA”
(al hadits) “ Wahai kaum wanita, seandainya kamu akan mengetahui hak-hak suamimu atas dirimu, niscaya kamu akan bersedia membersihkan debu ditelapak kaki suaminya dengan sebagian wajahnya”.
Tersebut dalam riwayat Al Bazzar dari ‘aisyah ra bahwa beliau berkata : “Aku bertanya kepada rosulullah S.A.W “Siapa orang yang paling besar hakhaknya atas wanita?. Beliau menjawab:”Suaminya”.
Aku melanjutkan:”siapa orang yang paling besar hak-haknya atas seorang laki laki?”. Beliau menjawab”Ibunya”.
Rasullullah S.A.W bersabda :”Ada tiga macam orang yang mana Allah tidak berkenan menerima sholatnya, kebajikannya tidak dibawa naik kelangit.
Yaitu :
1) Budak yang lari dari tuannya hingga kembali,
2) Isteri yang di marahi suaminya hingga mendapat ridhonya ;
3) Pemabuk hingga sadar (dari mabuknya).
Riwayat Ibnu huzaimah, ibnu hibban dan al baihaqqi dari jabir.
Rasulullah bersabda ketika mengingatkan kaum wanita (isteri):”IDZAA QAALATIL MAR-ATU LIZAUJIHA MAA KHAIRUNQATHTHU FAQAD hABITHA ‘AMALUHA””. RA-AITU MINKA “
Apabila seorang istri berkata pada suaminya :”Sama sekali aku tidak pernah melihat kamu berbuat baik”. Maka benar benar telah terhapuslah amalnya”. (riwayat ibnu adi dan ibnu ‘asakir dan ‘aisyah)
Thalhah bin ubaidillah ra mengatakan bahwa, aku mendengar Rasulullah bersabda : “AYYUMAMRA-ATIN QAALAT LIZAUJIHAA MAA RA AITU MINKA KHAIRAN QUTHTHA ILLAA AYASAHALLAAHU TA’AALAA MIRRAhMATIHI YAUMALQIYAAMATI” “Mana saja perempuan (isteri) yang berkata pada suaminya : Sama sekali aku belum pernah melihat engkau berbuat baik”, Kecuali Allah memutuskan rahmat baginya kelak di hari kiamat”. (al hadits)
Ummul mu’minin ‘aisyah ra berkata :
“YAA MA’SYARANNISAA LAU TA’LAMNA BI HAQQI AZWAAJIKUNNA ‘ALAIKUNNALAJA’ALATILMARATU MINKUNNA TAMSAhULGHUBAARA ‘AN QADAMA ZAUJIHAA BUhURRI WAJHIHAA”
(al hadits) “ Wahai kaum wanita, seandainya kamu akan mengetahui hak-hak suamimu atas dirimu, niscaya kamu akan bersedia membersihkan debu ditelapak kaki suaminya dengan sebagian wajahnya”.
Tersebut dalam riwayat Al Bazzar dari ‘aisyah ra bahwa beliau berkata : “Aku bertanya kepada rosulullah S.A.W “Siapa orang yang paling besar hakhaknya atas wanita?. Beliau menjawab:”Suaminya”.
Aku melanjutkan:”siapa orang yang paling besar hak-haknya atas seorang laki laki?”. Beliau menjawab”Ibunya”.
Rasullullah S.A.W bersabda :”Ada tiga macam orang yang mana Allah tidak berkenan menerima sholatnya, kebajikannya tidak dibawa naik kelangit.
Yaitu :
1) Budak yang lari dari tuannya hingga kembali,
2) Isteri yang di marahi suaminya hingga mendapat ridhonya ;
3) Pemabuk hingga sadar (dari mabuknya).
Riwayat Ibnu huzaimah, ibnu hibban dan al baihaqqi dari jabir.
Rasulullah bersabda ketika mengingatkan kaum wanita (isteri):”IDZAA QAALATIL MAR-ATU LIZAUJIHA MAA KHAIRUNQATHTHU FAQAD hABITHA ‘AMALUHA””. RA-AITU MINKA “
Apabila seorang istri berkata pada suaminya :”Sama sekali aku tidak pernah melihat kamu berbuat baik”. Maka benar benar telah terhapuslah amalnya”. (riwayat ibnu adi dan ibnu ‘asakir dan ‘aisyah)
Thalhah bin ubaidillah ra mengatakan bahwa, aku mendengar Rasulullah bersabda : “AYYUMAMRA-ATIN QAALAT LIZAUJIHAA MAA RA AITU MINKA KHAIRAN QUTHTHA ILLAA AYASAHALLAAHU TA’AALAA MIRRAhMATIHI YAUMALQIYAAMATI” “Mana saja perempuan (isteri) yang berkata pada suaminya : Sama sekali aku belum pernah melihat engkau berbuat baik”, Kecuali Allah memutuskan rahmat baginya kelak di hari kiamat”. (al hadits)
Langganan:
Postingan (Atom)