Laman

Selasa, 11 Maret 2014

Iman, Islam, dan Ihsan


Rasulullah mendapat pelajaran penting tentang makna iman, Islam, dan ihsan dari Malaikat Jibril yang mendatangi beliau dengan menjelma menjadi manusia.

Secara berurutan, Nabi menjawab pertanyaan Jibril. Apa yang disebut iman? Nabi menjawab, ”Iman adalah engkau memercayai adanya Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, perjumpaan dengan Allah, para rasul, dan hari kebangkitan.”

Apa yang disebut Islam? Nabi menjawab, ”Islam adalah engkau menghamba kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, melaksanakan shalat, membayar zakat, dan berpuasa pada bulan Ramadan.”

Apa arti ihsan? ”Engkau beribadah kepada Allah dengan kondisi seolah-olah engkau melihat-Nya secara langsung. Jika tidak, yakinilah bahwa Allah sedang melihatmu,” jawab Nabi. (HR Bukhari dari Abu Hurairah).

Iman, islam (i kecil), dan ihsan adalah kesatuan tak terpisahkan dalam Islam (i besar). Apakah pengurutan iman, lalu islam, kemudian ihsan itu kebetulan? Apa maknanya?

Iman didahulukan karena ia pokok dan fondasi. Selanjutnya, iman di dalam hati menjadi tidak bermakna jika tak diimplementasikan dalam tindakan nyata yang terwujud dalam islam. Keislaman seorang muslim harus dibenarkan dengan hati (iman) dan dinyatakan dengan perbuatan (islam). Dan, ihsan adalah peleburan dari iman dan islam.

Artinya, seseorang tidak akan melihat Allah (tak mencapai tahap ihsan) jika tidak memercayai wujud-Nya (iman) serta tidak mengamalkan perintah dan larangan-Nya (islam).

Ihsan diraih jika iman dan islam telah mengikat satu sama lain dalam diri seorang muslim. Iman tidak bermakna tanpa islam. Dan islam tanpa iman akan rapuh.

Namun, ada sebagian orang yang mengurutkan: islam, lalu iman, kemudian ihsan. Alasannya, islam adalah amalan lahir yang rasional. Lebih tinggi daripada itu adalah iman: amalan batin yang suprarasional. Keduanya merupakan anak tangga untuk mencapai puncak: ihsan.

Kenapa ihsan diakhirkan? Barangkali menjadi isyarat bahwa ia hal yang sulit ditempuh. Jika islam terbatas pada aspek lahiriah, iman terbatas pada aspek batiniah, maka ihsan tak terbatas pada keduanya dan melampaui keduanya. Dalam ihsan, hanya ada dirimu bersama Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar