Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Rabu, 29 Januari 2014
CAHAYA ALLAH (NUR ILAHI) YANG MEMANCAR DARI TUBUH ORANG MUKMIN
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya
Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak
dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (An Nur 35)
Allah memberi cahaya kepada
segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi. Pada dasarnya seluruh alam
semesta ini berada dalam kegelapan, kemudian Allah memberikan cahayanya
pada tempat tempat tertentu. Perhatikan langit dan angkasa raya yang
dipenuhi bintang bintang. Semua itu berada dalam keadaan gelap, kemudian
Allah jadikan bintang, matahari dan bulan sebagai sumber cahaya yang
menerangi sekelingnya.
Dalam salah satu hadist yang
diriwayatkan Al Bazzar dan Abdullah ibnu Amr ia pernah mendengar
Rasulullah bersabda:” Sesungguhnya Allah menciptakan mahluknya dalam
kegelapan, lalu melemparkan kepadanya suatu cahaya dari cahayaNya. Maka
barang siapa yang terkena cahaya itu, ia mendapat petunjuk, dan siapa
yangb luput darinya maka sesatlah ia”
Terang dan gelap adalah
dua keadaan yang jauh berbeda. Tidak sama keadaan orang yang berada
ditempat terang dengan orang yang berada di tempat gelap. Allah telah
mengingatkan hal ini didalam surat Fathir ayat 19 – 21 :
19.
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. 20.dan
tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya ,21. dan tidak (pula) sama
yang teduh dengan yang panas, (Fathir 19-21)
Orang yang berada
dalam kegelapan adalah orang yang jahil, bodoh, tidak berilmu, hidupnya
terasa sempit, kacau penuh carut marut dan berbagai kesulitan dan
kesengsaraan. Sebaliknya orang yang berada pada tempat yang terang
adalah orang yang berilmu, hidup sejahtera, aman nyaman dan tentram
penuh dengan berkah dan rahmat Allah. Dalam surat Fathir diatas
disebutkan bahwa orang yang berada ditempat gelap diumpamakan seperti
orang yang buta dan berada pada tempat yang amat panas.Sedangkan orang
yang berada pada tempat terang seperti orang yang melihat dan berada
pada tempat yang teduh dan sejuk, tentu saja tidak sama keadaan kedua
orang tersebut.
Cahaya orang Mukmin di Dunia
Orang
beriman adalah orang yang berada dalam naungan cahaya Allah, wajah dan
hatinya diliputi cahaya yang dapat dirasakan oleh orang disekitarnya.
Kata katanya menentramkan dan menyejukan hati, perilaku dan ahlaknya
menyenangkan orang disekitarnya. Dimanapun ia berada selalu mendatangkan
kedamaian dan ketenangan. Orang yang peka dan terang hatinya dapat
melihat cahaya yang terpancar dari wajah orang Mukmin ini.
Sebaliknya orang yang tidak beriman pada Allah berada dalam kegelapan.
Wajah dan hatinya diliputi kegelapan diatas kegelapan. Kata katanya
menyakitkan hati, perilaku dan ahlaknya menimbulkan keresahan bagi orang
disekitarnya. Hidupnya penuh kebohongan dan tipuan, kesana kemari
mengumbar syahwat dan kesenangan fatamorgana. Orang yang mengikutinya
sering terjebak kesenangan semu, yang berakhir dengan kesengsaraan dan
derita. Orang yang peka dan terang hatinya dapat melihat kegelapan wajah
orang ini.
Tanda tanda orang beriman yang bermandikan dan berselimut cahaya itu adalah mereka yang disebutkan dalam surat An Nur ayat 36:
36. Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan
waktu petang, 37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (An Nur
36-37)
Mereka tidak dilalaikan oleh perniagaan dan urusan dunia
dalam berzikir mengingat Allah, mengerjakan shalat, menunaikan zakat,
dan mereka takut akan datangnya suatau hari yang hati dan penglihatan
manusia bergoncang (kiamat). Mereka selalu bertasbih mensucikan dan
menganggungkan kebesaran Allah dimasjid masjid pada waktu pagi dan
petang hari.
Cahaya yang memancar dari wajah dan tubuh orang
beriman ini dapat dilihat oleh golongan Jin didunia ini. Hal ini bisa
kita dengar dari pengakuan jin yang masuk kedalam tubuh seorang mediator
seperti terlihat pada video berikut ini:
MELIHAT CAHAYA ORANG MUKMIN
Jin fasik dan kafir tidak berani mendekat orang yang taat beribadah,
mereka merasa panas berada didekatnya. Cahaya yang memancar dari tubuh
orang mukmin ahli ibadah dapat membakar mereka. Orang yang tidak
beriman tidak memiliki cahaya seperti itu, mereka jadi bulan bulanan
tipu daya jin dan syetan dalam kehidupan dunia ini. Allah juga
menyebutkan hal ini dalam surat an Nahl ayat 99 dan 100. Bahwa syetan
dan jin tidak punya kekuasaan dan kekuatan terhadap orang yang beriman
dan bertawakal pada Allah, mereka hanya sekutu Allah.
Salah
satu shabat yang ditakuti oleh golongan jin dan syetan adalah Umar bin
Khatab, dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Rasulullah bersabda
pada Umar bin Khatab: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
tidaklah setan bertemu denganmu di suatu jalan melainkan ia akan
mengambil jalan yang lain dari jalanmu.” (HR. Bukhari, no.3480).
Golongan Jin dan syetan bisa mengenal orang mukmin dari jauh dari cahaya
yang memancar dari wajah dan tubuhnya. Mereka selalu menghindar dari
pertemuan dengan orang seperti ini.
Cahaya orang Mukmin di Padang Mahsyar
Banyak ayat Qur’an yang menceritakan bahwa kelak dihari berbangkit
orang beriman dikenal dengan cahaya yang mengiringinya didepan ,
belakang, kiri dan kanannya. Tubuhnya bermandikan cahaya. Mereka dapat
dikenal dengan mudah dari cahaya yang memancar disekitar tubuhnya. Allah
menyebutkan hal itu dalam surat al hadit ayat 12 :
12. (yaitu)
pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan,
sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,
(dikatakan kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu,
(yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal
di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” ( Al Hadit 12 )
Hal yang sama disebutkan Allah dalam surat at Tahrim ayat 8:
8. Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(At Tahrim 8 )
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh
imam Bukhari dan Muslim Rasulullah mengajarkan kita untuk berdoa memohon
cahaya pada Allah sebagai berikut:
Allahummaj al fii Qolbi
nuron, wafii lisaani nuuron, wafii sam’i nuron, wafii bashorii nuron,
wamin fawqii nuron, wamin tahtii nuuron, wa an yamiinii nuron, wa an
syamaali nuron, wamin amaamii nuron, wamin kholfii nuuron, wajj al fii
nafsii nuron, wa a’dzimlii nuuron, wa adzzim lii nuuron, wajj allii
nuuron, wajj alni nuron, Allahumma a’thinii nuuron, wajj al fii ashobii
nuron, wafii lahmi nuuron, wafii damii nuuron, wa fii sya’rii nuuron,
wafii basyarii nuuron, ..
“Ya Allah ciptakanlah cahaya di
hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di
penglihatan-ku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di
sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan
cahaya dari belakangku. Ciptakanlah cahaya dalam diriku, per-besarlah
cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untuk-ku, dan
jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku,
ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam
darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku” (Hal ini semuanya
disebutkan dalam Al-Bukhari 11/116 no.6316, dan Muslim 1/526, 529, 530,
no. 763)
Demikianlah Allah memberikan cahayaNya pada orang yang
beriman berupa Aura Nur Ilahi ketika hidup didunia dan ketika berada di
Padang Mahsyar kelak. Mintalah kepada Allah agar Dia menambahkan
cahayanya pada kita masing masing.
Tidak Memerlukan Pujian Dan Tidak Tenggelam Oleh Pujian
Tidak meminta pujian kpda orang-orang yang suka memuji dan tidak bercita-cita mendapatkannya.
Jika ada seseorang memujinya, maka dia tidak terkecoh tentang hakikat dirinya di depan orang yang memujinya, karena mmg dia lebih mengetahui tentang rahasia hati dan dirinya dari pda orang lain yang bisa tertipu penampilan dan tidak mengetahui batinnya.
Ibn ‘Atha’illah berkata, “Orang-orang memujimu dari prasangka mereka tentang dirimu.
Maka engkau adalah orang yang mencela dirimu sendiri karena apa yang engkau ketahui pada dirimu.
Orang yang paling bodoh adalah yang meninggalkan keyakinannya tentang dirinya karena ada prsangka orang-orang tentang dirinya.”
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anh, bahwa jika dipuji orang lain maka beliau berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang mereka katakan.
Berikanlah kebaikan kepadaku dari apa yang tidak mereka ketahui.”
Bagaimana Sifat Jalal Disisi Zat Allah?
Menyambung artikel sebelumnya tentang Sifat Kamalat, maka kali ini akan
dijabarkan bagaimana perwujudan sifat jalal yang merupakan kebesaran
Allah semata. Bagaimana sifat Jalal yang merupakan sifat Kebesaran Allah
bisa dirasakan?
Bukti Sifat Jalal, Kebesaran Allah
Sifat Jalal berasal dari perbendaharaan Hukum-Nya yang tiada berbatas,
diantaranya termasuk hukum nyata yang disebut hukum alam (sunatullah)
maupun hukum yang tersembunyi di Al Malaaul A'la, dimana Allah kemudian
menurunkan bentuk Kebesaran-Nya berupa:
Hukum yang
dijalankan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali, kepada makhluk
apapun yang hidup di alam semesta yang nyata ataupun tersembunyi.
Hukum-hukum yang pernah dijalankan manusia tak lain berasal dari alam Al
Malaaul A'la, bahkan hukum yang yang akan (belum terjadi) dijalani
nantinya sudah tertulis disana. Tidaklah suatu hukum datang begitu saja,
apapun bentuk hukum yang sifatnya duniawi dan akhirat telah diberikan
Allah melalui akal pikir manusia, hanya saja kita tidak menyadarinya.
Ruh makhluk yang ber-nyawa, dimana ruh nantinya akan diberikan
nikmat dari Allah kepada jin dan manusia ketika hidupnya mencari jalan
untuk kembali kepada asalnya, dan mereka akan merasa tersiksa jika tidak
kembali ke tempat asal usul terciptanya ruh tersebut. Bgaiamana ruh itu
tersiksa? Ketika manusia itu meninggalkan raga maka dia akan mencari
jalan pulang, tetapi mereka yang tidak mengetahui jalan kembali kepada
Allah maka akan terus berada di Bumi hingga hari berbangkit. Bagaimana
ruh bisa mencari jalan kembali kepada sang pencipta ketika manusia itu
masih hidup? Maka setiap manusia bisa memerintahkan ruh Idhafie untuk
mencari jalan kebenaran, dimana ruh ini dapat melihat apapun tanpa
mengenal jarak dan menembus dinding alam nyata, menerobos masa lalu dan
masa mendatang. Ruh ini mampu bekerja dalam keadaan terjaga atau tanpa
sadar (mimpi), dimana dia dianggap memiliki kekuatan superanatural yang
mampu bergerak kemana saja sesuai keinginan manusia, dan dia bertindak
atas nama Allah di alam Asma'.
Angin yang diberikan kepada tujuh
petala Bumi berupa tujuh gelombang frekwensi yang dimulai dari titik
fokus susunan tata surya Bima Sakti, yaitu dari matahari ke Bumi. Maka
dalam ilmu astronomi dikenal sebagai angin surya yang memancarkan
radiasi panas yang kuat, tetapi bumi menyaring angin surya ini melalui
lapisan atmosfer. Begitu juga angin yang ada di Bumi dipengaruhi
matahari sehingga dapat dirasakan panas atau dingin.
Akal
Pikiran yang memiliki derajat Mutawassith, yaitu akal pikir dalam hal
membangun urusan duniawi termasuk didalamnya cabang ilmu sosial dan
cabang ilmu budaya. Sementara akal pikir yang membangun ukhrawi termasuk
didalamnya ilmu Kalam (ushuluddin, hakikat tauhid) dan I'tikad.
Dari alam Al Malaa ul a'la telah diturunkan Allah ilmu Hakikat Tauhid
kepada umat manusia, dimana ilmu ini nantinya berguna untuk melepaskan
ruh dari ikatan syirik terhadap sang Pencipta. Ketika manusia tidak
mengenal ilmu tauhid, sekalipun membaca ayat Al Fatihah bisa menimbulkan
syirik. Karena keajaiban yang diterima menurutnya akibat dari ayat
tersebut, bukan dari Allah.
Tujuh Petala Bumi adalah tujuh
gelombang yang berasal dari jalur orbit Bumi dan bulan sebagai satelit,
diantaranya dua gelombang berasal dari Venus dan Merkurius, dan lima
gelombang lainnya tanpa planet. Alam Tujuh petala Bumi ini dikuasai oleh
makhluk jin dimana kekuasaannya berada dari titik matahari yang panas
hingga di Bumi.
Alam Jin, merupakan alam makhluk Allah yang
hampir mayoritas memiliki sifat sombong dan takabur untuk mempengaruhi
manusia agar tersesat menuju jalan kepada Allah. Sebagian jin ada pula
yang meyakini Islam, akan tetapi sifat terburuk manusia adalah dasar
mengukur sebaik-baik Jin, sehingga nantinya jika jin itu masuk surga
akan menempati surga tingkat pertama. Untuk mengenal tentang Alam jin
yang dijelaskan disini bisa ditemukan pada artikel terdahulu "UFO Dan
Wilayah Alam Jin".
makhluk jin, kebesaran allah
Hai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada
kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka
kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya) (Ar-Rahman 55:33-35)
Jadi, jika kita melihat seorang manusia yang telah membunuh dan
menganiaya puluhan orang tak bersalah, maka seperti itulah sebaik-baik
sifat jin. Tetapi sayangnya, banyak orang dan tanpa terkecuali
paranormal yang menggunakan kekuatan jin untuk membantu urusan duniawi
mereka, para jin dipuja dan disembah sebagai dewa. Ketika para jin
disembah dan dipuja, maka sifat mereka semakin sombong dan merasa mampu
melewati tujuh petala langit untuk mendengar berita langit. Kemudian
berita langit ini disampaikan kepada manusia atau paranormal yang
menggunakan kekuatan mereka. Tetapi para jin ini tak bisa lolos dari
nyala api dan cairan panas yang turun dari langit, secara fisik dapat
kita lihat sebagai meteor dan petir.
Inilah bentuk daripada
sifat Jalal, sifat Kebesaran Allah yang bisa dirasakan manusia. Tetapi
manusia itu sebagian besar enggan mengakui dan tidak memiliki rasa
keinginan untuk mencari jalan untuk mengenal sifat Tuhannya.
Sifat Kamalat, Sifat Kesempurnaan Disisi Zat Allah
Sifat Kamalat, atau sifat Kesempurnaan-Nya memiliki perbendaharaan ilmu
Allah yang tiada batas pada alam Raf-raf, sebuah perbendaharaan yang
menyimpan berbagai ilmu duniawi dan ukhrawi. Manusia tidak akan dapat
berfikir tentang penciptaan yang ada di langit dan bumi dengan akal
pikiran singkat, akan tetapi Allah telah memberikan hati nurani (kalbu)
yang senantiasa mengingat-Nya dan hanya kepada-Nya menyerahkan diri.
Dengan ini maka Dia membukakan alam pikir manusia dan memberi petunjuk
kepada mereka yang membuat kalbu atau hati sebagai singgasana Allah.
Bagaimana menilai sifat Kesempurnaan Allah, setidaknya kita harus
mengkaji dari mana sesungguhnya asal usul diri yang sifatnya batin dan
ruh sebagai hakikat manusia sebagaimana Allah berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Rum, 30:30)
kesepurnaan allah, sifat kamalat
Sifat Kamalat, Sifat Kesempurnaan Allah
Sifat Kamalat, atau sifat Kesempurnaan memiliki perbendaharaan ilmu
Allah yang tiada batas disebut juga alam Raf-raf, sebuah perbendaharaan
yang menyimpan berbagai ilmu dunia dan akhirat. Dari alam Raf-raf ini,
Allah telah menurunkan perbendaharaan kepada alam semesta berupa:
Ilmu Duniawi diturunkan kepada umat manusia sejak Adam diturunkan
ke permukaan bumi. Dengan adanya ilmu maka manusia terus memperbaharui
teknologi dan peradaban berkembang dari waktu ke waktu. Sebagaimana ilmu
astronomi yang kini telah mengalami kemajuan pesat dengan penjelajahan
ruang angkasa.
Ilmu Ukhrawi diturunkan Allah untuk membersihkan
Kalbu melalui ilmu tarikat dan tasawuf, dimana ilmu ini diterpakan kaum
sufi dan mereka yang mendapat petunjuk.
Kalbu (Qalbu) atau
jantung manusia, dimana kalbu diberi anugerah sebagai wadah ilmu dimana
sifat metafisiknya mampu membedakan kebenaran hakiki. Maka kalbu tidak
akan pernah berdusta tentang apa yang diberitakan melalui bisikan hati
nurani seseorang.
Air sebagai sumber rahmat sekalian alam,
dimana air diberikan kepada tujuh petala langit (tujuh lapis langit).
Melalui tujuh lapis langit, air kemudian diturunkan ke Bumi dengan kadar
tertentu. Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu
Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa menghilangkannya (Al-Mu'Minun, 23:18) Prihal air sudah dibahas
pada artikel terdahulu "Asal Mula Air Di Bumi Berasal Dari Hidrogen Luar
Angkasa" dan "Air Adalah Sumber Segala Ilmu Dari Singgasana Allah".
Akal Pikir manusia memiliki derajat tinggi yang digunakan untuk
membangun prihal duniawi yaitu akal pikir filsafat dan teknologi.
Kemudian akal pikir manusia juga bisa digunakan untuk membangun ukhrawi
yaitu alam akal pikir ahli tasawuf dan tarikat.
Alam Malaikat,
dimana makhluknya senantiasa menjaga Arasy Allah, sebagai malaikat
Muqarrabin, malaikat Saksi, malaikat Rahim, malaikat Zabaniyah, dan
termasuk didalamnya sepuluh malaikat yang wajib dipercaya umat muslim.
Tujuh Petala Langit dijadikan Allah untuk membuat manusia berjalan
kepada Allah (ma'rifatullah) yang wajib bagi setiap umat rasulullah,
dimana rasul pernah melakukan perjalanan menembus tujuh lapis langit
untuk bertemu dengan sang Pencipta.
Secara metafisik alam
tujuh petala langit berbatasan dari jalur orbit Bumi yang diisi dengan
tujuh peredaran benda langit dalam sistem tata surya Bima Sakti. Dimulai
dari planet Mars, batuan Minor, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan
Pluto.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas
kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah
terhadap ciptaan (Kami) (Al-Mu'minun, 23:17)
Dari poin diatas,
maka benar-benar Maha Sempurna sifat Allah yang terwujud kedalam tujuh
penciptaan. Manusia sering tidak menyadari dari mana mereka berasal,
dari mana akal pikiran yang menciptakan berbagai teknologi dan
pengetahuan lainnya, semata-mata karena sifat Kamalat yang ada pada diri
manusia itu sendiri. Karena semua itu adalah ALLAHU, dimana LAH artinya
Bagi Dia (yang memiliki sekalian alam), Pada Dia (yang merajai sekalian
alam), Karena Dia (adanya sekalian alam), dan HU artinya serba Dia
(pada zat, sifat, asma', af'al, semata-mata Dia).
Manusia dan
seluruh alam semesta tercipta dari fitrah atau zat Allah sendiri.
Mengapa Allah menciptakan manusia dari fitrah-Nya sendiri? Karena tidak
adanya elemen lain selain milik-Nya. Maha Esa fitrah-Nya menerbitkan
Sifat (kelakuan), dari zahir melahirkan Asma'-Nya, dan Asma' (nama)
melahirkan Af'al (perbuatan). Af'al tunduk kepada Asma', Asma' tunduk
kepada Sifat, dan Sifat tunduk kepada fitrah-Nya. Begitulah siklus hukum
yang terjadi dalam nama dan sifat-Nya, sifat Kamalat yang menjadi sifat
Kesempurnaan Allah.
Kisah Buhaira Mengungkap Tanda Muhammad, Khatamannubuwah
Ketika Muhammad berusia empat belas tahun, dia bertemu dengan seorang pendeta Buhaira di kota Bushra, Suriah, selama perjalanan menemani pamannya Abu Thalib. Buhaira, adalah orang yang pertama kali membuka tabir rahasia Khatamannubuwah. Kisah pertemuan antara Muhammada dan Buhaira dituliskan dalam karya sejarah Muslim awal seperti Ibn Hisham, Ibn Sa'ad Al-Baghdadi, dan Muhammad Ibn Jarir Al-Tabari, ketiga cerita ini memiliki versi berbeda.
Pendeta Buhaira tinggal diantara kota Mekah dan Syam yang menjadi jalan kafilah pedagang maupun musafir, dimana tempat tinggalnya merupakan suatu Oase (mata air yang dikelilingi pohon yang subur) sehingga menjadi tempat persinggahan bagi mereka yang melakukan perjalanan antara Mekah dan Syam. Kebanyakan orang-orang yang singgah ke Oase Buhaira menyempatkan diri untuk mengambil air dan minuman untuk hewan kendaraan mereka, sekaligus sebagai tempat istirahat.
Pendeta Buhaira Temukan Calon Nabi Akhir Zaman
Ketika Muhammad berusia empat belas tahun, saat itu dia dalam pemeliharaan pamannya ( Abu Thalib, ayah Sayyidina Ali) dan dibawa berniaga ke negeri Syam. Seperti biasa, atau hal ini telah menjadi tradisi dalam perjalanan niaga, mereka singgah di Oase milik pendeta Buhaira.
tempat buhaira
Buhaira dikenal sebagai pendeta yang memiliki injil Barnabas asli dan mempunyai catatan penting tentang tanda-tanda kelahiran Nabi akhir zaman, dimana nabi ini telah dinantikan kelahiran dan kedatangannya. Dalam catatan itu, Bukhaira membuat deskripsi untuk membenarkan keseluruhan tanda-tanda yang dibawa oleh nabi terakhir yaitu:
Seorang keturunan Arab Quraisy dari kota Mekah
Seorang anak Yatim Piatu
Dia tidak mau dihadapkan dengan menyebut nama sembahan buatan manusia selain Allah
Wajahnya bersinar, seakan-akan memancarkan cahaya
Seorang yang diberi nama Ahmad (Muhammad)
Binatang buas yang berhadapan dengannya akan takluk dan tunduk
Ketika dia berjalan dibawah terik panas matahari, maka awan akan selalu menutupinya dari sengatan matahari tersebut
Di belakangnya bulu-bulu roma yang halus bertuliskan "Allahu wahdahu laa syariika lahu wa Muhammadan 'abduhu warasuluhu, tawajjahu haitsu syi'ta fainnaka manshuro"
Katika dia masih kecil pernah didatangi oleh Malaikat Jibril dan memebedah dadanya
Ini hanya sebagian dari garis besar tanda-tanda nabi akhir zaman yang tertulis dalam catatan Buhaira, dan masih banyak lagi keterangan lain yang sempat di himpun. Buhaira memang seorang pendeta yang benar-benar menanti kelahiran Nabi akhir zaman, setiap hari ia duduk di beranda rumahnya yang menghadap ke kota Mekah. Berharap bahwa utusan yang ditunggu-tunggu hadir di masa itu sehingga dirinya bisa mengikuti ajaran yang dibawa nabi terakhir.
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui (Al-Baqarah, 2:146)
Saat itulah, ketika Abu Thalib membawa Muhammad akan singgah ke Oase miliknya, dia melihat gumpalan awan yang bergerak menuju Oase sedangkan gumpalan awan lain bergerak kearah lain. Tetapi rombongan kafilah belum jelas terlihat dimatanya. Beberapa saat kemudian tampak suatu rombongan kafilah yang menuju ke tempatnya dan semakin jelas awan yang mengiringi rombongan unta dan kafilah yang membawa dagangan dipimpin Abu Thalib. Abu Thalib sendiri telah lama menjadi langganan persinggahan untuk mendapatkan air dan persediaan makanan di Oase Buhaira.
Pendeta Buhaira melihat seorang remaja belasan tahun diatas seekor unta dan awan tersebut berhenti bergerak dan tetap melindungi rombongan kafilah tersebut. Ketika Abu Thalib menemui Buhaira, awan tersebut tetap berada diatas Oase karena Muhammad tinggal seorang diri dan menjaga unta-unta kafilah. Melihat hal tersebut, Buhaira mulai berdebar jantungnya, dia sangat yakin bahwa yang ada dihadapannya adalah calon nabi akhir zaman.
Dan sudah menjadi kebiasaan kafilah yang singgah ditempat tersebut untuk dapat menerima makanan dan minuman yang disediakan Buhaira, tapi Muhammad tidak diajak makan bersama rombongan. Melihat hal ini, Buhaira menegur Abu Thalib dan menanyakan padanya 'mengapa anak tersebut tidak diajak makan bersama'. Abu Thalib menjawab 'menurut adat kebiasaan Mekah, seharusnya orang tua lebih dahulu makan dan minum kemudian anak-anak menyusul setelahnya'. tetapi pendeta Buhaira menampik dan mengatakan bahwa hal itu hanya adat kebiasaan Mekah, tidak berlaku di tempatnya dimana semua orang harus makan dan minum bersama.
Kemudian Buhaira memanggil Muhammad atas izin pamannya, Abu Thalib. Dan ketika Muhammad bergerak menuju rumah tempat makan dan minum, awan diatasnya pun bergerak mengikuti langkah Muhammad, dan awan itu berhenti ketika menutupi rumah persinggahan. Buhaira semakin kuat keyakinannya, inilah utusan yang sudah ditunggu-tunggu selama puluhan tahun masa hidupnya.
Biasanya, setelah kafilah makan dan minum mereka membayar biaya dan meneruskan perjalanan ke negeri Syam. Tapi Buhaira berpikiran lain, agar Abu Thalib menginap satu malam dan membatalkan perjalanan, maka Buhaira berdalil ada perampokan besar-besaran di malam hari, dan atas pertimbangan itu Abu Thalib menangguhkan perjalanan mereka dan menunggu keesokan hari.
Setelah malam tiba, rombongan kafilah mulai beranjak istirahat sedangkan Abu Thalib masih berbincang dengan Buhaira. Kemudian Buhaira menanyakan pada Abu Thalib 'siapakah anak yang dibawanya itu'. Abu Thalib awalnya mengatakan bahwa itu adalah anaknya tetapi Buhaira tidak percaya, setelah didesak akhirnya dikatakan bahwa anak itu adalah anak saudaranya (Abdullah) yang telah tiada ketika Muhammad dalam kandungan ibunya (Aminah), dan ibunya pun telah tiada ketika dia berusia enam tahun.
Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang keyakinan Buhaira, dia meminta Muhammad mendekat kepadanya atas izin Abu Thalib dan berkata "Wahai anakku, siapa namamu?"
"Namaku Muhammad" jawabnya.
"Demi Latta dan Uzza, aku ingin bertanya kepadamu anakku" ucap Buhaira kepada Muhammad.
Mendengar pendeta itu menyebut sesembahan Quraisy (Latta dan Uzza) maka Muhammad menjawab "Jika pendeta bersumpah dengan nama Latta dan Uzza, aku tidak akan menjawab pertanyaan itu!"
"Baiklah. Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi, aku akan bertanya kepadamu" Maka maksud Buhaira tak lain hanya menguji kebenaran ciri-ciri calon nabi akhir zaman, dan dia tidak sudi mendengar sumpah atas nama selain Allah, dan semakin jelas apa yang diyakini Buhaira.
Buhaira juga bertanya mengenai hewan buas yang pernah menghampiri Muhammad ketika masih dalam asuhan ibu susu Halimatussa'diyah. Saat itu Muhammad sedang mengembala domba bersama teman sebayanya, datanglha seekor macan ke tengah-tengah kumpulan domba. Semua teman-temannya berlari ketakutan, tetapi Muhammad mendatangi macan tersebut dan mengelus-elus kepalanya, dan macan tersebut menjilat-jilat tangan Muhammad seperti anaknya sendiri.
Demikian pula Muhammad menceritakan tentang dua orang yang datang kepadanya diwaktu mengembala domba, mereka membaringkan tubuh serta membelah dadanya, dimana peristiwa ini juga terlihat oleh teman-temannya yang lari ketakutan. Sejak itu dia dikembalikan oleh keluarga Halimatussa'diyah kepada kakeknya, Abdul Muthalib.
Khatamannubuwah, Lambang Ke-Nabi-an
Kisah yang diceritakan Muhammad semakin menambah keyakinan pendeta Buhaira, dan hanya tinggal satu bukti yang belum diperiksa yaitu bagian belakang diantara deua urat belikat, dimana tersusun rapi tanda ke-nabia-an terakhir (khatamannubuwah) "Allahu wahdahu laa syariika lahu wa Muhammadan 'abduhu warasuluhu, tawajjahu haitsu syi'ta fainnaka manshuro"
Buhaira menaikkan jubah yang dipakai Muhammad, dia merinding, seluruh perasaan yang bercampur antara terpuaskan, terharu, takut dan berharap, karena dia melihat dengan jelas tanda ke-nabia-an. Buhaira menangis dan merangkul Muhammad seraya berkata "Wahai anakku Muhammad, engkaulah calon Nabi akhir zaman yang sedang ditunggu-tunggu orang seperti diriku, jika engkau telah diberi wahyu oleh Allah maka sampaikanlah padaku, akulah yang akan mengikutimu!"
Khatamannubuwah, tanda nabi muhammad
Sesungguhnya lambang Khatamannubuwah telah dilupakan hampir semua orang, dimana pendeta Buhaira mengatakan bahwa ciri-ciri lambang ke-nabi-an itu adalah kalimat yang tertulis dalam lingkaran dan segitiga yang berada dibawah setengah lingkaran.
Buhaira berpesan kepada Abu Thalib agar rahasia ini jangan terbongkar sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul terakhir. Jika terbongkar maka Muhammad akan dibunuh kaum Yahudi dan Nasrani sebelum diberi wahyu. Menurut riwayat, Buhaira lebih dahulu wafat sebelum dirinya menjadi pengikut Muhammad, dengan kata lain dia tidak sempat menyaksikan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul akhir zaman.
Sifat Jamal, Sifat Keindahan Alam Semesta Disisi Zat Allah
Pada artikel yang lalu sudah diulas tentang sifat kebesaran Allah
(Sifat Jalal) dan sifat Kamalat, maka kali ini akan diulas tentang sifat
Jamal yang merupakan sifat Keindahan. Dengan demikian sifat Jamal ini
akan melengkapi pembahasan alam semesta disisi zat Allah.
Sifat Jamal, Sifat Keindahan
Sifat Jamal berasal dari pusat perbendaharaan alam semesta yang tiada
batasnya, alam yang disebut Baitil Makmur dimana Allah kemudian
menurunkan sifat-Nya dalam bentuk:
Tubuh atau fisik manusia
seluruh makhluk alam semesta yang bersifat keindahan sebagai tempat
mata memandang segala pergerakan ruh yang diperintahkan kalbu. Tanpa
tubuh perbuatan ruh tidaka akan jelas, tetapi dengan memandang perbuatan
tubuh maka semakin jelas hakikat setiap manusia sebagaimana Imam
Ghazali mengatakan "Perbuatlah apa yang kau inginkan, katakanlah apa
yang kau suka, nanti akan kukatakan siapa dirimu!"
Seluruh
materi yang termasuk Benda Padat kecuali air dan angin atau udara yang
menjadi kebutuhan utama makhluk hidup (oksigen). Materi padat yang
dimaksud meliputi alam semesta tanpa terkecuali benda langit.
Tanah tempat berpijak manusia di bumi, tanah sebagai tempat kehidupan
dan pertumbuhan dan perkembangan segala makhluk yang hidup. Tanah di
Bumi sebagai tempat yang menyediakan kebutuhan manusia seperti hasil
tambang, hasil laut, hasil hutan dan hasil pertanian. Tanah sebagai
tempat kelahiran manusia, tempat kematian dan sebagai tempat hari
berbangkit nantinya.
Akal Pikiran manusia yang memiliki derajat
rendah atau pemula, dimana alam pikiran ini digunakan untuk membangun
prihal duniawi meliputi cabang ilmu Ekonomi dan ilmu Hukum dunia
(diantaranya jaksa, hakim, pengacara). Sementara akal pikir yang
digunakan untuk membangun urusan ukhrawi meliputi ilmu Muamalah dan
cabang ilmu Fiqih (diantaranya harta warisan, perkawinan, hukum
peperangan, dll).
Alam Baitil Makmur kemudian menurunkan Ilmu
Syariat Fiqih untuk membersihkan dan menyucikan tubuh manusia dari
hukum-hukum yang diharamkan Allah.
Alam Hewan dan Tumbuhan yang
berasal dari Baitil Makmur diturunkan Allah untuk menjadi makanan
manusia, pembantu manusia dalam kehidupan (seperti kuda dan kerbau),
sebagai contoh dan perbandingan bagi manusia, dan menjadi perhiasan
kehidupan (seperti hewan yang dipelihara dalam sangkar).
taman gantung babilonia, sifat jalal, sifat keindahan
Yang harus dipahami bahwa manusia bukan makhluk yang berasal dari Bumi
melainkan makhluk langit dimana penciptaannya dimulai dari Ayah seluruh
manusia, yaitu Nabi Adam sebagai khalifatullah yang tercipta di alam
Nadzarullah atau surga saat ini. Tetapi pada kenyataannya, dengan adanya
sifat Jamal, sifat keindahan yang diberikan-Nya dari Baitil Makmur
membuat manusia terlupakan dari mana mereka berasal, dan kemana mereka
akan kembali setelah kematian nantinya. Jika manusia itu memilih jalan
yang salah dengan mengagungkan surga dunia, maka Allah telah menegaskan
bahwa mereka akan kembali ke tempat penyiksaan yang teramat panas dan
menyakitkan.
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan
di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu
ingat.(Al-A'raaf, 7:25-26)
Sifat Jalal diberikan-Nya
semata-mata untuk membantu manusia dalam melewati kehidupan yang sangat
singkat di Bumi, dimana manusia bisa menggunakan segala perlengkapan
dunia yang telah disediakan, mencukupi kebutuhan hidup, hingga nantinya
menggunakan sifat keindahan Allah pada jalan yang lurus sesuai yang
disebutkan dalam Quran.
...dan datanglah Tuhanmu; sedang
malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka
Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna
lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya
aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". Maka pada hari
itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya. dan tiada
seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr, 89:22-26)
Bumi semata-mata bukan tempat akhir kehidupan manusia, tidak ada
istilah reinkarnasi atau terlahir kembali karena ruh manusia hanya
diberi kesempatan satu kali. Sifat Jamal hanya sebagai pelengkap kita
hidup di dunia dan bukan sebagai pengganti surga, surga itu sedang
menunggu manusia yang berjalan lurus kepada-Nya dengan sifat Jamal dan
keindahan yang abadi.
Pada artikel yang lalu sudah diulas tentang sifat kebesaran Allah (Sifat Jalal) dan sifat Kamalat, maka kali ini akan diulas tentang sifat Jamal yang merupakan sifat Keindahan. Dengan demikian sifat Jamal ini akan melengkapi pembahasan alam semesta disisi zat Allah.
Sifat Jamal, Sifat Keindahan
Sifat Jamal berasal dari pusat perbendaharaan alam semesta yang tiada batasnya, alam yang disebut Baitil Makmur dimana Allah kemudian menurunkan sifat-Nya dalam bentuk:
Tubuh atau fisik manusia seluruh makhluk alam semesta yang bersifat keindahan sebagai tempat mata memandang segala pergerakan ruh yang diperintahkan kalbu. Tanpa tubuh perbuatan ruh tidaka akan jelas, tetapi dengan memandang perbuatan tubuh maka semakin jelas hakikat setiap manusia sebagaimana Imam Ghazali mengatakan "Perbuatlah apa yang kau inginkan, katakanlah apa yang kau suka, nanti akan kukatakan siapa dirimu!"
Seluruh materi yang termasuk Benda Padat kecuali air dan angin atau udara yang menjadi kebutuhan utama makhluk hidup (oksigen). Materi padat yang dimaksud meliputi alam semesta tanpa terkecuali benda langit.
Tanah tempat berpijak manusia di bumi, tanah sebagai tempat kehidupan dan pertumbuhan dan perkembangan segala makhluk yang hidup. Tanah di Bumi sebagai tempat yang menyediakan kebutuhan manusia seperti hasil tambang, hasil laut, hasil hutan dan hasil pertanian. Tanah sebagai tempat kelahiran manusia, tempat kematian dan sebagai tempat hari berbangkit nantinya.
Akal Pikiran manusia yang memiliki derajat rendah atau pemula, dimana alam pikiran ini digunakan untuk membangun prihal duniawi meliputi cabang ilmu Ekonomi dan ilmu Hukum dunia (diantaranya jaksa, hakim, pengacara). Sementara akal pikir yang digunakan untuk membangun urusan ukhrawi meliputi ilmu Muamalah dan cabang ilmu Fiqih (diantaranya harta warisan, perkawinan, hukum peperangan, dll).
Alam Baitil Makmur kemudian menurunkan Ilmu Syariat Fiqih untuk membersihkan dan menyucikan tubuh manusia dari hukum-hukum yang diharamkan Allah.
Alam Hewan dan Tumbuhan yang berasal dari Baitil Makmur diturunkan Allah untuk menjadi makanan manusia, pembantu manusia dalam kehidupan (seperti kuda dan kerbau), sebagai contoh dan perbandingan bagi manusia, dan menjadi perhiasan kehidupan (seperti hewan yang dipelihara dalam sangkar).
taman gantung babilonia, sifat jalal, sifat keindahan
Yang harus dipahami bahwa manusia bukan makhluk yang berasal dari Bumi melainkan makhluk langit dimana penciptaannya dimulai dari Ayah seluruh manusia, yaitu Nabi Adam sebagai khalifatullah yang tercipta di alam Nadzarullah atau surga saat ini. Tetapi pada kenyataannya, dengan adanya sifat Jamal, sifat keindahan yang diberikan-Nya dari Baitil Makmur membuat manusia terlupakan dari mana mereka berasal, dan kemana mereka akan kembali setelah kematian nantinya. Jika manusia itu memilih jalan yang salah dengan mengagungkan surga dunia, maka Allah telah menegaskan bahwa mereka akan kembali ke tempat penyiksaan yang teramat panas dan menyakitkan.
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.(Al-A'raaf, 7:25-26)
Sifat Jalal diberikan-Nya semata-mata untuk membantu manusia dalam melewati kehidupan yang sangat singkat di Bumi, dimana manusia bisa menggunakan segala perlengkapan dunia yang telah disediakan, mencukupi kebutuhan hidup, hingga nantinya menggunakan sifat keindahan Allah pada jalan yang lurus sesuai yang disebutkan dalam Quran.
...dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya. dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr, 89:22-26)
Bumi semata-mata bukan tempat akhir kehidupan manusia, tidak ada istilah reinkarnasi atau terlahir kembali karena ruh manusia hanya diberi kesempatan satu kali. Sifat Jamal hanya sebagai pelengkap kita hidup di dunia dan bukan sebagai pengganti surga, surga itu sedang menunggu manusia yang berjalan lurus kepada-Nya dengan sifat Jamal dan keindahan yang abadi.
Langganan:
Postingan (Atom)