قال الغزالي : الحسد هو المفسد للطاعات الباعث على الخطيئات وهو الداء
العضال الذي ابتلي به كثير من العلماء فضلا عن العامة حتى أهلكهم وأوردهم
النار وحسبك أن الله أمر بالاستعاذة من شر الحاسد فقال : * (ومن شر حاسد
إذا حسد) * كما أمر بالاستعاذة من شر الشيطان
Imam al-Ghozali berkata “Iri dapat merusakkan segala ketaatan serta
menimbulkan berbagai dosa dan kesalahan, iri adalah penyakit berat yang
menjadi cobaan besar bagi kebanyakan orang-orang alim terlebih
orang-orang awam, ia mampu menghancurkan serta menyeret mereka kejurang
api neraka, sebagaimana Allah memerintahkan hambanya berlindung dari
godaan syetan, Allah perintahkan untuk berlindung dari orang-orang yang
IRI HATI, Allah berfirman :
”dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki". (QS. 113:5)
Faidh al-Qadiir III/549
وَقَال صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي
اثْنَتَيْنِ : رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ
اللَّيْل وَآنَاءَ النَّهَارِ ، وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَهُوَ
يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْل وَآنَاءَ النَّهَارِ (1)
__________
(1) حديث : " لا حسد إلا في اثنين : رجل آتاه . . . " . أخرجه البخاري (
الفتح 13 / 502 ط السلفية ) ومسلم ( 1 / 558 ط الحلبي ) من حديث عبد الله
بن عمر .
Nabi Muhammad Saw bersabda, ”Iri hati
(hasad) itu tidak diperbolehkan, kecuali terhadap dua hal, seseorang
yang dikaruniai Allah kemampuan al-Qur’an dan ia terus menerus
membacanya diwaktu malam dan siang dan seseorang yang dikaruniai harta
yang banyak oleh Allah dan ia membelanjakannya (menginfaqkannya) malam
dan siang.” (HR. Bukhari-Fath al-Baari XIII/502, Muslim I/558 dari
Abdullah Bin Umar ra.)
قال العلماء الحسد قسمان حقيقي
ومجازي فالحقيقي تمنى زوال النعمة عن صاحبها وهذا حرام بإجماع الأمة مع
النصوص الصحيحة وأما المجازي فهو الغبطة وهو أن يتمنى مثل النعمة التي على
غيره من غير زوالها عن صاحبها فإن كانت من أمور الدنيا كانت مباحة وان كانت
طاعة فهي مستحبة
Berkata Orang-orang Alim “Iri terbagi atas dua bagian :
• HAQIQI ialah iri dalam arti mengharapkan hilangnya kenikmatan dari
orang sedang mendapatkannya, yang demikian haram secara kesepakatan
ulama berdasarkan dalil-dalil nash yang tegas
• MAJAZI ialah
iri dalam arti mengharapkan nikmat seperti nikmat yang diberikan pada
orang lain tanpa berharap hilangnya kenikmatan tersebut dari lainnya,
bila yang ia harapkan hal0hal yang bersifat duniawi maka hukumnya mubah
(boleh), dan bila berupa ketaatan maka sangat dianjurkan, itulah arti
iri yang terkandung dalam hadts nabi diatas.
Syarh an-Nawaawy alaa Muslim VI/97
Iri yang diperbolehkan itu namanya adalah al-Ghibthoh.
Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Sabtu, 22 Maret 2014
GELAR DAN KE ISTIMEWA,AN FATIMAH AZ ZAHRA..
وفي الفتاوى الظهيرية للحنفية أن فاطمة لم تحض قط ولما ولدت طهرت من نفاسها بعد ساعة لئلا تفوتها صلاة قال : ولذلك سميت بالزهراء وقد ذكره من صحبنا المحب الطبري في ذخائر العقبى في مناقب ذوي القربى وأورد فيه حديثين أنها حوراء آدمية طاهرة مطهرة لا تحيض ولا يرى لها دم في طمث ولا ولادة وفي الدلائل للبيهقي أن المصطفى صلى الله تعالى عليه وعلى آله وسلم وضع يده على صدرها ورفع عنها الجوع فما جاعت بعد ، وفي مسند أحمد وغيره أنها لما احتضرت غسلت نفسها وأوصت أن لا يكشفها أحد فدفنها علي بغسلها ذلك وذكر العلم العراقي أن فاطمة وأخاها إبراهيم أفضل من الخلفاء الأربعة بالاتفاق.
Dalam Kitab fataawa adz-Dzahiriyyah dikalangan Hanafiyyah disebutkan “Sesungguhnya Fathimah tidak pernah mengalami haid sama sekali, saat beliau melahirkanpun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat agar tiada terlewatkan shalat baginya, karenanya beliau diberi nama AZ_ZAHRA”
Al-Muhib at-Thabry dalam Dzakhaair al-‘Uqbaa saat menuturkan manaqib (biografi) kerabat-kerabat Nabi menjelaskan “Terdapat dua keterangan hadits “Beliau bidadari manusia, wanita suci dan disucikan tiada mengalami haid, tidak terdapati bercak darah dalam tamu bulanan dan masa melahirkannya”
Dalam ad-Dalaa-il nya al-Baehaqy dijelaskan “Sesungguhnya Nabi Muhammad yang terpilih shallallaahu alaihi wasallam meletakkan tangan didada Fathimah dan dihilangkan rasa kelaparan, setelahnya Fathimah tida pernah berasa lapar”
Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan “Kala kematian hendak menghampiri Fathimah, beliau beliau mandi dengan sendirinya dan berwasiat agar seorangpun tidak membuka (tubuhnya), kemudian sayyidina Ali ra. menguburkannya dengan mandinya tersebut”
Al-‘Iraaqy menjelaskan “Sesungguhnya Fathimah dan saudara laki-lakinya lebih mulia ketimbang 4 kholifah ar-Raasyidiin dengan kesepakatan ulama”
Faidh al-Qadiir IV/555
ما اختصت به فاطمة رضوان الله عليها من المزايا الكثيرة على أخواتها :
منها ما ورد أن الله زوجها لعلي كرم الله وجهه في السماء قبل أن يتزوجها في الأرض .
ومنها : تمييزها عليهنّ بأنها سيدة نساء أهل الجنة .
ومنها : تمييزها عليهنّ بتسميتها بالزهراء إما لعدم كونها لا تحيض من غير عِلَّة فكانت كنساء الجنة ، وإمَّا كونها على ألوان نساء الجنة أو لغير ذلك ، فهذه المذكورات ونحوهما مما امتازت به من الفضائل لا يبعد أن تكون هي الحكمة في بقاء نسلها في العالم أَمْناً له من عموم الفتن والمحن
Fathimah memiliki keistimewaan melebihi saudara-saudaranya :
• Terdapat keterangan bahwa Allah menikahkannya dengan Sayyidina Ali ra. dilangit sebelum dinikahkan dibumi
• Beliaulah yang dinobatkan menjadi penghulu (pemimpin) wanita-wanita penduduk syurga
• Beliau bergelar AZ_ZAHRA karena tidak pernah menjalani haid layaknya wanita-wanita syurga, atau karena beliau warna laksana wanita surga, atau karena alasan lainnya
Keterangan-keterangan tersebutlah yang menjadikan beliau beda dalam memiliki kurnia-kurnia Allah yang kemungkinan menjadi hikmah disebalik keturunannya yang akan terus ada dialam ini sebagai ketentraman dari segala bentuk fitnah dan cobaan dijagat raya ini.
Al-Fataawaa al-Hadiitsiyyah li Ibni al-Hajar I/119
Mengenai yang pertama kali menggelari beliau dengan AZ-ZAHRA belum kami temukan selain keterangan dalam kitab dikalangan syi’ah yang menyatakan bahwa gelar tersebut bersifat TAWQIIFY (langsung diajarkan Allah).
Wallaahu A’lamu Bis Showaab
MEMBACA SURAH YASIN DAN AR RA'DU PADA ORANG YANG SEDANG SAKARATUL MAUT...
Masalah membacakan Ayat Quran (surat Yaasiin dan Arra'du) pada orang yang SAKARAT ALMAUT memang ada anjurannya :
ويستحب أن يقرأ عند سورة ( يس )
واستحب بعض التابعين سورة ( الرعد ) أيضا
Dan disunahkan membacakan surat Yaasiin pada orang yang sakit keras (sakarat almaut) sebagian para taabi’iin juga mensunahkan dibacakan surat arra’du
Roudhotut thoolibiin II/97
________________________________
وفي رباعيات أبي بكر الشافعي: ما من مريض يقرأ عند يس إلا مات ريانا، وأدخل قبره ريانا، وحشر يوم القيامة ريانا.
قال الجاربردي: ولعل الحكمة في قراءتها أن أحوال القيامة والبعث مذكورة فيها، فإذا قرئت عليه تجدد له ذكر تلك الاحوال.
(وقوله: والرعد) أي ويسن أن يقرأ عنده الرعد أي لقول جابر بن زيد: فإنها تهون عليه خروج الروح.
Dalam seperempat bahasan milik Abi Bakar assyafi’i dijelaskan :
“Tidak seorang yang sakit (keras) dibacakan surat yaasiin kecuali bila meninggalnya dalam keadaan lega, saat memasuki kuburnya juga lega, saat digiring dihari qiyaamat juga lega”
Imam AlJarbardy berkata “Hikmah membacakan Yasiin adalah sesungguhnya keadaan hari Qiyamat dan kebangkitan disebut dalam surat tersebut, maka saat dibacakan dapat memperbaharui ingatannya kembali tentangnya”
Disunahkan juga membacakan surat arra’du berdasarkan riwayat jabir bin zaid “sesungguhnya surat arra’du dapat memudahkan keluarnya ruh”
______________________________
وروي.
ما من ميت يقرأ عنده يس إلا هون الله عليه.
ويستحب - إذا احتضر الميت - أن يقرأ عنده أيضا سورة الرعد فإن ذلك يخفف عن الميت سكرة الموت، وإنه أهون لقبضه، وأيسر لشأنه.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan “Tidak seorang yang (hendak) meninggal saat dibacakan yaasin kecuali Allah memudahkannya”
Disunahkan juga saat menjemput kematian dibacakan surat arra’du karena yang demikian dapat meringankannya dari sakarat almaut, mempermudah tercabutnya ruh, dan meringankan keadaannya.
Hasyiyah iaanah at-thoolibiin II/107,164
_________________________________________
قوله ( وأن يقرأ عنده يس ) أي بتمامها روى الحرث بن أسامة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال من قرأها وهو خائف أمن أو جائع شبع أو عطشان سقي أو عار كسي أو مريض شفي دميري وصح في حديث غريب ما من مريض يقرأ عليه يس إلا مات ريانا وأدخل قبره ريانا ع ش على م ر
يندب قراءة الرعد عنده لأنها تسهل طلوع الروح والمراد أن يقرأها بتمامها إن اتفق له ذلك وإلا فما تيسر له منها ولو تعارض عليه قراءتهما فهل يقدم يس لصحة حديثها أو الرعد فيه نظر
وينبغي أن يقال بمراعاة حال المحتضر فإن كان عنده شعور وتذكر للقبر والبعث قرأ سورة يس وإلا قرأ سورة الرعد
ع ش على م ر
Hasyiyah alBujairomi I/449
Wallaahu A'lamu Bis showaab...
Tanda Cinta
Syeikh Ahmad ar-Rifa’yRasulullah Saw, ketika bersabda:
“Pandangan seorang anak kepada kedua orang tuanya adalah ibadah.”
Dalam hadits mulia ini ada rahasia pengagungan cinta kepada Allah Ta’ala, sebagaimana menanjaknya cinta-cita para pecinta kepada Allah ta’ala. Maka memandang pada Allah adalah ibadah.
Anak-anak sekalian. Perlu kalian ketahui bahwa alam rahasia para pecinta, dan hasrat para perindu, adalah kebajikan kaum ‘arifin di dunia, dengan menyebut keluarnya dari dunia, sebagaimana disebutkan keabadian syurga bagi kebaikan ahli syurga. Tak ada yang lebih dicintai oleh pecinta dibanding bertemu Sang Kekasih. Seandainya bukan karena ajal yang telah ditentukan Allah Ta’ala bagi para perindu, pasti sudah mati nyawanya di badannya, karena dahsyatnya rindu kepadaNya.
Anas ra, berkata, “Ditanyakan kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah! Jika saja Allah berkehendak mengabadikan abadi pada para waliNya di dunia?”
Rasulullah Saw, menjawab, “Allah tidak ingin mengabadikan wali-waliNya di dunia, namun Allah memilih wali-wali dan kekasih-kekasihNya, untuk meraih kemuliaan utamaNya. Tidakkah kamu tahu bahwa pecinta selalu merindukan kekasihnya? Sungguh elok bagi orang yang ruhnya dan arahnya adalah bertemu Allah.”
Dalam suatu kisah Abu Hurairah ra, berkata pada kawannya, “Mau pergi kemana kamu?” Kawannya menjawab, “Aku mau membeli sesuatu untuk keperluan keluargaku.”
Lalu Abu Hurairah ra berkata, “Belikan aku kematian, kalau kamu bisa, lakukanlah. Karena begitu lama rinduku kepada TuhanKu. Sedangkan mati lebih kucintai dibanding minum air dingin bagi orang yang kehausan, dan lebih manis ketimbang madu.” Lalu beliau menangis sekeras-kerasnya, sembari berkata, “Duh rindunya aku….kepada Yang Melihatku, tetapi aku tak melihatNya…”. Lalu beliau pingsan.
Uwais ra ditanya, “Bagaimana kabarmu pagi ini?”
“Bagaimana ada kabar pagi bagi orang yang ketika pagi hari tidak ingin datangnya sore hari, dan ketika sore hari tidak ingin datangnya pagi, sedangkan rindunya panjang hingga ke relung hati?” jawabnya.
“Pandangan seorang anak kepada kedua orang tuanya adalah ibadah.”
Dalam hadits mulia ini ada rahasia pengagungan cinta kepada Allah Ta’ala, sebagaimana menanjaknya cinta-cita para pecinta kepada Allah ta’ala. Maka memandang pada Allah adalah ibadah.
Anak-anak sekalian. Perlu kalian ketahui bahwa alam rahasia para pecinta, dan hasrat para perindu, adalah kebajikan kaum ‘arifin di dunia, dengan menyebut keluarnya dari dunia, sebagaimana disebutkan keabadian syurga bagi kebaikan ahli syurga. Tak ada yang lebih dicintai oleh pecinta dibanding bertemu Sang Kekasih. Seandainya bukan karena ajal yang telah ditentukan Allah Ta’ala bagi para perindu, pasti sudah mati nyawanya di badannya, karena dahsyatnya rindu kepadaNya.
Anas ra, berkata, “Ditanyakan kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah! Jika saja Allah berkehendak mengabadikan abadi pada para waliNya di dunia?”
Rasulullah Saw, menjawab, “Allah tidak ingin mengabadikan wali-waliNya di dunia, namun Allah memilih wali-wali dan kekasih-kekasihNya, untuk meraih kemuliaan utamaNya. Tidakkah kamu tahu bahwa pecinta selalu merindukan kekasihnya? Sungguh elok bagi orang yang ruhnya dan arahnya adalah bertemu Allah.”
Dalam suatu kisah Abu Hurairah ra, berkata pada kawannya, “Mau pergi kemana kamu?” Kawannya menjawab, “Aku mau membeli sesuatu untuk keperluan keluargaku.”
Lalu Abu Hurairah ra berkata, “Belikan aku kematian, kalau kamu bisa, lakukanlah. Karena begitu lama rinduku kepada TuhanKu. Sedangkan mati lebih kucintai dibanding minum air dingin bagi orang yang kehausan, dan lebih manis ketimbang madu.” Lalu beliau menangis sekeras-kerasnya, sembari berkata, “Duh rindunya aku….kepada Yang Melihatku, tetapi aku tak melihatNya…”. Lalu beliau pingsan.
Uwais ra ditanya, “Bagaimana kabarmu pagi ini?”
“Bagaimana ada kabar pagi bagi orang yang ketika pagi hari tidak ingin datangnya sore hari, dan ketika sore hari tidak ingin datangnya pagi, sedangkan rindunya panjang hingga ke relung hati?” jawabnya.
Tingkat “dekat “ dengan Allah
Tingkat kedekatan seorang hamba dengan Allah itu bermacam – macam sesuai dengan firman Allah dalam Al qur’an
Tingkat “dekat “ dengan Allah
QS. Al Baqarah (2) : 186
Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Tingkat kedekatan selanjutnya adalah dikatakan “ lebih dekat “ lagi
Dapat dilihat dalam
QS. Qaaf (50) : 16
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
Dilanjutkan lagi tingkat kedekatan selanjutnya yaitu Allah meliputi segala sesuatu, bukan Cuma manusia, tapi segala sesuatu
QS. An Nisaa' (4) : 126
Kepunyaan Allah lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.
QS. Al Baqarah (2) : 19
Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir
Dan sejumlah ayat-ayat lagi yang menceritakan bahwa Allah meliputi segala makhlukNya. Setidak-tidaknya ada 2 kata yang digunakan. Kadang menggunakan kata mukhith, kadang wasi' ( Syain muhiitho, atau waasi’un )
Tapi intinya, Allah sedang memberikan gambaran betapa Allah itu sedang meliputi makhlukNya, dan sangat dekat dengan mereka.
Kata meliputi ini juga memberi makna 'luas' atau 'besar'. Artinya, ketika dikatakan bahwa Allah meliputi segala sesuatu, maka Dia itu sebenarnya adalah Dzat Yang Amat Sangat Besar Sekali. Sehingga bisa meliputi segala sesuatu, termasuk alam semesta keseluruhannya.
Namun, disamping itu, kata-kata kulli syai in (tiap-tiap sesuatu) di ayat tersebut menggambarkan betapa Allah begitu dekat, karena meliputi tiap-tiap makhlukNya, termasuk setiap
diri manusia. Bahkan setiap bagian terkecil tubuh manusia. Jadi, makna kata 'meliputi' memberikan persepsi sebagai kedekatan makhluk dengan Tuhannya atau sebaliknya. Tapi kedekatan yang bersifat universal.
Materi, energi, ruang, waktu, dan informasi, semuanya terangkum dalam kata "Meliputi" Bahkan termasuk orang-orang yang kafir pun diliputi oleh Allah. DzatNya dekat dengan apa saja dan siapa saja!
Tingkatannya lagi adalah tingkatan “berserta” atau “bersama”
Kata – kata yang digunakan adalah Ma’ash shabiriin ( beserta orang – orang yang sabar ), Ma’akum, ma'akum, ma'ana, ma'hum (bersamamu, bersama-Ku, bersama mereka).
Kata 'bersama' menunjukkan kedekatan secara khusus. Lebih khusus dibandingkan dengan 'meliputi'. Karena itu, penggunaan kata 'bersama' ini langsung dikaitkan dengan objeknya: bersamaMu, bersama-Nya, bersamaKu.
Ada semacam perhatian khusus, ketika Allah mengatakan: Aku bersama dengan orang-orang yang sabar. Seakan-akan Dia ingin menegaskan bahwa Allah akan memberikan pembelaan dan melindungi orang-orang yang sabar.
QS. Al Baqarah (2) : 153
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
QS. Al Hadiid (57) : 4
Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa, yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada, Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
QS. Al Anfal (8) : 46
Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
Tingkat kedekatan selanjutnya adalah orang – orang yang dapat memandang wajah Allah dimanapun dan kemanpun mereka menghadap.
Qs. Albaqarah : 115
Kepunyaan Allah lah belahan bumi timur dan barat, maka dimanapun engkau menghadap, maka distulah engkau menghadap wajah Allah, sesungguhnya Allah Dzat yang Maha luas dan maha mengetahui
Ayat diatas lebih bersifat khusus bagi orang yang dikehendaki dapat memahami dzat Allah, sehingga dapat musyahadah / dzikir ruh ( memandang dengan keyakinan hati / bathin ) pada Dzat Allah, karena kata – katanya menyebut Wajhullah ( wajah Allah ), sepertinya sangat dekat sekali, tapi oleh Allah dikhususkan bagi orang ‘ulul albab ( yaitu orang – orang yang mengerti hikmah atau essensi suatu hal yang dilihatnya ) kare
QS Al imran :190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi terdapat tanda – tanda kekuasaan Kami, bagi orang – orang ‘ulul albab, yaitu orang – orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring, dan mereka berfikir tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata : “ Ya Tuhan Kami, sesungguhnya tiadalah sia – sia semua yang engkau ciptakan, maha suci Engkau, selamatkan kami dari siksa neraka.
Tingkatan dekat selanjutnya adalah “disisiNya” dan “berserah diri”
QS. Al Kahfi (18) : 65
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami
QS. Al Kahfi (18) : 82
Dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri
Yang dikisahkan oleh Nabi Khidir seperti telah dijelaskan dlm Al Qur’an, disini terlihat bahwa Nabi khidir sudah dapat menyatukan kehendaknya dengan kehendakAllah, kemauannya / nafsunya sudah lenyap dalam kemauan Allah.
Baginda Nabi SAW pernah juga bersabda :
Ana ahmad bilaa mim
Aku ahmad tanpa mim ( ahad )
Demikian karena baginda nabi SAW sudah lenyap kehendaknya dalam kehendak Allah
Sehingga nabi adalah Al qur’an berjalan, berakhlaq dengan akhlaq Allah sehingga menjadi rahmatan lil ‘alamin
Nabi bersabda demikian, dengan melihat situasi, yaitu beliau tidak sedang berhadapan dengan khalayak ramai atau forum, tetapi didepan para sahabat – sahabat khusus.
Kalau kita cermati hadits nabi yang turun pada sahabat – sahabat khusus, adalah hadits – hadits yang penuh ajaran hikmah dan hakikat.
Untuk mencapai pemahaman tentang Allah seperti saat ini, tentulah kita telah melalui tahapan atau proses, berawal dari ketidaktahuan kita, lalu mendapat hidayah dan bimbingan dari Allah sehingga akhirnya paham seperti saat ini, semestinya kita juga menyadari bahwa semua saudara kita juga mengalami demikian, sehingga jika saudara kita belum sampai pada apa yang telah kita pahami, sebaiknya kita juga ingat bahwa kitapun dulu juga seperti itu, maka hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan penjelasan dengan uraian yang tidak terkesan menggurui berdasarkan tingkat pemahaman mereka ( saudara kita sesama salikin ) untuk dibimbing kepada pemahaman selanjutnya ( masalah paham atau tidaknya, adalah hak Allah ), bukan menonjolkan pada terminal mana kita telah paham atau telah sampai, karena ada beberapa hal yang tidak mungkin dijelaskan, maka sebaiknya kita berhati – hati, dan salah satu tanda kepahaman adalah hati – hati dalam menyempaikan sesuatu hal ( ilmu hakikat dan ma’rifah ).
Tingkat “dekat “ dengan Allah
QS. Al Baqarah (2) : 186
Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Tingkat kedekatan selanjutnya adalah dikatakan “ lebih dekat “ lagi
Dapat dilihat dalam
QS. Qaaf (50) : 16
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya
Dilanjutkan lagi tingkat kedekatan selanjutnya yaitu Allah meliputi segala sesuatu, bukan Cuma manusia, tapi segala sesuatu
QS. An Nisaa' (4) : 126
Kepunyaan Allah lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.
QS. Al Baqarah (2) : 19
Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir
Dan sejumlah ayat-ayat lagi yang menceritakan bahwa Allah meliputi segala makhlukNya. Setidak-tidaknya ada 2 kata yang digunakan. Kadang menggunakan kata mukhith, kadang wasi' ( Syain muhiitho, atau waasi’un )
Tapi intinya, Allah sedang memberikan gambaran betapa Allah itu sedang meliputi makhlukNya, dan sangat dekat dengan mereka.
Kata meliputi ini juga memberi makna 'luas' atau 'besar'. Artinya, ketika dikatakan bahwa Allah meliputi segala sesuatu, maka Dia itu sebenarnya adalah Dzat Yang Amat Sangat Besar Sekali. Sehingga bisa meliputi segala sesuatu, termasuk alam semesta keseluruhannya.
Namun, disamping itu, kata-kata kulli syai in (tiap-tiap sesuatu) di ayat tersebut menggambarkan betapa Allah begitu dekat, karena meliputi tiap-tiap makhlukNya, termasuk setiap
diri manusia. Bahkan setiap bagian terkecil tubuh manusia. Jadi, makna kata 'meliputi' memberikan persepsi sebagai kedekatan makhluk dengan Tuhannya atau sebaliknya. Tapi kedekatan yang bersifat universal.
Materi, energi, ruang, waktu, dan informasi, semuanya terangkum dalam kata "Meliputi" Bahkan termasuk orang-orang yang kafir pun diliputi oleh Allah. DzatNya dekat dengan apa saja dan siapa saja!
Tingkatannya lagi adalah tingkatan “berserta” atau “bersama”
Kata – kata yang digunakan adalah Ma’ash shabiriin ( beserta orang – orang yang sabar ), Ma’akum, ma'akum, ma'ana, ma'hum (bersamamu, bersama-Ku, bersama mereka).
Kata 'bersama' menunjukkan kedekatan secara khusus. Lebih khusus dibandingkan dengan 'meliputi'. Karena itu, penggunaan kata 'bersama' ini langsung dikaitkan dengan objeknya: bersamaMu, bersama-Nya, bersamaKu.
Ada semacam perhatian khusus, ketika Allah mengatakan: Aku bersama dengan orang-orang yang sabar. Seakan-akan Dia ingin menegaskan bahwa Allah akan memberikan pembelaan dan melindungi orang-orang yang sabar.
QS. Al Baqarah (2) : 153
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
QS. Al Hadiid (57) : 4
Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa, yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada, Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
QS. Al Anfal (8) : 46
Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
Tingkat kedekatan selanjutnya adalah orang – orang yang dapat memandang wajah Allah dimanapun dan kemanpun mereka menghadap.
Qs. Albaqarah : 115
Kepunyaan Allah lah belahan bumi timur dan barat, maka dimanapun engkau menghadap, maka distulah engkau menghadap wajah Allah, sesungguhnya Allah Dzat yang Maha luas dan maha mengetahui
Ayat diatas lebih bersifat khusus bagi orang yang dikehendaki dapat memahami dzat Allah, sehingga dapat musyahadah / dzikir ruh ( memandang dengan keyakinan hati / bathin ) pada Dzat Allah, karena kata – katanya menyebut Wajhullah ( wajah Allah ), sepertinya sangat dekat sekali, tapi oleh Allah dikhususkan bagi orang ‘ulul albab ( yaitu orang – orang yang mengerti hikmah atau essensi suatu hal yang dilihatnya ) kare
QS Al imran :190
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi terdapat tanda – tanda kekuasaan Kami, bagi orang – orang ‘ulul albab, yaitu orang – orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring, dan mereka berfikir tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata : “ Ya Tuhan Kami, sesungguhnya tiadalah sia – sia semua yang engkau ciptakan, maha suci Engkau, selamatkan kami dari siksa neraka.
Tingkatan dekat selanjutnya adalah “disisiNya” dan “berserah diri”
QS. Al Kahfi (18) : 65
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami
QS. Al Kahfi (18) : 82
Dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri
Yang dikisahkan oleh Nabi Khidir seperti telah dijelaskan dlm Al Qur’an, disini terlihat bahwa Nabi khidir sudah dapat menyatukan kehendaknya dengan kehendakAllah, kemauannya / nafsunya sudah lenyap dalam kemauan Allah.
Baginda Nabi SAW pernah juga bersabda :
Ana ahmad bilaa mim
Aku ahmad tanpa mim ( ahad )
Demikian karena baginda nabi SAW sudah lenyap kehendaknya dalam kehendak Allah
Sehingga nabi adalah Al qur’an berjalan, berakhlaq dengan akhlaq Allah sehingga menjadi rahmatan lil ‘alamin
Nabi bersabda demikian, dengan melihat situasi, yaitu beliau tidak sedang berhadapan dengan khalayak ramai atau forum, tetapi didepan para sahabat – sahabat khusus.
Kalau kita cermati hadits nabi yang turun pada sahabat – sahabat khusus, adalah hadits – hadits yang penuh ajaran hikmah dan hakikat.
Untuk mencapai pemahaman tentang Allah seperti saat ini, tentulah kita telah melalui tahapan atau proses, berawal dari ketidaktahuan kita, lalu mendapat hidayah dan bimbingan dari Allah sehingga akhirnya paham seperti saat ini, semestinya kita juga menyadari bahwa semua saudara kita juga mengalami demikian, sehingga jika saudara kita belum sampai pada apa yang telah kita pahami, sebaiknya kita juga ingat bahwa kitapun dulu juga seperti itu, maka hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan penjelasan dengan uraian yang tidak terkesan menggurui berdasarkan tingkat pemahaman mereka ( saudara kita sesama salikin ) untuk dibimbing kepada pemahaman selanjutnya ( masalah paham atau tidaknya, adalah hak Allah ), bukan menonjolkan pada terminal mana kita telah paham atau telah sampai, karena ada beberapa hal yang tidak mungkin dijelaskan, maka sebaiknya kita berhati – hati, dan salah satu tanda kepahaman adalah hati – hati dalam menyempaikan sesuatu hal ( ilmu hakikat dan ma’rifah ).
Keharaman kaum lelaki memandang yang bukan muhrimnya ..
Ummu
salamah Ra mengatakan bahwa Ibnu Ummi maktum meminta izin kepada
Rasulullah S.A.W. Saat itu aku dan maimunah Ra duduk bersama, maka
Rasulullah bersabda:
”Bertakbirlah kalian “.
Kami menimpali:”
Bukankah dia orang buta yang tidak dapat memandang kami?”.
Rasulullah bersabda:
”Apa kalian tidak dapat melihatnya juga ?”.
Rasulullah S.A.W mengingatkan : ”LA’ANALLAAHUNNAADZIRA WALMANDZUURA ILAIHI” “Allah melaknat orang yang dipandang dan orang yang dipandangi (membalas pandangan).
Bagi perempuan yang beriman pada Allah, tidak dibenarkan memperlihatkan diri pada setiap orang asing, karena yang tidak terikat oleh pernikahan atau muhrim karena nasab atau sesusuan.
Demikian pula orang lelaki tidak dibenarkan memperhatikan kaum wanita, sebaliknya kaum wanita balas memperhatikan pandangannya.
Sebagaimana kaum lelaki menundukkan pandangannya kepada kaum wanita, maka menjadi kewajiban pula kaum wanita menundukkan pandangan mata terhadap kaum lelaki.
Pendapat itu sebagaimana di tekankan oleh Ibnu Hajar dalam kitab AZ ZAWAJIR. Tidak pula diperbolehkan lelaki bermusafahah(bersalaman) dengan perempuan yang bukan muhrim.
Larangan ini berlaku juga pada perbuatan salingmemberikan.
Sebab itu perkara yang di haramkan memandangnya diharamkan pula memegangnya.
Mengingat dengan cara memegangnya itu ia dapat merasakan kelezatan. Hal ini didasarkan pada dalil bahwa, kalau orang berpuasa lalu berpegangan dengan lawan jenisnya yang menyebabkan inzal(keluar mani), maka puasanya batal.
Tetapi kalau keluarnya mani disebabkan oleh pandangan, puasanya tidak batal. Demikian menurut penjelasan kitab An Nihayah.
Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam kitab Al Kabir dari mu’qal bin Yasar bahwa, salah seorang di antaramu yang di lukai kepalanya oleh jarum, itu lebih baik dari pada memegang perempuan yang tidak dihalalkan untuknya.
Rasulullah S.A.W memperingatkan : ”ITTAQUU FITNATADDUN-YAA WAFITNA-TANNISAA FA-INNA AWWALA FITNATI BANII ISRA-IILA KAATAT MINQIBA-LINNISAA. ”
“Takutlah kalian terhadap fitnah dunia dan fitnah kaum wanita. Sebab permulaan fitnah yang menimpa bani isra-il itu adalah kaum wanita”.
Rasulullah S.A.W bersabda:”WAMAA TARAKTU BA’DII FITNATAN ADHARRU ‘ALARRIJAALI MINANNISAA”. (al hadits)
“Dan setelah masaku tidak ada fitnah yang lebih membahayakan terhadap kaum lelaki ketimbang fitnah akibat perempuan
”Bertakbirlah kalian “.
Kami menimpali:”
Bukankah dia orang buta yang tidak dapat memandang kami?”.
Rasulullah bersabda:
”Apa kalian tidak dapat melihatnya juga ?”.
Rasulullah S.A.W mengingatkan : ”LA’ANALLAAHUNNAADZIRA WALMANDZUURA ILAIHI” “Allah melaknat orang yang dipandang dan orang yang dipandangi (membalas pandangan).
Bagi perempuan yang beriman pada Allah, tidak dibenarkan memperlihatkan diri pada setiap orang asing, karena yang tidak terikat oleh pernikahan atau muhrim karena nasab atau sesusuan.
Demikian pula orang lelaki tidak dibenarkan memperhatikan kaum wanita, sebaliknya kaum wanita balas memperhatikan pandangannya.
Sebagaimana kaum lelaki menundukkan pandangannya kepada kaum wanita, maka menjadi kewajiban pula kaum wanita menundukkan pandangan mata terhadap kaum lelaki.
Pendapat itu sebagaimana di tekankan oleh Ibnu Hajar dalam kitab AZ ZAWAJIR. Tidak pula diperbolehkan lelaki bermusafahah(bersalaman) dengan perempuan yang bukan muhrim.
Larangan ini berlaku juga pada perbuatan salingmemberikan.
Sebab itu perkara yang di haramkan memandangnya diharamkan pula memegangnya.
Mengingat dengan cara memegangnya itu ia dapat merasakan kelezatan. Hal ini didasarkan pada dalil bahwa, kalau orang berpuasa lalu berpegangan dengan lawan jenisnya yang menyebabkan inzal(keluar mani), maka puasanya batal.
Tetapi kalau keluarnya mani disebabkan oleh pandangan, puasanya tidak batal. Demikian menurut penjelasan kitab An Nihayah.
Diriwayatkan oleh Thabrani di dalam kitab Al Kabir dari mu’qal bin Yasar bahwa, salah seorang di antaramu yang di lukai kepalanya oleh jarum, itu lebih baik dari pada memegang perempuan yang tidak dihalalkan untuknya.
Rasulullah S.A.W memperingatkan : ”ITTAQUU FITNATADDUN-YAA WAFITNA-TANNISAA FA-INNA AWWALA FITNATI BANII ISRA-IILA KAATAT MINQIBA-LINNISAA. ”
“Takutlah kalian terhadap fitnah dunia dan fitnah kaum wanita. Sebab permulaan fitnah yang menimpa bani isra-il itu adalah kaum wanita”.
Rasulullah S.A.W bersabda:”WAMAA TARAKTU BA’DII FITNATAN ADHARRU ‘ALARRIJAALI MINANNISAA”. (al hadits)
“Dan setelah masaku tidak ada fitnah yang lebih membahayakan terhadap kaum lelaki ketimbang fitnah akibat perempuan
KOSONGKANLAH HATI DARI PENGARUH MAKHLUK
Apabila kita bermaksud supaya hati kita dapat masuk ke dalamnya cahaya-
cahaya Ilahi, cahaya-cahaya Al-Ihsan dan teranglah hati dengannya untuk dapat
menangkap ilmu-ilmu ketuhanan dan sebagian rahasia alam makhluk ini, maka tidak
ada jalan lain selain apa yang telah diungkapkan oleh Maulana Ibnu Athaillah
Askandary dalam Kalam Hikmahnya yang ke-203 sebagai berikut:
"Kosongkanlah hati anda dari segala sesuatu selain Allah,
niscaya Dia akan memenuhi hati anda itu dengan ilmu-ilmu makrifat (ilmu mengenal
Allah dan rahasia-rahasia alam) ketuhanan."
Kalam Hikmah ini kejel;asannya sebagai berikut:
I. Kita diperbolehkan Allah bahkan dianjurkan olehNya menguasai dan
memiliki alam ini sebanyak-banyaknya menurut pandangan lahiriah, walaupun
pada hakikatnya semua itu adalah milik Allah s.w.t. dan Dia adalah penguasa,
pemilik tunggal dan Maha Esa atas semuanya itu. Hal kedaan itu adalah menurut
pandangan "syari'at". Sedangkan menurut pandangan "hakikat",
di samping yang tadi, juga hati kita tidak boleh dipenuhi oleh alam
makhluk ini, tidak boleh dipengaruhi hati kita oleh harta kekayaan kita, oleh
pangkat kita, oleh isteri dan anak-anak kita dan lain-lain sebagainya.
Tetapi yang boleh bahkan yang harus mempengaruhi hati kita ialah Allah
s.w.t. atau dengan kata lain ialah agama kita yakni agama Islam. Selain
daripada Allah, apakah itu alam atas, atau alam bawah, alam dunia, alam
akhirat, alam hissy (yang dapat dijangkau pancaindera) ataupun alam maknawi
(yang bukan hissy), tidak boleh mempengaruhi hati kita.
Apabila hati kita telah kosong dari pengaruh-pengaruh alam
mayapada ini sehingga tidak ada dalam hati kita selain hanya "cinta pada Allah
s.w.t.", barulah Allah mengisi hati kita bahkan memenuhi hati kita dengan ilmu
makrifatNya sehingga hilanglah dari kita segala macam keraguan, naik
kepada tingkat yakin terhadapNya dan apa-apa yang diciptakan dan yang telah
ditentukan olehNya. Pada waktu itu berkumpulah dalam hati kita "Anwar
Al-Malakut" dan "Asrar Al-Jabarut".
Anwar Al-Malakut artinya cahaya-cahaya alam malakut. Yakni alam
bathin atau alam ghaib yang berhubungan dengan arwah dan jiwa manusia.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan "Asrar Al-Jabarut", ialah alam pertengahan
yakni alam barzakh (alam kubur) dan alam-alam mahsyar. Jabarut artinya
kekusaan dan paksaan. Sedangkan dalam alam barzakh dan mahsyar, segala sesuatu di
dalamnya adalah menurut apa yang telah ditetapkan Allah dan tidak boleh
dibantah oleh sesiapa pun, meskipun Rasul-rasulNya, semuanya lemah menghadapi
apa yang terjadi.
II. Kalau sudah berkumpul dalam hati kita Anwar Al-Malakut dan
Asrar Al-Jabarut, maka terbukalah segala-galanya ini, sebab segala sesuatu
sudah beserta Allah, dengan Allah, dari Allah, kepada Allah, atas Allah,
dalam Allah dan tida ada daya dan kekuatan melainkan dengan Allah (Laa
haula walaa quwwata illa billaahil-'aliyyil 'azhim). Sebab kita dalah hambaNya
dan yang dicintai olehNya, lahiriah kita dan bathiniah kita. Inilah makna
wahyu Allah s.w.t. kepada Nabi Isa a.s.:
"Bahwasanya Aku apabila Aku lihat pada hati hambaKu, lantas Aku
tidak mendapatkan dalam hatinya cinta pada dunia dan cinta pada akhirat,
niscaya Aku penuhkan hatinya itu dari "cintaKu" (padanya)."
Kesimpulan:
(a) Ilmu makhrifat terhadap Allah s.w.t. sangat sulit kita dapatkan
apabila hati kita masih dipengaruhi oleh kecintaan-kecintaan kepada selain
Allah. Hal keadaan ini seperti kata penyair Tasawuf:
Jika alam telah hancur dari mata hatiku,
Barulah rahasia dapat melihat ghaibnya dalam cahaya terang,
Maka lemparkanlah alam itu dari pandanganmu,
Dan hapuslah titik ghaibnya, jika anda ingin melihatKu.
(b) Karena itu, berjuang memerangi hawa nafsu adalah penting
sekali. Kemudian barulah kita tingkatkan pendekatan kita kepada Allah s.w.t.
dengan lahir dan bathin kita, sehingga sampai kita pada taraf bahwa dunia
ini dan apa saja selain Allah sudah tidak mempengaruhi bathin kita lagi,
meskipun kita mengahadapi dunia ini dengan serba macam permasalahannya,
seperti Rasulullah, Muhammad s.a.w. di mana beliau telah diikuti pula oleh
sahabat-sahabat dan hamab-hamba Allah yang shaleh.
Langganan:
Postingan (Atom)