Laman

Senin, 24 Maret 2014

HATIM AL-ASHAM

Abu Abdurrahman – Hatim bin Alwan,
populer dengan panggilan al-Asham (wafat
237 H/851 M.)
, termasuk salah seorang
tokoh besar di Khurasan. Ia murid dari
Syaqiq dan guru dari Ahmad bin
Khadhrawaih.

Dikisahkan, bahwa
sebenarnya ia bukanlah orang yang tuli
(asham) tetapi karena sering berpura-pura
tuli, ia populer dengan panggilan si tuli.

Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq –
rahimahullah ta’ala – berkata : “Ada wanita
yang datang kepada Hatim, untuk suatu
masalah yang harus diselesaikan. Tiba-tiba
muncul suara (semacam kentut) ketika itu.
Wanita itu tampak berubah roman mukanya,
karena malu. Hatim lantas berkata : “Tolong
keraskan suaramu!’ Hatim menampakkan
seakan-akan dirinya tuli. Melihat ketulian
Hatim, wanita itu berubah menjadi amat
gembira. Lantas wanita itu bilang,
“Sungguh, Hatim itu tidak dapat
mendengarkan suara.” Sejak saat itu ia
dikenal dengan sebutan al-Asham (si Tuli).”

Di antara ucapannya : “Tiada pagi,
tanpa ucapan setan yang muncul, ‘Anda
mau makan apa?
Mau memakai pakaian
mana?
Mau ke mana hari ini?
Lantas ku
katakan pada setan, “Aku akan makan
kematian dan memakai kafan, serta aku akan
menghuni kuburan.”

Ia pernah ditanya, “Apa yang paling
Anda senangi?” Ia menjawab “Aku senang
menjadi orang yang diampuni sejak siang
hari sampai malam hari.” Ditanya lagi,
“Bukankah hari-hari penuh ampunan?” Ia
menjawab, ‘Ampunan hari ini adalah bahwa
diriku, pada hari ini, tidak maksiat kepada
Allah swt.”

Ia mengisahkan, “Dalam suatu
pertempuran, aku tertangkap oleh tentara
Turki. Lantas aku ditelentangkan hendak
dipenggal. Dalam keadaan seperti itu, hatiku
sama sekali tidak berubah, bahkan aku
menunggu apa hukuman Allah swt, yang
akan dijatuhkan kepadaku. Di saat tentara
musuh itu mencabut pedang dari sarungnya,
tiba-tiba ada anak panah yang menghujam
tubuhnya, hingga ia terbunuh dan terlempar
dariku dengan sendirinya. Lantas aku
bangkit dari tempat pembaringanku.”

Ucapan yang lain, “Siapa yang
memasuki mazhab kami (Tasawuf),
hendaknya empat perkara kematian ini ada
dalam dirinya :
1) Mati putih, yaitu
berlapar-lapar;

2) Mati hitam, yaitu
menanggung beban penderitaan orang lain;

3) Mati meraha, yaitu beramal secara ikhlas
dalam menetang hawa nafsu; dan

4) mati
hijau, yaitu membuang ketololan satu demi
satu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar