Laman

Kamis, 06 Maret 2014

Pelacur Yang Bertasbih


Suatu hari ada festifal MTQ khusus untuk para pelacur di kota buaya, Surabaya, yang ditempaykan di Bangunsari, komplek pelacurn kelas populis terbesar di kota itu. Tiba-tiba seorang pelacur dengan pakaian ketat, eksotis, dan menantang, datang dengan membawa tasbih di arena itu.Tasbihnya terus berputar, sesekali mulutnya komat-kamit, mendesahkan dzikir. Sebuah pemandangan yang ekstrim.

Acara itu cukup mengundang perhatian publik, sekaligus mengharukan dan menyayat hati. Betapa tidak, acara itu dimulai dengan pembacaan shalawat Badar, bak pasukan yang hendak menuju medan pertempuran. Mereka berkerudung, sebagian berjilbab, dan sebagian berpakaian layaknya pelacur pula, seronok.

Ketika jack diundang untuk mengamati prosesi itu, Jack datang pada pelacur yang bertasbih. Apa gereangan yang menimpa nasib hamba Allah yang eksotis ini? “Jangan dikira Mas, soal hati dan jiwa, saya tidak mau kalah dengan seorang kyai.” Sebuah ungkapan jujur, tulus, dan cukup kontrofersial, tetapi benar-benar menusuk jantung Jack paling dalam.

Jack terharu mendengar kalimat itu, bahkan air mata jack mulai mengembang tidak terasa. Jack hanya berfikir sederhana,siapa yang tahu drama terakhir dar kehidupan seseorang? Siapa yang tahu hari ini dia menjadi penajaja nafsu liar, di akhir hayatnya justru menjadi kekasih Allah? Siapa tahu dia hanya melacurkan tubuhnya, sementara hati dan jiwanya hanya untuk Allah? Siapa tahu dia ini bukan pelacur, tetapi seorang gadis yangditugaskan oleh Allah untuk menyamar sebagai pelacur? Ataukah dia memang pelacur beneran, dan memiliki tingkat spritual yang eksotis, sampai tahap paling ekstrim : dunia pelacur dan dunia spiritual dalam satutubuh? WallahuA’lam…

Belum selesai Jack mengakhiri ketercenganan, Jack dikejutkan lagi oleh jawaban yang cukup meruntuhkanseluruh dada Jack, ketika Jack bertanya tentang keluarga dia. “Saya seorang janda, Mas, dengan dua orang anak, laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki saya sedang menghafal Al-Qur’an di sebuah pesantren,sedangkan anak perempuan saya di madrasah di kampung, ikut neneknya.Saya melacur ini untuk membiayai hidup mereka berdua, dan setiap hari saya berdao,agar anak saya menjadi ulama yang saleh, sementara yang perempuan menjadi perempuan yang salehah yang berguna.”

Perempuan itu menitikkan air matanya. Air mata itu, rasanya penuh dengan ampunan Allah. Jack melihat hatinya menangis, berluka-luka. Luka itu sepertinya jadi pledoidi akhirat nanti. ApakahAllah tegamenyiksa hambaNyayang terluka seperti dirinya,sementara ia berjuang tanpa putus asa,agar dua anaknya menjadi ahli surga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar