Laman

Jumat, 01 Mei 2015

Mulia, Kuat dan Kaya


Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany -Pagi hari di Madrasahnya, tanggal 19 Rajab 545 H.
Dari Nabi saw : beliau bersabda: "Siapa yang senang menjadi manusia paling mulia, hendaknya
bertaqwa kepada Allah. Dan siapa yang senang menjadi manusia paling kuat, hendaknya bertawakkal kepada Allah. Dan siapa yang senang menjadi manusia paling kaya hendaknya apa yang ada di tangan Allah lebih dipercaya ketimbang apa yang ada di tangannya. (Hr. Al-Hakim di Al-Mustadrak).
Artinya siapa yang ingin kemuliaan dunia dan akhirat hendaknya bertaqwa kepada Allah Azza wa-Jalla:
"Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian adalah yang paling bertaqwa." (Al-Hujurat: 13)
Kemuliaan ada pada ketaqwaan seseorang, sedangkan kehinaan ada dalam maksiatnya. Siapa yang ingin kuat dalam agama Allah Azza wa Jalla hendaknya ia bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, karena tawakal itu membenarkan hati, menguatkan, membersihkan, menunjukan dan menampakkan keajaiban Illahi. Karena itu jangan berserah diri pada uangmu, dinarmu, dan usahamu. Justru itu bisa melemahkan dirimu, karenanya tawakal-lah kepada Allah Azza wa Jalla, karena Allah Ta’ala menguatkanmu, menolongmu dan mengasihimu serta membukakanmu tanpa terduga disamping mengokohkan hatimu.
Jangan peduli dengan datangnya dunia atau perginya dunia dari sisimu. Jangan peduli pula dengan penerimaan (dukungan) atau penolakan makhluk padamu, maka pada saat itulah anda menjadi manusia terkuat.
Bila anda berpegang pada harta, jabatan, keluarga dan nusahamu, maka sama dengan anda menantang murka Allah azza wa Jalla, karena semua itu akan sirna. Disamping tipudaya dibalik semua itu, dimana Allah swt tidak senang ada yang lain selain Allah di hatimu.
Siapa yang ingin kaya dunia akhirat hendaknya betaqwa kepada Allah Azza wa Jalla, bukan takut pada yang lain. Hendaknya ia bersimpuh di pintuNya, malu bersimpung di pintu selain pintuNya. Seharusnya ia pejamkan mata hatinya untuk memandang selain Dia Azza wa Jalla, namun bukan mata kepalanya.
Bagaimana anda percaya dengan apa yang ada di tangan anda, sedangkan semua itu akan sirna? Sementara anda malah tidak percaya pada apa yang di Tangan allah Azza wa Jalla yang tak pernah sirna? Semua ini karena kebodohan anda pada Allah Ta’ala, lalu beralih ke yang lainNya. Percayamu pada Allah membuatmu cukup, dan percayamu pada selainNya membuatmu fakir.
Wahai orang yang yang meninggalkan ketaqwaan, anda telah diharamkan mendapatkan kemuliaan dunia akhirat.
Wahai orang yang tawakal kepada makhluk dan usaha, anda telah terhalang dari kekuatan dan kemuliaan bersama Allah Azza wa-Jalla dunia akhirat.
Wahai orang yang percaya pada milik kuasanya, anda telah terhalang meraih kaya raya dunia akhirat bersama Allah Azza wa Jalla.
Anak-anak sekalian, jika anda menjadi orang yang bertaqwa, bertawakal dan percaya teguh pada Allah Azza wa Jalla hendaknya anda sabar. Karena sabar itu dasar setiap kebajikan. Bila niatmu benar dalam sabar, maka sabarmu hanya demi wajah Ilahi Azza wa Jalla, maka anda akan dapat balasan berupa cintaNya dalam hatimu, DekatNya padamu dunia akhirat.
Sabar itu berarti berserasi dengan ketentuan dan takdirNya yang telah mendahului pengetahuanmu, dimana tak seorang pun dari makhlukNya bisa menghapus takdir itu.
Hal demikian akan tertanam dalam diri mukmin yang yaqin. Maka sabar atas takdirNya itu memberi kemerdekaan, bukan keterdesakan.
Sabar di awalnya merupakan keterhimpitan, namun langkah berikutnya adalah kebebasan. Bagaimana anda mengaku beriman tetapi anda tidak bersabar? Bagaimana anda mengaku ma’rifat tetapi anda tidak ridlo? Iman dan ma’rifat bukan sekadar pengakuan.
Tidak bisa disebut beriman dan ma’rifat sampai anda memandang gerbangNya, membiarkan celaan dan sabar atas lingkar takdir dan pijakan manfaat dan derita, yang menginjak hatimu, bukan pikiran dan inderawimu, sementara anda tetap di tempat, seperti terbius, jasad tanpa ruh.
Perkara ini diperlukan ketenangan, tanpa gerakan, tersembunyi tanpa harus menghilang dari massa, dimana qalbu, sirr, batin, dan makna anda tidak ada di tengah mereka. Sungguh sudah banyak apa yang saya bicarakan, dan sungguh betapa sedikit yang kalian amalkan. Sudah panjang lebar saya uraikan tetapi anda tak pernah faham. Sudah banyak yang kuberikan, tetapi tidak pernah kalian ambil. Sudah banyak nasehatku tetapi anda tidak mengambil pelajaran.
Betapa keras hatimu betapa bodohnya kamu pada Allah Azza wa Jalla. Jika anda tahu dan beriman pada Pertemuan dengan Allah Azza wa Jalla, dan jika anda ingat mati serta apa yang ada dibalik kematian, kenapa anda masih berlaku demikian? Bukankah anda telah menyaksikan kematian ayah dan ibumu dan keluargamu? Telah menyaksikan kematian raja-rajamu? Bukankah itu telah menjadi peringatan dan nasehat bagimu dan mengendalikan nafsumu, disbanding upayamu berburu dunia dan cinta atas tetapnya dunia? Kernapa hatimu tidak cemburu, lalu kalian keluarkan dunia dan makhluk dari hatimu?[pagebreak]
Padahal Allah Azza wa-Jalla telah berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak merubah apa yang ada pada kaum hingga mereka merubah apa yang ada dalam diri mereka."
Anda sedang bicara tetapi anda tidak melakukannya. Banyak yang sudah melakukan tetapi mereka tidak ikhlas.
Cerdaslah dirimu, jangan bikin su’ul adab pada Allah Azza wa Jalla. Kokohkan dirimu, wujudkan hakikatmu, kembalilah kepadaNya dan tafakurlah. Apa yang ada padamu di dunia ini tak ada manfaatnya di akhirat. Karena anda sendiri pelit pada diri sendiri, padahal jika anda dermawan pada jiwa sendiri, pasti anda sukses meraih manfaat akhirat. Sementara anda malah sibuk dengan sesuatu sirna, dan anda kehilangan yang kekal.
Karena itu jangan sampai anda disibukkan dengan harta, isteri-isteri dan anak-anak, karena dalam waktu dekat kalian terhalang dengan mereka.
Janganlah anda sibuk sekali dengan memburu dunia, sibuk mencari kehormatan dari makhluk, karena keduanya sama sekali tidak berarti di mata Allah Azza wa Jalla. Hatimu justru najis dengan kemusyrikan, penuh dengan keraguan kepada Allah Azza wa Jalla, penuh prasangka padaNya dalam perilaku jiwamu. Ketika Allah mengetahui dirimu, Allah marah padamu, dan anda dilempar jauh dari hati orang-orang yang saleh.
Sebagian Sufi – semoga Allah melimpahkan rahmatNya – ada yang tidak pernah keluar rumah, kecuali dengan mata terpejam, yang dituntun oleh anaknya. Ketika ditanya kenapa demikian? "Sampai aku tidak pertemu dengan orang yang kafir pada Allah Azza wa Jalla…".
Suatu hari ia keluar rumah dengan mata yang dicelak, lantas ia bias melihat, malah ia pingsan. Betapa dahsyatnya kecemburuannya Allah Azza wa Jalla, bagaimana seseorang bisa menyembah selain Allah Ta’ala dan musyrik? Bagaimana seseorang memakan nikmatNya sementara ia juga kufur padaNya? Anda sendiri juga tidak sadar bagaimana anda berpesta dengan orang kafir dan duduk bersama mereka, sedang dalam hatimu ada iman tapi tak merasakan cemburunya Allah Azza wa Jalla.
Kalian mesti taubat, mohon ampun, dan malu kepadaNya. Lepaslah pakaian yang tak tau malu di hadapanNya, jauhilah keharaman dunia, kesyubhatannya, lalu jauhilah hal-hal yang dibolehkan ketika anda meraihnya dengan penuh ambisi hawa nafsu dan syahwat. Karena sesuatu yang anda raih dengan penuh nafsu dan syahwat, akan memalingkan dirimu dari Allah Azza wa-Jalla.
Nabi saw, bersabda: "Dunia itu penjara bagi orang beriman" (Hr. Muslim)
Bagaimana orang bertasbih bahagia dalam penjaranya? Ia tidak gembira. Hanya romannya bahagia, hatinya duka. Secara lahiriyah bahagia, sementara hatinya serasa terpotong-potong, kesendiriannya, dan akna yang dihayatinya serasa berubah jadi maksiat dibalik bajunya, dimana luka-luka hatinya tertutup oleh potongan senyum bajunya. Barulah Allah Azza wa Jalla dan para Malaikatnya bangga. Masing-masing mereka diberi isyarat dengan jari-jari pasda mereka, para ksatria di negeri agama Allah Azza wa Jalla dan di negeri rahasiaNya, sepanjang mereka bersabar bersamaNya, dan menahan kegetiran takdirNya, sampai mereka dicintai Allah Azza wa Jalla. Sebagaimana firmanNya: "Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar." (Ali Imron: 146)
Bahwa Allah azza wa Jalla membericobaan padamu semata karena cintaNya kepadamu. Sepanjang engkau melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, maka Allah semakin cinta kepadamu, dan sepanjang engkau sabar atas cobaanNya, semakin anda dekat denganNya.
Sebagian Sufi – semoga Allah merahmatinya – meriwayatkan, "Allah swt, tidak mau menyiksa kekasihNya, tetapi Allah memberi ujian dan memberikan kesabaran padanya."
Nabi saw, bersabda: "Seakan-akan dunia itu tidak ada, dan seakan-akan akhirat itu yang senantiasa ada." (Hr. Ali Al-Qaari, dan al-Ajluny).
Kemarilah, wahai pemburu dunia, wahai pecinta dunia, aku akan uraikan cacat-cacat dunia, dan kuberikan petunjuk Jalan Allah Azza wa Jalla, aku temukan dengan mereka yang yang hanya berhasrat menuju Wajah Allah Azza wa Jalla, karena saat ini kalian sedang stress. Dengarkan apa yang aku katakana padamu dan amalkan, serta ikhlaslah dalam mengamalkannya.
Bila kalian mengamalkan ilmuku dan kalian mati ketika mengamalkannya, maka Allah swt, akan meninggikan derajatmu sampai tingkat luhur (illiyyin), lantas kalian akan melihat disana, akar ucapanku dari sana, lantas kalian memanggilku dan menyalamiku dan kalian mewujudkan hakikat apa yang aku isyaratkan padaNya.
Kaumku…!Tinggalkan semua yang menimbulkan depresimu, tinggalkan rasa nyaman yang bathil, sibukkan dirimu dengan dzikrullah Azza wa Jalla. Bicaralah yang bermanfaat dan diamlah jika itu menyengsarakan jiwamu. Jika anda ingin bicara sesuai kehendakmu, maka fikirkan apa yang bakal kau katakana,. Lalu berniatlah yang tulus, baru biacara.
Di sinilah berlaku ungkapan, "Ucapan si bodoh di depan hatinya, sedangkan ucapan si alim yang berakal ada di belakang hatinya."
Diamlah dirimu. Bila Allah Azza wa-Jalla menghendakimu bicara, maka Dia akan membuka ucapanmu. Jika Allah menghendaki suatu hal, Allah juga menyiapkanmu bagiNya. KesertaanNya padamu membuatmu bisu total, jika sudah demikian ucapan akan datang sendiri dariNya manakala Dia menghendakinya. Bahkan bisa saja, kebisuan itu terus menerus sampai mati. Maka berlakulah sabda Nabi saw,: "Siapa yang kenal Allah, lisannya kelu." (Hr. Al-Khathib al-Baghdady).
Lisan lahiriyahnya kelu, sedangkan batinnya kelu dari segala hal selain Allah swt. Maka segalanya berserasi tanpa kontra, karena mata hatinya buta dari selain memandangNya. Batinnya terkoyak dan masalahnya terhanguskan, hartanya tercerai berai, lalu ia keluar dari eksistensinya, keluar dari dunia dan akhiratnya, bahkan nama dan tandanya pun tiada.
Allah swt. Berfirman:"Kemudian jika Allah berkehendak, maka Dia membakitkan kembali." (‘Abasa: 22)
Allah Azza wa Jalla mewujudkan setelah tiada, diciptakan kembali sebagai makhluk, yang dihanguskan oleh hasta fana’, lalu dikembalikan pada Hasta Baqa’ agar meraih Pertemuan, kemudian dikembalikan agar mengajak makhluk dari kefakiran menuju KemahacukupanNya. Kecukupan adalah cukup bersama Allah Azza wa Jalla dari aktivitas hatinya dengan mendekatkan diri padaNya Azza wa Jalla. Orang yang fakir dengan dirinya tak mampu meraih itu semua.
Siapa yang ingin cukup kaya, tinggalkan dunia dan akhirat serta seisinya, tinggalkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total. Maka secara bertahap semuanya akan keluar dari hatinya, sesuatu yang ada dan sangat hina ini. Sesuatu yang remeh di dunia ini (harta dan seluruh sisinya) hanyalah piranti bekal saja. Maka raihlah bekal itu dalam rangka berjalan menuju kepadaNya. Maka Allah akan memberimu nikmat-nikmat yang dihidangkan olehNya. Anda juga meraih petunjuk, pengetahuan, dan hidayah dari CahayaNya.
Ya Allah tunjukkan hatiku kepadaMu.
Ya Tuhan kami berikanlah kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar