Laman

Jumat, 01 Mei 2015

Murid Yang Shiddiq


Ada yang mengumpamakan Mursyid seperti ka’bah yang selalu dikeliling oleh murid-muridnya untuk mendapatkan berkah. Ka’bah secara fisik adalah Baitullah (rumah Allah), sementara Qalbu orang mukmin termasuk qalbu Guru Mursyid juga sebagai Baitullah atau rumah Allah, itulah persamaannya.
Hanya beberapa orang, mungkin 10 atau 20 orang yang mendapat kesempatan untuk bisa masuk ke dalam ka’bah, hanya Raja atau Presiden Negara Islam dan orang-orang tertentu yang di izinkan masuk langsung ke dalam ka’bah sementara jutaan orang hanya mendapat kesempatan untuk berkeliling ka’bah dan milyaran orang hanya sekedar mampu menghadapkan wajah kesana.
Begitu juga dengan Guru Mursyid, dari sekian banyak orang yang mengaku sebagai murid, hanya hitungan jari yang bisa masuk ke dalam diri Mursyid, menjadi murid pilihan, memahami, mencintai dan mengasihi Guru Mursyidnya melebihi dirinya sendiri. Murid yang telah mencapai tahap ini disebut dengan murid Siddiq.
Murid Siddiq bisa diartikan sebagai murid yang benar-benar menjalankan segala perintah dan meninggalkan segala larangan Gurunya, memberikan pengabdian terbaik sehingga menjadi orang pilihan, dekat dengan Guru secara zahir dan bathin. Dekat secara zahir, setiap saat selalu melayani Guru ketika menjadi murid langsung, dan mengatur waktu berziarah secara berkala ketika secara zahir jauh dari Gurunya. Secara bathin, senantiasa menjaga zikir agar kontak rohani dengan Guru senantiasa terjalin, sehingga hubungan tetap terjalin.
Seorang Guru Mursyid sendiri merupakan Murid yang siddiq dari Gurunya, telah melewati ujian dan cobaan sehingga mampu mencapai tahap rohani tinggi untuk membimbing orang lain menuju kehadirat Allah SWT sebagaimana yang di lakukan oleh Gurunya.
Murid Siddiq tidak lagi memperdulikan kebutuhan pribadinya, segala fikiran dan tenaga diberikan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan Guru, sebagaimana akhlak para sahabat terhadap Nabi SAW.
Kebalikan dari murid siddiq adalah murid asal-asalan, murid jadi-jadian atau dalam istilah Guru saya disebut dengan murid2-an, sering Beliau ucapkan sebagai “Murit-muritan”. Murit-muritan ini hanya hubungan telah mengambil amalan dzikir saja dari Guru, selebihnya berbuat sesuka hatinya. Menekuni tarekat bukan niat karena Allah tapi karena tujuan duniawi, bisa karena ingin kaya, ingin terkenal, keramat dan lain sebagainya.
Murid jenis ini (murid2an), biasanya tidak akan bertahan lama, ketika masalah menimpa hidup sebagai bagian ujian yang harus dilewati oleh seorang murid, maka murid jenis ini akan hilang, seperti debu dibawa angin. Berguru hanya ingin mendapat keuntungan duniawi semata.
Murid jenis ini juga tergolong sebagai pucuk tebu yang kemana angin bertiup maka kesitu dia melangkah, tanpa pendirian kuat, ini yang disebut oleh guru sebagai rahasia Ilmu Tebu.
Ribuan bahkan jutaan orang mengaku sebagai murid seorang Wali Allah, murid dari Guru Mursyid, namun dari sekian banyak tersebut, hanya berada pada lingkaran luar, mengelilingi untuk mengambil berkah, atau hanya menghadapkan wajah kesana, hanya sedikit yang benar-benar larut dalam samudera Maha Luas, masuk ke dalam ilmu tanpa batas dari Guru Mursyid, menyatu tanpa bercerai, selalu bergayut di Jubahnya, membungkuk di bendul pintunya dan setia selamanya dari hayat hingga akhir kalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar