Laman

Selasa, 14 Januari 2014

Ya Allah, tetapkanlah limpahan rahmat dan kesejahteraan serta keberkahan atas beliau


Ketika sang kekasih Allah itu tengah mendengarkan berita malaikat dengan penuh perhatian dan wajahnya tampak berseri bagaikan sinar di pagi hari, tiba tiba Halimah menjemputnya sambil memanggil..

Ia berseru, “Wahai anakku yang jauh di sana..”

Malaikat pun menyahut, “Wahai Muhammad, engkau tidaklah jauh, bahkan engkau sangat dekat dengan Allah, engkaulah pilihan dan kekasih Nya.

”Halimah kembali berseru, “Wahai anakku yang sendirian..”
Malaikat menyahutinya, “Wahai Muhammad, engkau tidak sendirian, bahkan engkaulah orang yang mempunyai pengukuhan.

Penghiburmu adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha agung. Dan teman temanmu adalah saudara
Saudaramu yang terdiri dari para malaikat dan ahli tauhid.”

Halimah berseru lagi,
“Wahai anak yatim..” Malaikat pun kembali menyahut, “Kebaikan Allah selalu diberikan kepadamu sebagai anak yatim.

Sungguh kedudukanmu di sisi Allah sangat agung.”`

Ketika Halimah melihat sang Nabi dalam keadaan selamat dari marabahaya, dengan gembira ia mengajaknya pulang ke rumah.

Kemudian Halimah menceritakan kejadian itu kepada sebagian peramal dengan mengulang ulang cerita tersebut kembali.

Kemudian sang peramal bertanya kepada Nabi, “Wahai anak dari negeri Sumur Zamzam, Maqam Ibrahim, Rukun Yamani dan Baitul haram, apakah engkau menyaksikannya dalam keadaan sadar ataukah tidur?”

Nabi menjawab, “Demi kehormatan Raja Yang Maha Mengetahui, aku menyaksikan para malaikat itu dalam keadaan sadar
Dan aku tidak meragukan kejadian itu dan tidak pula mataku saat itu terhalang.”

Sang peramal itu pun berkata,
“Bergembiralah engkau Nak. Engkaulah pembawa panji panji kemenangan. Kenabianmu menjadi kunci penutup para nabi.

Malaikat Jibril akan datang kepadamu. Dan di atas hamparan alas yang suci akan engkau peroleh firman Tuhan, Yang Mahaagung.

Tiada seorang pun yang dapat menghitung keutamaan yang meliputi dirimu. Untuk menguraikan sebagian dari sifatmu, lidah yang fasih pun tak lagi mampu

KISAH NABIULLAH MUHAMMAD SAW



Dan orang-orang yang terdahulu; yang mula-mula dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar” (berhijrah dan memberi bantuan), dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Nya, serta Dia menyediakan untuk mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah At-Taubah, Ayat 100)

Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda: "Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)

Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW
Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:

Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.

Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang dingin.

Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.

Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.

Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu saja.

Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.

Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.

Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa keadaan sekalipun.

Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.

Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.

Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.

Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau baginda menjauh dari tempat itu.

Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik

Kebenaran yang sejati tentang Tuhan dan cara menyembah-Nya hanya bisa diperoleh dari/ melalui wahyu.


Kebenaran yang turun melalui wahyu itulah
kebenaran yang sejati, yang paling benar, tidak
Bisa di nalar oleh fikiran, ilham dan kasyaf.

Tugas fikiran, ilham dan kasyaf adalah
membuktikan kebenaran wahyu bukan mencari
kebenaran yang lain.

Bangsa manusia telah memilih seorang wakil
yang paling sempurna dari kalangan mereka,
seorang insan yang paling tinggi kecerdasan
akalnya, paling luas ilhamnya dan paling
terang seluruh kasyafnya.

Wakil yang sempurna
itu tiada lain adalah Nabi Muhammad s.a.w. Sebelum
wahyu datang wakil yang sempurna itu telah
menjalani latihan khalwat di Gua Hiraa.

Melalui
proses tersebut kesempurnaan baginda s.a.w
menjadi lebih sempurna tetapi kesempurnaan
yang paling sempurna itu pun tetap tunduk
kepada hukum Allah s.w.t.
.. yaitu berhajat kepada
jawaban dan bimbingan yang langsung
dariNya, tidak mampu dcapai oleh akal, tidak
mampu
diuraikan oleh ilham dan tidak mampu dilihat oleh
kasyaf, walaupun kesemua itu
beradadalam kesempurnaan. Apabila Allah
s.w.t mendatangkan jawaban dengan wahyu-
Nya
barulah hilang segala kesamaran dan
kekusutan dan tersingkaplah hijab yang
menutupi

Yang Haq!
Fikiran, ilham dan kasyaf wajib menerima
dengan apa yang di bawa oleh wahyu karena wahyu
Adalah Kalam al-Haq.

Pada tanggal 17 Ramadan,
tahun ke 41 usia Nabi Muhammad s.a.w,
wahyu yang pertama menyinari fitrah suci
baginda s.a.w.

Terbukalah era baru di dalam
kehidupan manusia dan penduduk seluruh alam.
Yang samar menjadi terang. Yang tertutup menjadi
terbuka.
Yang terhijab telah tersingkap.
Yang Haq telah nyata tanpa keraguan

Senin, 13 Januari 2014

NUR ADALAH TENTARA HATI


النور جند القلب كما أن الظلمة جند النفس . فإذا أراد الله أن ينصر عبده أمده بجنود الأنوار وقطع عنه مدد الظلم والأغيار

"Cahaya adalah Tentara kalbu sebagaiman kegelapan adalah tentara nafsu. Ketika Allah hendak menolong hambanya, dia membantunya dengan tentara cahaya dan memutus bantuan kegelapan dan kepalsuan"

Hati bisa sampai kepada Allah karena ada nur (cahaya) yang dibaratkan oleh Ibnu Athaillah sebagi tentara hati, sedangkan kegelapan adalah tentara nafsu. Nur di sini bukanlah sinar seperti matahari tapi nur adalah suatu perasaan dalam hati sehingga manusia bisa merasakan enak dan luasnya perasaan. Kalau nur dan nafsu berperang maka semuanya tergantung kepada Allah. Kalau Allah menghendaki kemenangan nur maka manusia akan menjadi baik dan sebaliknya jika nafsu yang menang maka dia akan menjadi jahat.

Sekarang bagaimana kita mendapatkan nur?

Kita harus menawarkan diri kita kepada Allah sehingga mendapatkan rahmat dari-Nya. Kalau kita telah diberi jalan oleh Allah maka tidak ada yang bisa menghalang-halanginya. Allah telah berfirman dalam surat Al-Ankabut : 69

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69) [العنكبوت/69]

69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Kalau kita telah diberi rahmat oleh Allah maka kita akan dekat dengan-Nya. Dan ini adalah nikmat yang paling besar. Allah tidak akan merubah nikmat yang telah dia berikan kecuali manusia sendiri yang telah merubah. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Anfal : 53

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (53) [الأنفال/53]

53. (siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

[621] Allah tidak mencabut nikmat yang Telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.

Kalau kita memperlihatkan diri kita pada Allah maka Allah akan mendekat pada kita. Tapi kalau kita memperlihatkan diri kita pada dunia maka Allah akan menjauh. Oleh karena itu kita tidak boleh meninggalkan Al-Qur'an karena itu adalah kitab Allah yang dapat mendekatkan diri kita dengan-Nya. Dalam surat Fathir ayat 29 telah dijelaskan

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29)

[فاطر/29]

29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

Di dunia ini kalau kita berdagang maka bisa untung dan bisa rugi. Kalau ingin beruntung maka kita tidak boleh meninggalkan Al-Qur'an, harus membaca sesuai makhrajnya dan jangan lupa mengangan-angan artinya. Kita juga tidak boleh meninggalkan shalat tahajjud sebelum subuh, memperbanyak istighfar dan membaca

سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله هو الله اكبر

sebanyak 100 kali serta sholawat sebanyak 100 kali. Sholawat ini bukanlah untuk mendoakan nabi tapi kitalah yang membutuhkan barokah dari nabi karena kita juga telah tahu bahwa kebaikan adalah hidayah dari nabi dan kita harus membalas budinya. Dalam hadits telah disebutkan

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ عَنْ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ قَالَ أُبَيٌّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي فَقَالَ مَا شِئْتَ قَالَ قُلْتُ الرُّبُعَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ النِّصْفَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ قُلْتُ فَالثُّلُثَيْنِ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ

سنن الترمذى - (ج 8 / ص 497)

Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa sahabat Ubay bertanya kepada Rasulullah : "wahai Rasulullah saya telah memperbanyak sholawat kepada engkau, berapa saya harus membacanya?" Rasulullah menjawab : "terserah kamu" sahabat Ubay menjawab : "seperempat dari waktuku", Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik" sahabat Ubay menjawab : setengah dari waktuku, Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik" sahabat Ubay menjawab : dua pertiga dari waktuku", Rasulullah menjawab : "terserah kamu jika kamu mau menambah maka itu lebih baik", sahabat Ubay menjawab : "saya akan menjadikan semua waktuku untuk sholawat kepadamu". Rasulullah menjawab : "jika demikian maka kesusahanmu akan dihilangkan dan dosamu akan diampuni".

Seorang kyai, ulama' dan ustadz harus tahu bagaimana agar dakwahnya berhasil yaitu harus menuju kepada Allah sehingga hati mereka mendapatkan nur ilahi. Pakar-pakar islam bisa berhasil dalam dakwah mereka kalau mereka memiliki nur. Oleh karena itu orang islam sekarang ini mengalami banyak kemunduran karena meninggalkan hati (dari nur ilahi) dan mengedepankan akal mereka. Sekali lagi kita harus tahu bahwa nur adalah tentara hati sedangkan kegelapan adalah tentara nafsu.

Jangan Tinggalkan Dzikir



لا تترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه لان غفلتك عن وجود ذكره أشد من غفلتك في وجود ذكره فعسى ان يرفعك من ذكر مع وجود غفلة الى ذكر مع وجود يقظة ومن ذكر مع وجود يقظة الى ذكر مع وجود حضور ومن ذكر مع وجود حضور الى ذكر مع وجود غيبة عما سوى المذكور وما ذلك علي الله بعزيز

"Janganlah kamu meninggalkan dzikir karena tidak adanya kehadiranmu kepada Allah, kelalaianmu dari dzikir kepada Allah itu lebih berat dari kelalaianmu dalam atau ketika berdzikir kepada Allah, Mungkin saja Allah akan mengangkatmu dari dzikir (disertai adanya lupa) menuju dzikir yang disertai ingat kepada Allah dan dari dzikir yang disertai ingat kepada Allah menuju dzikir yang disertai hadirnya hati dan dari dzikir yang disertai hadirnya hati menuju dzikir yang disertai hilangnya sesuatu selain Allah SWT. Dan semua itu bukanlah hal yang sulit bagi Allah SWT.

Dari hikmah di atas Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa dzikir itu ada 4 tahap :
1. lisan لسان )
2. Ingat dalam hati يقظة)
3. Hadirnya Hati حضور)
4. Hilangnya sesuatu selain Allah (غيبة عما سوى المذكور )

Kita dzikir kepada Allah tapi akal kita lupa lalu kita meninggalkannya, maka hal ini adalah suatu kesalahan yang sangat fatal. Lebih baik kita berdzikir walaupun hati kita lupa, karena suatu ketika Allah akan menjadikan kita dalam derajat يقظة lalu menuju derajat حضور dan sampai pada derajat غيبة عما سوى المذكور.

Orang ingat kepada Allah adalah dalam hati bukan di lisan. Hal ini telah dijelaskan Allah dalam surat Al-A'raf ayat 205 :

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ (205)
205. Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.

Dalam ayat di atas Allah mentaukidi dengan وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ, jadi kalau kita tidak ingat kepada Allah maka kita termasuk orang yang lupa. Dzikir dengan lisan adalah sebagai wasilah (penghubung) untuk ingat dalam hati. Seperti halnya kita ingin pergi menggunakan sepeda, kita tidak akan sampai pada tujuan kecuali dengan adanya sepeda tersebut.

Dzikir merupakan ibadah yang sangat penting. Dalam hadits yang diriwayatkan Abdullah Ibn Bisr dijelaskan :
ان رجلا قال يا رسول الله ان شرائع الاسلام قد كثرت علي فأخبرني بشيئ اتشبت به قال لا يزال لسانك رطبا من ذكر الله
"Seseorang pernah berkata : Wahai Rasulullah syariat-syariat islam telah banyak maka beritahulah aku tentang suatu amal yang bisa kupegang teguh, Rasulullah bersabda : jangan henti-henti lisanmu untuk selalu basah dari dzikir Allah"

Oleh karena itu Ibnu Athaillah menyuruh kita untuk selalu berdzikir walaupun dengan lisan dan lupa kepada Allah. Kita diperintahkan untuk membaca Al-Qur'an walaupun tidak ingat kepada Allah, karena suatu ketika cahaya Al-Qur'an (نور القران) akan menghilangkan lupa tersebut. Jika lupa tersebut telah hilang maka kita akan paham apa yang kita ucapkan. Walaupun tidak ada kontak (berdzikir tanpa ada rasa takut kepada Allah) tapi kalau kita sudah sampai pada maqam حضور maka kita akan paham dan takut kepada Allah dengan sendirinya. Dan ketika kita telah ingat kepada Allah dengan adanya kontak seperti Rasulullah dan Sahabat maka di mana pun kita berada yang kita ingat hanyalah Allah SWT.
كان رسول الله يذكر الله في كل حال
"Rasulullah SAW selalu ingat kepada Allah dalam semua keadaan"

Dzikir adalah amal ibadah yang sangat penting, banyak sekali dalam Al-Qur'an telah dijelaskan tentang urgensi dzikir bagi seorang hamba. Allah telah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 190-191 :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Dalam hadits nabi juga disebutkan :

سبق المفردون قالوا ما المفردون يا رسول الله ؟ قال المستهترون بذكر الله يضع الذكر عنهم اثقالهم فيأتون الله يوم القيامة خفافا (رواه مسلم والترمذي وغيرهما

"Orang-orang yang memencil dari manusia telah mendahului (dalam beribadah), para sahabat bertanya: Siapakah orang yang memencil dari manusia wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: Yaitu orang-orang yang memperbanyak dan selalu berdzikir kepada Allah, dzikir tersebut menghilangkan dosa-dosanya sehingga mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dalam keadaan ringan"

الا انبئكم بخير اعمالكم وازكاها عند مليككم وارفعها في درجاتكم وخير لكم من انفاق الذهب والورق وخير لكم من ان تلقوا عدوكم فتضربوا اعناقهم ويضربوا اعناقكم ؟ قالوا بلى قال : ذكر الله

"Maukah kuberi tahu kalian tentang sebaik-baik dan sebersih-bersih amal kalian dihadapan tuhan, serta lebih tingginya amal dalam mengangkat derajat dan lebih baik dari pada menginfaqkan emas perak serta lebih baik dari pada berperang melawan musuh (kalian memukul leher-leher mereka dan mereka memukul leher-leher kalian). Para sahabat menjawab : ya , Nabi bersabda : Yaitu dzikir kepada Allah"

Hadits di atas menunjukkan bahwa shodaqah ataupun jihad jika tidak disertai dzikir kepada Allah maka tidak ada gunanya. Seperti halnya rumah dan segala isinya dengan kunci rumah tersebut, sudah pasti yang paling bagus adalah rumah dan isinya bukan kunci, namun kita tidak bisa mengambil isi rumah tersebut tanpa menggunakan kuncinya. Amal pun demikian, amal tidak bisa besar pahalanya tanpa disertai dzikir kepada Allah SWT

Lanjutan bab 2.. Permulaan Hidayah



Nabi saw. berdoa:
Allahumma innii a'udzubika min 'ilmi
laa yanfa'u wa qalbin laa yakhsya'
wa 'amalin laa yurfa'u wa du'ain laa
yusma'u

"Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari ilmu
yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak
khusyuk, dari amal yang tak diterima, dan dari
doa yang tak didengar."

Sabda Nabi saw., "Di malam aku melakukan
Israk, aku melewati sekelompok kaum yang bibir
mereka digunting dengan gunting api neraka.
Lalu aku bertanya, 'Siapa kalian?' Mereka
menjawab, 'Kami adalah orang-orang yang
memerintahkan kebaikan tapi tidak melakukan­
nya, dan mencegah keburukan tapi kami sendiri
mengerjakannya!"
Oleh karena itu, jangan engkau serahkan dirimu
untuk diperdaya oleh jerat tipuannya.

Celaka
sekali bagi orang bodoh, karena ia tidak belajar.
Tapi celaka seribu bagi orang alim yang tak
mengamalkan ilmunya!
Ketahuilah bahwa dalam menuntut ilmu, manusia
terbagi atas tiga jenis:

(1) Seseorang yang menuntut ilmu guna dijadikan
bekal untuk akhirat dimana ia hanya ingin
mengharap rida Allah dan negeri akhirat. Ini
termasuk kelompok yang beruntung;

(2) Seseorang yang menuntut ilmu guna
dimanfaatkan dalam kehidupannya di dunia
sehingga ia bisa memperoleh kemuliaan,
kedudukan, dan harta. Ia tahu dan sadar bahwa
keadaannya lemah dan niatnya hina. Orang ini
termasuk ke dalam kelompok yang berisiko. Jika
ajalnya tiba sebelum sempat bertobat, yang
dikhawatirkan adalah penghabisan yang buruk
( su' al-khatimah ) dan keadaannya menjadi
berbahaya. Tapi jika ia sempat bertobat sebelum
ajal tiba, lalu berilmu dan beramal serta
menutupi kekurangan yang ada, maka ia
termasuk orang yang beruntung pula. Sebab,
orang yang bertobat dari dosanya seperti orang
yang tak berdosa;

(3) Seseorang yang terperdaya oleh setan. Ia
pergunakan ilmunya sebagai sarana untuk
memperbanyak harta, serta untuk berbangga
dengan kedudukannya dan menyombongkan diri
dengan besarnya jumlah pengikut.

Ilmunya
menjadi turmpuan untuk meraih sasaran duniawi.
Bersamaan dengan itu, ia masih mengira bahwa
dirinya mempunyai posisi khusus di sisi Allah
karena ciri-ciri, pakaian, dan kepandaian
berbicaranya yang seperti ulama, padahal ia
begitu tamak kepada dunia lahir dan batin.

Orang dari kelompok ketiga di atas termasuk
golongan yang binasa, dungu, dan tertipu. Ia tak
bisa diharapkan bertobat karena ia tetap
beranggapan dirinya termasuk orang baik.

Ia lalai
dari firman Allah Swt. yang berbunyi,
"Wahai
orang-orang yang beriman. Mengapa kalian
mengatakan apa-apa yang tak kalian
lakukan?!" (Q.S. ash-Shaff: 2).
Ia termasuk
mereka yang disebutkan Rasul saw., "Ada yang
paling aku khawatirkan dari kalian ketimbang
Dajjal." Beliau kemudian ditanya, "Apa itu wahai
Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ulama su' (bu­
ruk)."

Sebab, Dajal memang bertujuan
menyesatkan, sedangkan ulama ini, walaupun
lidah dan ucapannya memalingkan manusia dari
dunia, tapi amal perbuatan dan keadaannya
mengajak manusia ke sana.

Padahal, realita lebih berbekas dibandingkan
ucapan. Tabiat manusia lebih terpengaruh oleh
apa yang dilihat ketimbang mengikuti apa yang
diucap.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh
perbuatannya lebih banyak daripada perbaikan
yang disebabkan oleh ucapannya. Karena,
biasanya orang bodoh mencintai dunia setelah
melihat si alim cinta pada dunia.
Ilmu
pengetahuan yang dimilikinya, menjadi faktor
yang menyebabkan para hamba Allah berani ber­
maksiat pada-Nya. Nafsunya yang bodoh tertipu,
tapi masih memberi angan-angan dan harapan
padanya.
Bahka, ia mengajaknya untuk
mempersembahkan sesuatu untuk Allah dengan
ilmunya.

Nafsu tersebut membuatnya
beranggapan bahwa ia lebih baik dibandingkan
hamba Allah yang lain.
Maka dari itu, jadilah engkau termasuk golongan
yang pertama.
Waspadalah agar tidak menjadi
golongan kedua karena betapa banyak orang
yang menunda-nunda, ternyata ajalnya tiba
sebelum bertaubat sehingga akhirnya rugi dan
kecewa.

Lebih dari itu, waspadalah! Jangan
sampai engkau menjadi golongan ketiga karena
engkau betul-betul akan binasa, tak mungkin
selamat dan bahagia.

Apabila engkau bertanya, "Apa permulaan dari
hidayah tersebut sehingga aku bisa menguji
diriku dengannya?" Maka ketahuilah bahwa
hidayah bermula dari ketakwaan lahiriah dan
berakhir dengan ketakwaan batiniah. Tak ada
balasan kecuali dengan takwa dan tak ada
hidayah kecuali bagi orang-orang bertakwa.

Takwa adalah ungkapan yang mengandung
makna melaksanakan perintah Allah Swt. dan
menghindarkan larangan-larangan-Nya. Masing-
masing ada dua bagian. Di sini aku akan
menunjukkan kepadamu secara ringkas aspek
lahiriah dari takwa dalam dua bagian tersebut
secara bersamaan. Aku masukkan bagian ketiga
agar tulisan menjadi lengkap dan cukup.
Allah
tempat meminta pertolongan.

Menjadi Seorang Muslim Sejati

Menjadi seorang muslim berarti selalu tersenyum, betapa pun sulitnya hidup yang dijalani. Menjadi seorang muslim berarti bersikap ramah kepada setiap saudaranya, membantu orang yang lebih tua, yang sedang membutuhkan, atau yang sedang kesulitan. Menjadi seorang muslim juga berarti banyak bersedekah, tidak menjadi orang yang tamak dan rakus.

Seorang muslim harus memiliki semangat yang tinggi untuk menjadi hamba yang shaleh dan bersyukur. Harus senantiasa rendah hati dan tidak tinggi hati. Menjadi seorang muslim berarti menghormati kedua orangtua, tidak meninggikan suara di hadapan mereka, dan mengalah serta menghindar jika ada seseorang yang mengajak berkelahi.

Jadilah muslim dalam setiap tindakanmu, jangan menjadi seorang muslim hanya dalam nama saja. Karena yang pertama adalah karakteristik orang beriman, dan yang kedua adalah seseorang yang memalukan.

...Jadilah muslim dalam setiap tindakanmu, jangan menjadi seorang muslim hanya dalam nama saja...

Seorang muslim dilarang untuk arogan, sombong, membanggakan diri, tidak mengeluarkan kata-kata keji atau kotor. Menjadi seorang muslim harus mengetahui mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan aturan-aturan syariat. Seorang muslim harus selalu memperbaiki diri dan bertaubat dari segenap kesalahan. Karena hidup itu begitu singkat.

Menjadi seorang muslim tidak lantas menjadi seorang yang istimewa. Karena seorang muslim pun tetap akan mendapatkan hukuman dan siksa jika melakukan kesalahan dan dosa. Dengan demikian, seorang muslim harus melakukan ibadah dan amalan-amalan shaleh sebagai bekal menghadap Rabbnya.

Selain itu, seorang muslim harus bangkit mendirikan shalat, memohon kepada Rabbnya untuk memberikan cahaya dan jalan terang kepadanya, berjalan dengan penuh kerendahan hati, dan memasrahkan diri untuk hidup dengan aturan-aturan-Nya. Seorang muslim diciptakan Allah penuh kelemahan. Maka dia harus selalu berpaling kepada-Nya setiap kali kehidupannya penuh dengan kekacauan.

Seorang muslim diciptakan Allah untuk menyembah kepada-Nya. Bukan karena Dia membutuhkan kita, karena sekali-kali Dia tidak membutuhkannya. Bahkan seorang muslimlah yang membutuhkan-Nya. Jika dia dengan Allah, maka Dia akan menunjukkan jalan untuknya meniti kehidupan bahagia, penuh harmoni, dan jauh dari pertikaian. Dia mengenalkan kepada kita tujuan penciptaan dan memberikan kita arah kehidupan yang benar.

...Sungguh keliru jika engkau berpikiran bahwa engkau bisa meningkatkan taraf kehidupan lebih baik tanpa harus melibatkan kuasa Allah. Dia akan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya...

Sungguh keliru jika engkau berpikiran bahwa engkau bisa meningkatkan taraf kehidupan lebih baik tanpa harus melibatkan kuasa Allah. Dia akan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Orang yang akan mendapatkan petunjuk Allah adalah dia yang bersujud khusyuk menghadap-Nya. Seorang muslim harus menjadi teladan dalam kebaikan, keshalehan, dan ketaatan terhadap setiap hukum Allah. Dia-lah tuhan Yang Maha Esa. Jika engkau tidak menyembah dan beribadah kepada-Nya, maka engkau senantiasa merasa sendiri.

Dia-lah yang menghidupkan kembali manusia dari kematiannya. Maka memohonlah kepada-Nya di malam hari ketika banyak manusia lelap dalam tidur mereka. Berterimakasihlah kepada Allah, atas segala karunia dan anugerah-Nya. Jika engkau kufur, maka siksanya menghambur. Allah menetapkan kita di bumi untuk melihat bagaimana reaksi kita terhadap ayat-ayat-Nya. Namun faktanya, kita terkadang gagal menyadarinya.