Laman

Rabu, 07 Agustus 2013

Tajalli (1)

Tajalli  adalah orang-orang yang telah melaksanakan takhalli dan tahalli secara baik dan sempurna dengan riyadhah dan mujahadah yang terus menerus, sehingga dia sampai kepada tingkatan hakikat yang akhirnya menjadi kekasih Allah SWT. Pengamal tarekat yang sampai kepada tingkatan ini, terbukalah hijabnya dan telah dekatlah dia kepad Allah SWT, sehingga dia mengetahui siapa yang dia imani, kepada siapa dia beribadat dan mengabdi, yaitu Allah SWT yang maha agung dan maha tinggi dengan kesempurnaan sifat-sifat-Nya.
Begitu juga orang yang telah sampai ke tingkat ini, telah mengetahui hakikat kenabian dan kerasulan dari Allah SWT dan kesempurnaan sahabat-sahabatnya. Mereka mengetahui dan bahkan menghayati apa yang telah disampaikan Rusulullah SAW, apa yang akan ditemui manusia setelah mati, yaitu antara lain nikmat dan azab kubur, kiamat dan keadaannya, neraka dan azabnya, surga dengan nikmatnya, dan sebagainya. Dengan kata lain pengamal tarekat yang sudah sampai ke tingkat ini, telah terbukalah hijab (kasyaf) baginya apa yang dikehendaki oleh Allah SWT sejak dari alam yang tinggi sampai ke alam yang rendah, sejak dari kejadian yang telah lalu sampai dengan kejadian-kejadian yang akan datang (Amin Al Kurdi 1994 : 364-365).
Sesungguhnya orang yang telah sampai ke tingkat tajalli tertinggi, dia telah melewati fase-fase, riyadhah dan mujahadah yang sungguh-sungguh dan terus menerus, sehingga kehidupannya selalu dalam keadaan muraqabah yang terus menerus, akhiranya memperoleh musyahadah, lalu makrifat dan akhirnya fana fillah.
Orang yang fana fillah, tajalli-lah  baginya Nur Uluhiyah, sehingga dia mengetahui rahasia-rahasia yang ghaib, karena telah hilang sifat-sifat basyariyahnya yang menjadi hijab untuk dapat kasyaf.
Pelaksanaan
Firman Allah SWT : “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, maka berkatalah Musa :”Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”, Tuhan berfirman : “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sedia kala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya Nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar kembali dia berkata :” Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”. (Q.S. Al A’raf  7: 143).
Dari ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan, orang yang fana fillah, hingga dia menjadi tajalli, adalah orang yang pada waktu itu sedang munajat beribadah kepada-Nya. Fana dan tajalli adalah kehendak Allah yang merupakan rahmat dan karunia daripada-Nya. Ayat ini menjadi dalil adanya fana dan adanya tajalli bagi para Nabi dan Rasul dan bagi aulia-aulia Allah yang menjadi kekasih-Nya.
Syekh Abuyazid Busthami  setiap membicarakan fana, membicarakan baqa dan pada waktu bersamaan membicarakan adanya tajalli. Atau dengan kata lain, adanya fana baru ada dengan adanya baqa atau adanya fana baru ada dengan adanya tajalli.
Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar