Laman

Sabtu, 16 Agustus 2014

TOBAT 4


Syarat tobat adalah menyesali perbuatan dosa yang telah berlalu, bertekad untuk tidak mengulanginya kembali, mengembalikan mazhalim kepada pemiliknya atau ahli warisnya dan bersedekah atas nama orang yang telah dizhalimi, pelepasan permusuhan dan berbuat baik kepada mereka yang sempat dimusuhi jika memungkinkan. Selain itu, wajib meng-qadha ibadah fardhu yang telah ditinggalkan.

Setelah bertobat, si pelaku tobat harus mendidik diri dalam ketaatan sebagaimana dia telah mendidik diri dalam kemaksiatan, dan merasakan pahit ketaatan sebagaimana dia merasakan manis maksiat. Si pelakutobat juga mesti meninggalkan teman yang buruk, menjaga kehalalan makanan dan minuman serta pakaian yang dikonsumsinya. Jangan sampai meninggalkan tobat hanya karena takut terjatuh kembali dalam dosa. Karena bila hamba bertobat, Allah akan menerima tobatnya. Tidak perlu berputus asa dari rahmat Allah Ta’ala. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.(QS. Yusuf[12]: 87). Sebaliknya, dia mesti bertobat kepada Allah Ta’aladi setiap waktu dan tidak melakukan dosa. Sebab, orang yang tidak lagi melakukan dosa, meskipun dia telah tujuh puluh kali berbuat dosadalam sehari itu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Bakr ash-Shidiq bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, “Orang yang memohon ampun kepada Allah tidak dianggap pendosa, sekalipun dia mengulang dosa sampai 70 kali dalam sehari.”(HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Seorang hamba tidak layak meninggalkan tobat hanya karena takut terjerumus dalam dosa yang lain. Sebab hal itu merupakan was-was setan yang ditiupkan ke dalam hati hamba agar dia menunda-nunda tobat. Sudah semestinya hamba segera bertobat dan tidak menunda-nundanya. Sebab ajal sungguh tersembunyi, hamba tidak tahu kapan kematian akan datang mengagetkannya, tidak pula dia tahu kapan sakit akan menimpanya, sakit yang mengantarkannya kepada kematian. Sudah semestinya hamba berusaha keras melakukan pertobatan. Sumgguh, modal pokok Islamberiman adalah iman, dan iman bisa lenyap bila tiada tobat dan terjerembab di lembah dosa. Sehingga dia abadi di neraka Jahanam.

Al-Iman al-Ghazali r.a. berkata, “Siapa yang tidak bersegera bertobat dengan menunda-nundanya, dia berada di antara dua bahaya besar yang amat mengkhawatirkan. Pertama, gelap semakin berlipat meliputi hatinya karena maksiat hingga berkarat dan tidak bisa dihapus. Kedua, didahului sakit atau mati hingga dia tidak memiliki keluarga untuk berusaha menghilangkan karat tersebut.”

Karena itu ada keterangan di dalam atsar, “Sesungguhnya jeritan penghuni neraka kebanyakan disebabkan oleh perilaku menunda-nunda tobat. Dan kebanyakan jeritan mereka adalah, ‘O…sungguh malang orang yang menunda-nunda .’ Orang yang hancur binasa tidak hancur binasa selain karena menunda-nunda. Tidak ada yang selamat selain orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat (qalbun salim).”

Maka segeralah bertobat sebelum menginjak tempat yang amat menakutkan. Oh, betapa tempat itu sungguh sempit, tak ada kelapangan, pasti berbahaya, jalannya sungguh pekat, tempat-tempat membinasakannyademikian samar, huniannya kekal, deritanya abadi, teriknya dipurnakan, jeritannya amat tinggi menyayat, minuman penghuninya timah panas, dan siksanya sungguh lestari. Zabaniyyah melebur jasad mereka, lalu Hawiyah menghimpun mereka. Di dalamnya mereka melolong, menjerit-jerit meneriakkan kesengsaraan. Jilatan api terus menyambar-nyambar, membakar mereka. Di sana mereka berangan-angan lalu menjadi lenyap dan tak lagi ada, tetapi sungguh mereka tak akanpernah lepasdari siksa. Kedua kaki mereka diikat hinga ke ubun-ubun, wajah mereka menghitam oleh kehinaan maksiat. Mereka memanggil-manggil dari lorong-lorong dan labirinya karena siksa tak henti mendera, ‘Wahai Malik, ancaman itu sungguh nyata telah menimpa kami. Wahai Malik, api sudah dinyalakan untuk kami. Wahai Malik, nanah sudah mengalir dari kami. Wahai Malik, besi belenggu telah memberati kami. Wahai Malik, kulit tubuh kami telah terkelupas. Wahai Malik, keluarkanlah kami darinya, kami sungguh tidak akan kembali (berbuat dosa)!” Namun setelah sekian lama, Malik hanya menjawab, “Tidak mungkin. Sudah terlambat. Tidak ada yang keluar dari tempat kesengsaraan ini. Tetap di sana, rasakanlah murka Dia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar