Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Senin, 13 Januari 2014
Menjadi Seorang Muslim Sejati
Menjadi seorang muslim berarti selalu tersenyum, betapa pun sulitnya hidup yang dijalani. Menjadi seorang muslim berarti bersikap ramah kepada setiap saudaranya, membantu orang yang lebih tua, yang sedang membutuhkan, atau yang sedang kesulitan. Menjadi seorang muslim juga berarti banyak bersedekah, tidak menjadi orang yang tamak dan rakus.
Seorang muslim harus memiliki semangat yang tinggi untuk menjadi hamba yang shaleh dan bersyukur. Harus senantiasa rendah hati dan tidak tinggi hati. Menjadi seorang muslim berarti menghormati kedua orangtua, tidak meninggikan suara di hadapan mereka, dan mengalah serta menghindar jika ada seseorang yang mengajak berkelahi.
Jadilah muslim dalam setiap tindakanmu, jangan menjadi seorang muslim hanya dalam nama saja. Karena yang pertama adalah karakteristik orang beriman, dan yang kedua adalah seseorang yang memalukan.
...Jadilah muslim dalam setiap tindakanmu, jangan menjadi seorang muslim hanya dalam nama saja...
Seorang muslim dilarang untuk arogan, sombong, membanggakan diri, tidak mengeluarkan kata-kata keji atau kotor. Menjadi seorang muslim harus mengetahui mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan aturan-aturan syariat. Seorang muslim harus selalu memperbaiki diri dan bertaubat dari segenap kesalahan. Karena hidup itu begitu singkat.
Menjadi seorang muslim tidak lantas menjadi seorang yang istimewa. Karena seorang muslim pun tetap akan mendapatkan hukuman dan siksa jika melakukan kesalahan dan dosa. Dengan demikian, seorang muslim harus melakukan ibadah dan amalan-amalan shaleh sebagai bekal menghadap Rabbnya.
Selain itu, seorang muslim harus bangkit mendirikan shalat, memohon kepada Rabbnya untuk memberikan cahaya dan jalan terang kepadanya, berjalan dengan penuh kerendahan hati, dan memasrahkan diri untuk hidup dengan aturan-aturan-Nya. Seorang muslim diciptakan Allah penuh kelemahan. Maka dia harus selalu berpaling kepada-Nya setiap kali kehidupannya penuh dengan kekacauan.
Seorang muslim diciptakan Allah untuk menyembah kepada-Nya. Bukan karena Dia membutuhkan kita, karena sekali-kali Dia tidak membutuhkannya. Bahkan seorang muslimlah yang membutuhkan-Nya. Jika dia dengan Allah, maka Dia akan menunjukkan jalan untuknya meniti kehidupan bahagia, penuh harmoni, dan jauh dari pertikaian. Dia mengenalkan kepada kita tujuan penciptaan dan memberikan kita arah kehidupan yang benar.
...Sungguh keliru jika engkau berpikiran bahwa engkau bisa meningkatkan taraf kehidupan lebih baik tanpa harus melibatkan kuasa Allah. Dia akan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya...
Sungguh keliru jika engkau berpikiran bahwa engkau bisa meningkatkan taraf kehidupan lebih baik tanpa harus melibatkan kuasa Allah. Dia akan memberikan petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Orang yang akan mendapatkan petunjuk Allah adalah dia yang bersujud khusyuk menghadap-Nya. Seorang muslim harus menjadi teladan dalam kebaikan, keshalehan, dan ketaatan terhadap setiap hukum Allah. Dia-lah tuhan Yang Maha Esa. Jika engkau tidak menyembah dan beribadah kepada-Nya, maka engkau senantiasa merasa sendiri.
Dia-lah yang menghidupkan kembali manusia dari kematiannya. Maka memohonlah kepada-Nya di malam hari ketika banyak manusia lelap dalam tidur mereka. Berterimakasihlah kepada Allah, atas segala karunia dan anugerah-Nya. Jika engkau kufur, maka siksanya menghambur. Allah menetapkan kita di bumi untuk melihat bagaimana reaksi kita terhadap ayat-ayat-Nya. Namun faktanya, kita terkadang gagal menyadarinya.
Minggu, 12 Januari 2014
[HARGA NAFAS KITA]
-sebuah renungan agar kita bersyukur-
Bernafas, mungkin sudah dianggap biasa dan tak lagi menarik dibahas oleh sebagian orang. Pasalnya, sejak bangun tidur sampai terlelap, manusia tak lepas dari kegiatan mengambil udara di alam bebas ini. Namun, pernahkah Anda memperhatikan bagaimana nikmat Allah ini sebenarnya bernilai miliaran rupiah ? Tak perlu menghitung kegiatan bernafas secara keseluruhan yang melibatkan berbagai organ tubuh, cukup kiranya menjumlah rupiah dari setiap udara yang dihirup.
Sekali bernafas, umumnya manusia memerlukan 0,5 liter udara. Bila perorang bernafas 20 kali setiap menitnya, berarti udara yang dibutuhkan sebanyak 10 liter. Dalam sehari, setiap orang memerlukan 14.400 liter udara.
Lalu, berapa nilai tersebut bila dirupiahkan ? Sebagaimana diketahui, udara yang dihirup manusia terdiri dari beragam gas semisal oksigen dan nitrogen. Keduanya, berturut-turut 20% dan 79% mengisi udara yang ada di sekitar manusia. Bila perbandingan oksigen dan nitrogen dalam udara yang manusia hirup sama, maka setiap kali bernafas manusia membutuhkan oksigen sebanyak 100 ml dan 395 ml lainnya berupa nitrogen. Artinya, dalam sehari manusia menghirup 2880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen.
Jika harga oksigen yang dijual saat ini adalah Rp 25.000 per liter dan biaya nitrogen per liternya Rp 9.950 (harga nitrogen $ 2.75 per 2,83 liter), maka setiap harinya manusia menghirup udara yang sekurang-kurangnya setara dengan Rp 176.652.165. Dengan kata lain, bila manusia diminta membayar sejumlah udara yang dihirup berarti setiap bulannya harus menyediakan uang sebesar 5,3 Miliar rupiah. Dalam setahun, manusia dapat menghabiskan dana 63,6 Miliar.
Dalam sehari manusia menghirup 2.880 liter Oksigen dan 11.376 liter Nitrogen
2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,-
11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,-
Total biaya sehari = Rp.185.191.200,-
Biaya bernafas 1 bulan = 30 x 185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,-
Untuk 1 tahun 365 hari, maka biaya untuk bernafas selama 1 tahun : 365 x 185.191.200 = Rp.67.594.788.000,-
Jika harus dihargai dengan Rupiah maka Oksigen & Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai Rp.185 Juta lebih/ hari/ manusia.
Itu hanya jumlah uang yang diperlukan dalam setahun. Bila dihitung seluruh kebutuhan seumur hidup, pastilah nilainya lebih mencengangkan lagi. Sungguh, Allah maha pemurah atas segala karunia-Nya. Tak terkecuali nikmat Allah dari udara yang digunakan manusia sebagai bahan bernafas setiap saatnya.
Udara yang melimpah ruah di alam adalah bukti kasih sayang Allah yang luar biasa. Sekumpulan gas tersebut diberikan Allah kepada manusia dengan cuma-cuma. Tak sepeser pun dipungut dari manusia atas nikmat yang amat penting tersebut. Oleh karenanya, sudah sepantasnyalah manusia bersyukur kepada Sang Pencipta. Dia-lah Rabb yang mengurus kita di siang dan di malam hari sebagaimana firman Allah, “Katakanlah: ‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah?’…”(QS Al Anbiyaa’ 21: 42)
Masihkah kita belum mau BERSYUKUR ? ? !
TATA KRAMA MURID TERHADAP MURSYID
1. Memuliakan gurunya dhohir batin.
2. Yakin bahwa tujuan murid tidak tercapai jika tidak melalui wasilah guru
3. Pasrah, taat, dan rela (ridho) atas perintah guru, dengan mengerahkan kemampuannya baik harta maupun raga.
4. Tidak menentang apa yang dilakukan guru, meskipun secara dzahir tampak haram, namun hendaknya harus dita’wil.
5. Memilih apa yang telah dipilihkan oleh sang guru,baik segi ibadah atau kebiasaan juz-iyyah atau kulliyah.
6. Tidak membuka aib atau cacat guru, meskipun itu sudah tampak di antara masyarakat.
7. Tidak menikahi wanita yang sudah pernah dicintai guru, meskipun sudah tidak menjadi istrinya baik karena thalaq maupun thalaq mati.
8. Tidak meyakini terhadap kekurangan maqam guru.
9. Meninggalkan apa yang dibenci guru, dan melakukan hal yang disukainya.
10. Cepat melaksanakan perintah guru tanpa menunda-nunda, tidak berhenti sebelum terlaksana perintahnya.
11. Murid tidak berkumpul dengan guru kecuali untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
12. Tidak boleh menyembunyikan ahwal, getaran hati, masalah yang terjadi, terbukanya hati terhadap alam-alam ghaib, karomah di hadapan guru.
13. Tidak boleh mengambil perkataan guru dihadapan manusia kecuali menurut kadar pemahaman dan akal mereka.
14. Menjaga rabithah guru dalam keadaan ada dan tiadanya. (Tanwir al-Qulub, hlm. 528-531)
Berlari Menuju Allah Azza wa-Jalla
Wahai kaumku, larilah kalian menuju Allah Azza wa-Jalla, larilah dari
makhluk, dunia, dan segala selain Dia, secara total jadikan hatimu
bagiNya. Tidakkah kalian dengar firman Allah Azza wa-Jalla:
“Ingatlah, segala perkara kembali kepada Allah.” (Asy-Syuro 53)
Anak-anak sekalian, janganlah anda memandang makhluk dengan mata
keabadian, tapi pandanglah dengan mata kefanaan. Janganlah anda
memandang mereka dengan pandangan derita dan manfaat. Lihatlah mereka
dengan pandangan lemah dan hina. Satukan hatimu pada Allah Azza wa-Jalla
dan berserahlah padaNya.
Janganlah anda mengigau terhadap
sesuatu yang kosong. Dunia dan segala yang muncul di dalamnya adalah
kosong. Makhluk dengan segala masalahnya adalah kosong. Hati orang
beriman kosong dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla, apalagi bila
ia tidak terlibat dalam aktivitas dunia. Bila aktivitas dunia dan
keluarganya muncul, ia menolong mereka dan memberikan konsumsi menurut
kadar keperluannya, maka hatinya dalam segala situasi dan kondisi tetap
kosong dari segalanya selain Allah Azza wa-Jalla.
Ia sama
sekali tak terpengaruh oleh apa pun. Tidak pula menuntut perubahan dan
pergantian. Karena ia tahu apa yang sudah ditentukan oleh Allah Azza
wa-Jalla, tak akan berubah. Bagian baginya sudah selesai, tidak lebih
juga tidak kurang, tidak pula minta lebih dan minta kurang, tidak pula
minta disegerakan bagiannya atau ditunda bagiannya, tidak pula ingin
cepat-cepat datangnya. Sebab ia tahu bahwa waktu sudah ditentukan. Ia
dan hamba sepadannya adalah orang-orang yang sehat akalnya.
Sedangkan mereka yang mencari tambah dan minta dikurang, minta
dipercepat maupun minta ditunda adalah orang-orang gila. Padahal siapa
yang ridho terhadap yang datang dari Allah Azza wa-Jalla, ia mendapatkan
pertolongan dalam segala perilaku, stiuasi maupun kondisi, senantiasa
ia dicintaiNya dan dikenalNya, lalu sepanjang sisa usianya Allah Azza
wa-Jalla menyertainya, dalam menempuh hasrat untuk berserasi denganNya,
lalu Dia memberikan pertolongan dan mendekatkan padaNya, dan Dia
berfirman: “Akulah Tuhanmu.” (Qs. Thoha 12) di saat ia bimbang dan
terputus, sebagaimana firmanNya pada Nabi Musa as, “Akulah Tuhanmu.”
Allah Azza wa-Jalla berfirman kepada Nabi Musa as, secara dzahir, dan
berfirman kepada sang arif ini melalui qalbunya secara batin yang bisa
didengar sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang, serta bentuk kemuliaan
bagi NabiNya as.
Mu’jizat para Nabi as, itu nyata secara
dzahir, sedangkan karomah para wali itu tersembunyi dalam batin.
Merekalah pewaris para Nabi yang terus menerus menegakkan agama Allah
Azza wa-Jalla, menjaganya dari syetan manusia dan jin.
Betapa
bodohnya kamu terhadap Allah Azza wa-Jalla, lewat para RasulNya anda pun
masih tidak mengerti. Hati orang munafik, para Sufi tidak seperti itu.
Anda membaca Al-Qur’an tapi tidak mengerti. Apa yang anda baca, amalkan,
apa yang anda mengerti amalkan. Jangan sampai di dunia ini anda tanpa
akhirat. Apalagi setelah itu anda kontra dengan mereka.
Pakailah akal sehat, beradablah, bertobatlah dan bertanamlah. Anda saat
ini tidak punya apa-apa di sisi Allah Azza wa-Jalla, begitu pula di
hadapan para RasulNya dan para WaliNya, di hadapan ilmu anda sendiri dan
di hadapan makhlukNya.
Disiplinlah dalam bertaubat, diam,
tafakkur tentang kematianmu dan situasimu dalam kubur, sampai anda
benar-benar mengenal pengetahuan. Amalkan ilmu itu bersama Allah Azza
wa-Jalla hingga cahayaNya menerangimu dunia dan akhirat. Terimalah apa
yang kukatakan dan seriuslah menjalaninya. Tinggalkan bergantung pada
hal-hal yang sudah ditentukan, karena bisa membuatmu bingung. Tinggalkan
argumen para pemalas.
Kita tak berdaya dengan ketentuan yang
sudah ada. Namun kita tidak lebih dari sekadarnya, berusaha dan beramal,
kita tidak mengatakan, Dia berkata dan kami mengatakan, kenapa dan
bagaimana. Sungguh kita tidak memasuki pengetahuan Allah Azza wa-Jalla,
kita berusaha dan Allah bertindak terhadap apa yang dikehendakiNya.
Allah Azza wa-Jalla berfirman:
“Dia tidak ditanya atas apa yang dilakukan, (namun) merekalah yang ditanya (apa yang mereka lakukan)” (Al-Ambiya’ 23)
Bila perkaramu sudah tuntas, dan Allah Azza wa-Jalla mendekatkan hatimu
padaNya, zuhudmu di dunia ini dan kecintaanmu pada akhirat benar, maka
anda akan menemukan namamu akan tertulis di pintu kedekatanmu pada
Tuhanmu Azza wa-Jalla, bahwa si Fulan bin Fulan adalah tergolong hamba
Allah yang dimerdekakan. Itu tidak akan berubah, berkurang dan
bertambah, hingga syukurmu semakin tambah pada Tuhanmu Azza wa-Jalla,
bertambah tindakanmu untuk kebajikan dan kepatuhan di hadapanNya, dan
pada saat yang sama anda tidak meninggalkan rasa takut dari hatimu dan
tidak pula melemahkan KuasaNya, dan bacalah firmanNya Azza wa-Jalla:
"Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan. Dan di sisiNya
adalah Ummul Kitab” (Q.s. Ar-Ra’d: 39) dan “Dia tidak ditanya atas apa
yang dikakukan (namun) merekalah yang ditanya (apa yang mereka lakukan
)” (Al-Ambiya’: 23)
Janganlah anda terpaku pada yang termaktub,
karena Sang Maha Kuasa bisa menghapusnya, Dia juga Kuasa merusaknya.
Jadilah orang terus taat, takut, malu, waspada, sampai mati, dan anda
tergolong orang yang selamat dari dunia menuju akhirat. Maka disinilah
anda aman dari perubahan dan pergantian hai orang yang dipenuhi oleh
kebodohan, kemunjafikan, dan ambisi duniawi.
Hai pemakan barang
haram bagaimana anda ingin meraih cahaya qalbu dan kebeningan rahasia
qalbu, bicara dengan penuh hikmah? Kaum sufi itu berbicara karena harus
bicara, tidurnya karena ketiduran, makannya seperti makannya orang
sakit, hingga maut menjemputnya. Mereka ini menyerupai malaikat, seperti
yang difirmankan oleh Allah Azza wa-Jalla:
“Mereka tidak
pernah maksiat kepada Allah atas apa yang diperintahkan pada mereka, dan
mereka menjalankan apa yang diperintahkan itu.“ (Qs. At-Tahrim 6).
Hijrah Dari Ke-AKU-an
Orang beriman adalah orang yang hijrah dari dirinya, belajar kepada
seorang guru yang mendidik dan mengajarinya mulai dari kecil hingga
mati. Sang qari’ adalah orang yang menghafal Al-Qur’an, dan pada
pertengahannya ia mengenal pengetahuan tentang tradisi atau Sunnah
Rasulullah Saw, maka saat itulah ia pasti dapat pertolongan. Ia
mengamalkan ilmunya dan kokoh dengan amaliahnya hanya bagi Allah Azza
wa-Jalla. Setiap ia mengamalkan ilmunya, Allah Azza wa-Jalla mewariskan
pengetahuan yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.
Jangan
hanya duduk-duduk di atas tempat tidurmu, dengan selimutmu, dan dibalik
pintumu yang tertutup, lalu anda mencari amal dan yang anda amalkan?
Perhatikan hatimu dengan dzikir, dan mengingatNya di hari ketika
dibangkitkan. Tafakkurlah untuk merenungi pelajaran di balik alam kubur.
Renungkanlah bagaimana Allah Azza wa-Jalla menggelar semua makhlukNya
dan membangkitkan mereka di hadapanNya.
Hatinya teguh pada
pijakannya, keikhlasannya mendekatkan langkahnya menuju Allah Azza
wa-Jalla. Bila anda mengamalkan ilmu itu, sementara anda tidak melihat
hatimu mendekat kepada Allah Azza wa-Jalla, anda pun tidak merasakan
indahnya ibadah, kebahagiaan dibalik ibadah, ketahuilah bahwa anda
sebenarnya belum beramal ibadah. Anda terhalang karena adanya celah
dibalik amal anda. Apakah celah itu? Adalah riya’, kemunafikan dan
takjub pada diri sendiri.
Wahai orang yang beramal, ikhlaslah.
Jika tidak, anda jangan bersusah payah. Hendaknya anda melakukan
muroqobah pada Allah Azza wa-Jalla baik dalam sunyi maupun ramai.
Muroqobah dalam keramaian saja itu bagi orang munafik. Namun bagi orang
yang ikhlas, muroqobah baik dalam sunyi maupun ramai sama saja.
Hati-hati, jika anda melihat orang yang bersolek, lelaki maupun wanita,
maka pejamkan matamu, pejamkan mata nafsumu, watak dirimu, ingatlah
pandangan Allah Azza wa-Jalla kepadamu, dan bacalah: ”Kamu tidak berada
dalam suatu keadaan...” (QS Yunus: 61)
Waspadalah pada Allah
azza wa-Jalla, dan pejamkan matamu untuk memandang hal yang diharamnkan,
ingatlah pada Dzat Yang transparan pandanganNya dan pengetahuanNya.
Bila anda tidak mewaspadai pandanganNya Azza wa-Jalla dan tidak kontra
padaNya, maka sempurnalah ubudiyahmu padaNya, dan kelak anda tergolong
hamba yang benar, masuk dalam kelompok yang difirmankanNya:
”Sesungguhnya hamba-hambaKu, tak ada bagimu (Iblis) kemampuan menguasai mereka.” (QS Al-Hijr: 42)
Bila syukurmu benar hanya bagi Allah Azza wa-Jalla, maka Dia mengilhami
hati para makhluk dan lisannya untuk terimakasih padamu, cinta padamu.
Maka disinilah syetan dan pasukannya tidak punya jalan masuk padamu.
Hendaknya anda meninggalkan doa sebagai prinsip, kalau toh sibuk berdoa
itu hanyalah toleransi saja untukmu. Doa itu bagi orang yang sedang
tenggelam dan yang terpenjara, tertahan, sampai ia dapat jalan keluar
dan masuk ke hadapan raja.
Jadilah dirimu orang yang berakal
sehat, apa yang baik bagimu dan apa yang tidak baik, ketika anda
meninggalkan doa. Tak satu pun kecuali butuh niat yang benar, akal yang
sehat dan mengikuti jejak yang mengerti.
Kalian tidak
menggunakan akal sehat apa yang ada disisi Allah Azza wa-Jalla dan apa
yang ada di sisi hambaNya yang shaleh. Itulah yang menyebabkan kalian
su’udzon (buruk sangka) pada mereka. Jangan sampai anda khawatir
terhadap pangkal agamamu dan kondisimu bersama mereka. Jangan sampai
kalian menentang aktivitas mereka sepanjang tidak bertentangan dengan
syariat, jangan kontra dengan mereka karena mereka ada di hadapanNya
Azza wa-Jalla, lahir dan batin.
Di hatinya tidak pernah tenang dari rasa takut hingga ketenangan dan jaminan keselamatan ada padanya.
Kemarilah wahai hamba Allah Azza wa-Jalla di muka bumi, kemarilah wahai
kaum zuhud, belajarlah, anda akan mengerti pengetahuan yang baik
dariNya. Masuklah dalam kitabku sampai aku memberi pelajaran padamu yang
tidak pernah kalian dapatkan.
Hati kita punya kitab, dan
rahasia batin juga ada kitabnya. Nafsu juga ada kitabnya, anggota badan
juga ada kitabnya. Semua ada derajat-derajat, maqom-maqom,
pijakan-pijakan yang beragam.
Allah mencintaimu, bukan untuk DiriNya
MEREKA menyerupai para malaikat, dan para malaikat itu adalah
ulama-ulama mereka, melayani mereka dalam menjalankan tugas-tugas dunia
akhirat.
Wahai kaumku, bila ucapanku tidak sampai merubah
perilakumu, maka dengarkanlah dengan penuh pembenaran dan keimanan dalam
hatimu dan batinmu, maka perilaku lahiriyahmu dan batinmu akan
terhembusi olehnya, dan duri dalam nafsumu akan hancur karenanya, neraka
syahwatmu akan padam karenanya. Kesenangan terburukmu adalah rangsangan
duniawimu, dan matamu yang terpejam dari kefakiran, lalu semua itu
menghancurkanmu.
Seorang Sufi mengatakan — semoga rahmat Allah
Ta’ala melimpah padanya —, “Hakikat taqwa manakala apa yang ada dihatimu
engkau kumpulkan, lalu engkau biarkan di tempat terbuka, dan anda
membawanya keliling pasar, maka anda pun tidak sama sekali malu dengan
kondisi hatimu itu.”
Hai orang bodoh, bagaimana cukup taqwa
anda, bahkan ketika dikatakan pada diri anda, “Hai takwalah…!”, malah
anda marah. Ketika dikatakan pada anda bahwa anda benar, maka anda baru
mendengarkan dan anda merasa lebih mulia. Namun jika dikatakan anda
salah, anda berkeras kepala kepadanya, anda memaksa orang itu
menghilangkan marah anda.
Amirul Mu’minin Umar bin Khaththab
ra, “Orang yang bertaqwa kepada Allah Swt tidak akan hilang marahnya.”
Allah Swt, berfirman dalam hadits Qudsi, “Aku mencintai kalian ketika
kalian taat kepadaKu, maka ketika kalian maksiat kepadaKu, Aku marah
pada kalian.”
Allah Azza wa-Jalla mencintai kalian, bukan
karena butuh kalian, tetapi karena kasih sayangNya pada kalian. Dia
mencintai kalian, bukan untuk DiriNya. Dia mencintai ketaatanmu padaNya,
karena manfaatnya kembali padamu sendiri. Anda harus aktif dan
menghadap Dzat Yang mencintaimu, demi untukmu, dan berpaling dari orang
yang mencintaimu demi kepentingan orang itu.
Orang beriman itu
lupa segalanya dan mengingat Tuhannya Azza wa-Jalla, sehingga
berhasillah taqarrub kepadaNya, dan hidup denganNya, besertaNya, lalu
tawakkalnya benar.
Cukuplah di dunia dan akhirat bila
tawakkalnya orang beriman, tauhidnya benar, Allah Azza wa-Jalla
memberikan amal kepadanya sebagaimana dianugerahkan kepada Nabi Ibrahim
as, memberinya makna dan hakikatnya, bukan panggilan namanya. Allah
memberikan makanan dan memberinya minuman dan menempatkan di bilik
RumahNya, bukan berarti Allah Azza wa-Jalla memberinya pada wujud
tempatnya.
Bila dalam posisi ini, benarlah mengaitkan dengan Nabi Ibrahim as, dari segi maknawinya, bukan dari segi rupa bentuk.
Apa anda tidak malu, ketika anda berhasrat demikian, namun anda
mengabdi kegelapan dan memakan makanan haram. Sampai kapan anda makan
seperti itu, dan mengabdi pada penguasa? Padahal dalam waktu dekat
mereka lengser. Karena itu hendaknya anda mengabdi kepada Allah Azza
wa-Jalla yang tidak pernah lengser. Gunakan akal sehatmu, terimalah
kehidupan duniamu yang sedikit, hingga anda meraih akhirat lebih banyak.
Raihlah bagianmu dari zuhudmu, hingga upayamu justru menuju di hadapan
pintu Tuhanmu Azza wa-Jalla, ada di genggaman KuasaNya, bersamaNya,
bukan bersama dunia, bukan bersama tangan-tangan dunia, bukan pula
berada di tangan-tangan penguasanya melalui pergaulan naluri nafsu,
syetan dan publik.
Bila anda berusaha untuk kehidupan dunia,
sedangkan hati anda bersama Tuhan Azza wa-Jalla, maka para malaikat dan
ruh-ruh para Nabi ada di sekitar anda. Sungguh jauh berbeda orang yang
menyerah pada dunia dan orang yang menyerah kepada Allah Azza wa-Jalla.
Orang sufi yang berakal sehat mengatakan, “Kami tidak makan bagian
dunia kami, baik di jalan mauipun di rumah kami. Kami tidak makan
kecuali di sisiNya.”
Orang-orang zuhud makan di syurga. Orang
arif makan disisiNya, sedang mereka ada di dunia. Para pecintaNya tidak
makan di dunia maupun di akhirat. Makan dan minum mereka adalah
kemesraan, kedekatannya pada Tuhan mereka, memdang Allah Azza wa-Jalla,
Tuhannya dunia maupun Tuhannya akhirat.
Orang yang benar dalam
cintanya, menjual dunia dengan akhirat, lalu menjual akhirat dengan
hanya demi WajahNya dan hasrat kepadaNya bukan lainNya. Dan ketika jual
beli sempurna, kemuliaan menjadi dominan, maka dunia dan akhirat
dikembalikan padanya sebagai anugerah, dan perintah untuk meraih
keduanya, lalu mereka meraihnya hanya semata memenuhi perintahNya, baik
dengan kenyang maupun lapar, tetapi tidak butuh pada keduanya. Mereka
ini meraih itu semua sebagai bentuk keselarasan dengan takdir, beradab
yang bagus dengan takdir, dan mereka menerima dan meraih, serta
menyebutkan:
“Dan sesungguhnya kamu niscaya tahu apa yang Kami kehendaki.” (Huud: 79)
Maksudnya, “kamu tahu, bahwa kami telah ridho padaMu bukan selain
Engkau, kami pun ridho dengan lapar, dahaga, compang camping, hina dan
dina. Dan agar kami bersimpuh di pintuMu.”
Mereka menegaskan
jiwa mereka untuk tenteram padaNya. Allah Azza wa-Jalla memandang mereka
dengan pandangan penuh kasih saying, lalu Allah Azza wa-Jalla
memuliakan mereka setelah hinhanya, mengkayakan mereka setelah
miskinnya, dan menyiapkan taqarrub mereka dunia hingga akhirat.
Orang beriman itu zuhud di dunia, lalu zuhudnya membersihkan kotoran
batinnya, lalu ia datangi akhirat, dan hatinya tinggal di sana, lalu
yang lain pun dihilangkan dari hatinya, karena yang lain (selain Allah
Azza wa-Jalla) itu hijab di hadapanNya Azza wa-Jalla.
Disitulah
ia tinggalkan aktivitas dengan makhluk secara total, menjalankan
perintah syara’ dan menjaga aturannya ketika bergaul dengan sesama,
hingga terbuka matahatinya, lalu melihat cacat-cacat dirinya dan
makhluk. Kemudian tidak ada tempat hunian kecuali pada Tuhannya Azza
wa-Jalla, tidak pula mendengar dari lainNya, tidak berakal sehat kecuali
dariNya, tidak merasa tenteram kecuali pada selain janjiNya, tidak
takut selain ancamanNya. Ia tinggalkan aktivitas lain, dan lebih aktif
padaNya.
Jika ia telah memenuhinya, maka ia berada dalam
“Segala yang tak terbayang mata, takrdengar telinga dan tak pernah
terlintas di hati manusia.”
Anak-anak sekalian, aktiflah dengan
dirimu, maka akan berguna bagimu baru berguna pada yang lain. Jangan
sampai anda masuk pada suatu hal, bersama dirimu hawa nafsumu, karena
Allah Azza wa-Jalla apabila berkehendak padamu, Dia menyiapkanmu
untukNya. Apabila Dia menghendakimu untuk memberikan manfaat pada
sesame, Allah mengembalikanmu pada mereka, dan Dia memberimu keteguhan
dan kekuatan bagi mereka, kekuatan untuk menghadapi mereka dengan
keleluasaan hatimu untuk sesame, dan luasnya dadamu bagi mereka. Allah
Azza wa-Jalla juga memberikan hikmah dalam batin dan rahasia batinmu,
sehingga yang ada adalah Dia, bukan anda. Dengarkan firmanNya:
“Wahai Dawud, sesungguhnya Kami jadikan dirimu sebagai khalifah di muka bumi. (Shaad: 26)
“Sesungguhnya Kami jadikan dirimu sebagai khalifah.”
Tapi kamu mengklaim apa yang engkau katakan itu dari dirimu. Kaum sufi
tidak punya kehendak, tidak punya pilihan, semata mereka hanya
menjalankan perintahNya Azza wa-Jalla, tindakanNya, kehendakNya dan
aturanNya.
Hai orang yang terlempar dari Jalan yang Lurus.
Janganlah anda berargumentasi dengan sesuatu, karena anda sama sekali
tidak memiliki argumen di hadapanmu sendiri. Halal itu jelas, dan haram
juga jelas. Apa yang membuatmu menghindar dari Allah Azza wa-Jalla,
betapa kecilnya rasa takutmu padaNya, betapa banyak anggapan rendahmu
dalam memandangNya. Nabi Saw, bersabda: “Takutlah pada Allah Azza
wa-Jalla seakan engkau melihatNya, bila engkau tidak melihatNya,
sesungguhnya Allah Azza wa-Jalla melihatmu.” (Hr. Bukhari).
Orang yang sadar adalah orang senantiasa memandang Allah Azza wa-Jalla
melalui hatinya, lalu mengumpulkan yang bercerai berai dalam
kesatupaduan, hingga hijab runtuh satu persatu antara dirinya dengan
Allah Azza wa-Jalla, bangunan-bangunan ambruk dan yang ada hanya
maknawinya, hubungan-hubungan terputus, dan milik menjadi terlepas,
tidak ada yang tersisa melainkan hanyalah Allah Azza wa-Jalla, mereka
tak bisa bicara, tak bisa gerak, tak ada kesenangan pada sesuatu, hingga
benar apa yang dilakukannya. Jika telah benar, sempurnalah
kewajibannya. Pertama-tama mereka keluar dari perbudakan dunia, lalu
keluar dari segala hal selain Allah Azza wa-Jalla secara total, dan
mereka senantiasa dalam amaliyah jiwanya dengan Allah Swt, juga
menangani berbagai masalah di rumahnya.
“Dia melihat bagaimana mereka bekerja (beramal).” (Al-A’raaf: 129)
Rahasia batin adalah raja, dan qalbu adalah menteri, nafsu dan lisan
sertaanggota badan adalah aparat birokrasinya. Rahasia batin (sir) minum
dari lautan Ilahi Azza wa-Jalla. Qalbu minum dari sir. Nafsu yang
tenteram minum dari qalbu. Lisan minum dari nafsu yang tenteram. Seluruh
badan minum dari lisan. Jika ucapannya benar, hatinya benar. Jika
lisannya buruk maka hatinya buruk. Lisanmu butuh kendali taqwa dan
taubat dari ucapan yang kotor dan munafik.
Bila lisan bisa
langgeng demikian, maka kefasihan lisan akan menjadi kefasihan qalbu.
Apabila kefasihan qalbu langgeng akan memancarkan cahaya menuju lisan
dan anggota badan. Maka ucapannya adalah ucapan taqarrub, dan bila itu
terjadi dalam kedekatan padaNya, ia justru tidak punya ucapan, tidak
punya doa dan dzikir. Doa, dzikir dan ucapan menjauh. Dalam kedekatan
padaNya hanya diam, tercekam, dan menerima dengan memandang dan
menikmati bersamaNya.
Ya Allah jadikan kami termasuk orang yang memandangMu di dunia dengan mata hatinya dan di akhirat dengan mata kepalanya.
Ya Tuhan kami berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat dan lindungi kami dari azab neraka.
Langganan:
Postingan (Atom)