Laman

Jumat, 10 Januari 2014

Dari Kesempurnaan Menuju Kehinaan



Di alam eksistensi yang pertama, Allah menciptakan ruh sebagai makhluk yg paling sempurna. Lalu Dia berkehendak mengirimnya ke alam yg lebih rendah agar mempelajari cara kembali kepada hakekat Yang Mahakuasa dan mendekat kepada-Nya. Dia mengutusnya kepada tingkatan para rasul dan wali, para pecinta dan sahabat. Pada mulanya, Allah mengirimnya ke alam akal sebab, alam keesaan, jiwa universal, alam nama-nama dan sifat-sifat Tuhan, dan alam hakekat Muhammad. Sebelum menempuh perjalanannya, ruh telah dibekali benih tauhid. Ketika melewati alam ini, ia diberi pakaian cahaya Ilahi dan diberi nama jiwa sultan. Ketika turun ke alam malakut, ia diberi nama “jiwa aktif”. Ketika turun ke alam materi, ia diberi pakaian materi untuk menyempurnakan wujudnya. Ia dibungkus dengan pakaian materi untuk menyelamatkan dunia, karena jika alam materi berhubungan langsung dengan ruh suci, pasti ia hancur binasa. Di alam inilah ia mengenal kehidupan--nyawa manusia.

Setelah turun ke alam yg terendah ini ia harus berupaya meraih kedekatan kepada Allah meski telah dibungkus daging dan tulang. Dengan menggunakan hati yg ada dalam jasadnya, ruh harus menanam dan menumbuhkan pohon tauhid. Akar pohon itu tertancap kokoh; cabangnya memenuhi ruang rahmat, dan di sana dengan ridha Allah lahirlah buah tauhid. Kemudian dalam bumi hati, ruh menanam benih agama dan bertekad menumbuhkan pohon agama. Agar menghasilkan buah tauhid, setiap cabang pohon itu harus mendekatkan diri kepada Allah.

Allah menciptakan jasad sebagai rumah jiwa, dan masing-masing jiwa ini memiliki nama yg berbeda-beda. Dia telah menciptakan ruang yg serasi dalam bagi jiwa di dalam jasad. Dia menempatkan jiwa manusia, ruh kehidupan, antara daging dan darah. Dia letakkan ruh di pusat hati. Di sanalah Allah menciptakan ruang materi yg halus untuk menjaga rahasia hubungan antara Allah dan hamba-Nya. Ruh-ruh ini berada pada berbagai bagian jasad, dengan tugas dan urusan yg berbeda-beda. Masing-masing bagian, laksana orang yg berjual beli, menghasilkan beragam keuntungan. Setiap upaya mereka selalu membawa mereka pada karunia dan rahmat Allah.

“…dan menafkahkan sebagian rezeki yg Kami anugerahkan kepada mereka secara sembunyi dan terang-terangan. Mereka itu mengharapkan perdagangan yg tiada merugi. “ (Fathir: 29)

Setiap orang harus mengetahui tugas dan tujuannya di alam eksistensinya. Ia harus memahami bahwa ia tidak dapat mengubah apa pun yg telah ditetapkan atas dirinya. Kepada orang yg ingin mengubah takdirnya, yg terbelenggu oleh dunia ini dan segala hasratnya, Allah bertanya:
“Apakah dia tidak tau jika apa yg ada di dalam kubur dibangkitkan dan apa yg ada di dalam dada diwujudkan?” (al-‘Adiyat: 9-10)

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya seperti (tetapnya) kalung pada lehernya.” (al-Isra’: 13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar