Laman

Rabu, 29 Januari 2014

Pengertian Wudhu, Membersihkan Kotoran Hati Manusia


Pada awalnya Allah hanya menciptakan Nuur Muhammad, kemudian dari Nuur ini diciptakan tubuh manusia dan dari Nuur ini pula diciptakan air yang turun ke permukaan bumi sebagai alat untuk mensucikan dan membersihkan sesuatu termasuk hadast, dengan wudhu. Hakikat air sebenarnya Nuur yang menyucikan sifat ke-aku-an pada diri manusia untuk mengembalikannya kepada sifat ke-Aku-an sang Maha Pencipta.

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya (Al-Mukminun, 23:18)

Sebagimana pembahasan terdahulu, bahwa asal mula air diperkirakan ilmuwan berasal dari hidrogen planet dalam satu sistem tata surya. Hakikatnya, air tersebut berasal dari tujuh lapis langit yang menetap di Bumi dan menjadi ribuan jenis bentuk. Secara garis besar beberapa jenis dapat dijadikan untuk berwudhu yang mampu membersihkan hadast kecil dan besar.

Pengertian Wudhu, Menghilangkan Hadast Kalbu

Air yang dimaksud untuk membersihkan hadast besar dan kecil serta bisa digunakan untuk wudhu adalah air hujan, air laut, air sungai, berasal dari mata air, air telaga, air yang dikelola dan dibersihkan dengan obat (seperti PAM), dan air salju. Bila seorang muslim berhadast besar dan kecil maka wajib hukumnya untuk wudhu sesuai syarat dan rukun sebagaimana yang telah ditetapkan hukum syara'.

pengertian wudhu

Apa sebenarnya pengertian wudhu? Jika seorang muslim hendak menghilangkan hadast maka cukuplah dia membersihkan diri dengan mandi. Apa yang bisa dihilangkan dengan wudhu bukan hadast atau kotoran yang melekat pada tubuh (fisik) manusia, melainkan hadast yang berada pada kalbu (hati) seorang muslim. Dengan wudhu maka seseorang telah membersihkan hatinya dari sifat ke-aku-an (kesombongan) yang merasakan nikmat melihat, mendengar, merasakan, mencium, dan berjalan di permukaan bumi. Suatu hal yang fatal adalah nikmat bersetubuh dimana secara hakikat kenikmatan itu tidak hanya menguasai tubuh, tetapi juga meliputi kenikmatan batin. Dan Allah telah memperingatkan 31 kali kepada manusia dalam firmanNya "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah kamu dustakan?" (Ar-Rahman)

Menghilangkan hadast dalam wudhu tak lain adalah menghilangkan hadast pada batin, dosa yang melekat disetiap tubuh manusia. Asal hadast itu berasal dari manusia sendiri dimana mereka tidak memahami ilmu Tauhid, manusia merasa mengenal hukum syariat dan ahli dibidang hukum agama tetapi lalai dalam memahami makna pengertian wudhu. Jika secara syariat, mandi dengan sabun justru lebih bersih dibandingkan dengan wudhu yang hanya membasuh tangan, wajah dan kaki. Bagaimana dengan hati? Apakah sudah dibersihkan?

Maka pengertian wudhu sebenarnya tidak membuat seorang muslim mengalami kesulitan, jika tidak ada air maka mereka diperbolehkan tayamum. Karena sebenarnya yang di-suci-kan itu adalah hati, bukan tubuh (fisik) manusia. Banyak orang tidak memahami, bahkan menghabiskan banyak air dalam wudhu dan justru hal ini adalah mubazir yang menyia-nyiakan nikmat Allah.

Air di alam semesta bersifat nyata tetapi sifatnya rapuh, menyegarkan, menyejukkan, membersihkan segala kotoran, dan sifatnya mengalir ketempat terendah. Karena sifatnya yang selalu merendah maka hendaknya manusia membersihkan hati mereka dengan air, dan jika menghadap kepada Allah maka sifat itu yang akan dibawa dan bukan kesombongan diri.

Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (Al-Jin, 72:16)

Mengapa harus hati (kalbu) yang dibersihkan dengan wudhu? karena kalbu adalah tempat untuk memahami tanda-tanda kesempurnaan, kesempurnaan, kebesaran dan keindahan segala ciptaan Allah. Jika Anda hendak wudhu maka sebaiknya sebelum menyentuh air mengucapkan doa 'Ya Nurani Min Nurillah' agar wudhu tersbut mendapatkan hakikat sempurna, sementara tata cara sesuai dengan syariat Islam yang telah berlaku.

Ketika menyeru kalimat itu, pandangan batin manusia adalah untuk mengembalikan sifat kesombongan, kembalilah dirimu kepada asal kejadian daripada Nuur Muhammad yang tercipta dari Nuur Zat Allah. Dengan cara ini, insya Allah pandangan batin akan terhapus dari sifat diri yang tercipta dari tanah, yang ada hanya yang memuji dan yang dipuji (Zat Allah).

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Al-Anfal, 8:17)

Begitulah di zaman rasul, seluruh perbuatan yang terlihat adalah perbuatan manusia tetapi sebenarnya perbuatan itu merupakan Af'al Allah. Demikian pula ayat diatas juga menjelaskan hal yang sama seperti dalam pengertian wudhu yang mengangkat hadast adalah Af'al Allah secara zahir kepada fisik manusia, tetapi sebenarnya bukan tubuh yang dibesihkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar