Perbedaan Salik yang Diterangi Cahaya Tawajjuh dan Washil yang Didatangi Cahaya-cahaya Muwajahah
"Hendaklah orang yang diberi keluasan rezeki (yaitu orang yang telah sampai kepada Allah) memberi nafkah menurut
kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya (yaitu orang yang
tengah menuju Allah) hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya,"
(QS. Ath-Thalaq [65]: 7).
— Ibnu Atha" illah al-Iskandari —
"Hendaklah orang yang diberi keluasan rezeki memberi nafkah menurut
kemampuannya." Ini adalah gambaran tentang kondisi orang-orang yang
telah sampai kepada Allah. Yakni orang-orang yang telah terbebas dari
penjara pandangan keduniaan, dan telah sampai kepada alam tauhid dan
kesempurnaan mata batin. Karena itulah, mereka dianugerahi rezeki berupa
berbagai ilmu dan rahasia ilahi serta pandangan yang luas dan jauh ke
depan. Sehingga, mereka pun dibebaskan untuk membantu orang lain, dengan
mengajarkan ilmu dan pemahaman mereka, sekehendak hati mereka.
Sementara itu, orang yang disempitkan rezekinya adalah orang- orang yang
sedang menuju kepada-Nya. Mereka tidak diberi keluasan rezeki berupa
ilmu dan pemahaman. Mereka masih terkungkung dalam ruang sempit khayalan
dan imajinasi. Sekalipun demikian, mereka masih diperbolehkan
menafkahkan karunia Allah berupa ilmu dan pemahaman yang sedikit itu
kepada orang lain. Namun dengan catatan: sebatas apa yang Allah ajarkan
kepada mereka
Orang-orang yang sedang menuju Allah mendapat
petunjuk melalui cahaya perjalanan, sedangkan orang-orang yang sudah
sampai kepada-Nya mendapat petunjuk melalui cahaya pertemuan dengan-Nya.
Golongan pertama mendatangi cahaya, sedangkan golongan kedua didatangi
oleh cahaya. Allah swt. berfirman, "Katakan Allah', lalu biarkan mereka
bermain-main dalam kesibukannya," (QS. Al-An'am [6]: 92).
— Ibnu Atha" illah al-Iskandari —
Cahaya yang didapat golongan pertama ialah cahaya yang didapat dari
ibadah dan riyadhah (olah batin) yang dijadikannya sebagai jalan menuju
Allah karena biasanya perjuangan akan membuahkan cahaya di dalam hati.
Dengan cahaya itu, mereka akan berjalan menuju Allah.
Adapun untuk
golongan kedua, justru cahaya Allahlah yang mendatangi mereka sehingga
mereka akan mudah mengenali Allah tanpa perjuangan dan susah payah.
Golongan pertama akan menjadi budak cahaya dan amat membutuhkannya untuk
sampai kepada tujuan dan keinginan mereka. Sementara itu, golongan
kedua akan dengan sendirinya didatangi cahaya itu sehingga ia tidak
perlu bersusah payah dalam mendapatkannya.
Adapun maksud firman
"Katakan 'Allah'" ialah menghadaplah kepada-Nya semata dan jangan
cenderung kepada cahaya-cahaya atau hal-hal selain-Nya. Kemudian, maksud
"biarkan mereka bermain- main dalam kesibukannya" ialah bahwa tindakan
memurnikan tauhid, setelah menyingkirkan kebendaan, merupakan sikap yang
didasari haqqul yac\in (keyakinan yang kokoh), sedangkan melihat kepada
selain Allah hanyalah permainan dan leha-leha. Tentu itu adalah sifat
orang-orang mahjub (terhalang).
Usahamu untuk mencari-cari
kekurangan yang tersembunyi di dalam dirimu lebih baik daripada usahamu
untuk menyibak tirai gaib yang terhijab bagimu.
— Ibnu Atha' illah al-Iskandari —
Contoh kekurangan diri ialah sifat r iya', tingkah laku tidak sopan,
bermuka dua, suka jabatan, dan haus akan kedudukan. Maknanya, kau harus
mengarahkan tekadmu untuk menghapus semua keburukan itu dengan riyddhah
dan mujdhadah, serta berusaha untuk terbebas darinya. Upaya ini biasanya
harus di bawah bimbingan seorang guru. Langkah di atas lebih baik
daripada usahamu dalam
menelusuri takdir yang terselubung, pelajaran
yang tersembunyi, rahasia-rahasia Ilahi, ilmu laduni atau karamah.
Biasanya, itu semua ditujukan demi kepuasan dirimu, bukan demi Tuhanmu.
Oleh karena itu, jangan kaucari semua itu dengan amalan- amalanmu.
Jangan sibukkan hatimu dengannya. Jangan pula berhenti di tempat
munculnya karamah tersebut karena hal itu justru akan mengurangi
ibadahmu.
Oleh sebab itu, orang-orang berkata, "Jadilah pencari
istiqamah, jangan menjadi pencari karamah." Jiwamu selalu bergerak dan
berkeinginan mencari karamah, padahal Tuhanmu menuntutmu untuk
istiqamah. Untuk itu, menunaikan hak Tuhanmu lebih baik ketimbang
kaumenunaikan keinginanmu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar