Laman

Sabtu, 08 Februari 2014

“Di antara


kebijaksanaan orang yang bijak, hendaknya
ia memberi keluasan hukum kepada
temannya, sedang untuk dirinya memilih
hukum yang sempit. Sebab, keleluasaan
bagi mereka sebagai bentuk penyertaan
ilmu. Sedangkan penyempitan untuk dirinya
sebagai aturan wara’.

Abdullah bin Khafif berkata : “Aku
pernah meminta kepada Ruwaym, ‘Berilah
aku wasiat’ Ia menjawab, ‘Perkara tasawuf
tiada lain kecuali mencurahkan jiwa. Bila
anda berkenan, maka Anda masuk dengan
semangat tersebut. Bila tidak, Anda jangan
menyibukkan dengan lorong-lorong kaum
sufi.”

“ Engkau duduk besama manusia
pada umumnya, lebih selamat daripada
duduk bersama kaum Sufi. Khalayak
manusia duduk di atas aturan-aturan,
sedangkan kelompok Sufi duduk di atas
hakikat.

Tuntutan orang orang adalah
menerapkan praktik lahiriah syariat,
sedangkan mereka menuntut dirinya dengan
hakikat wara’ dan pelestarian kejujuran hati.
Barangsiapa duduk dengan mereka, lantas
kontra dengan mereka dalam suatu
persoalan hakikat, Allah swt, akan mencabut
cahaya iman dari hatinya .”

“Aku pernah melintasi salah satu
jalan di Baghdad pada terik siang hari,
sedang aku sangat haus. Aku berusaha
mencari minuman di suatu rumah. Seorang
bocah wanita membukakan pintunya
sembari membawa cangkir. Ketika ia
memandangku, bocah itu berkata. “seorang
sufi minum di siang hari”...’ Maka, sejak
saat itu aku tidak pernah berbuka (putus
puasa)”.

“Apabila Allah swt, menganungerakan
rezeki kepada Anda dengan ucapan dan
perbuatan, Allah swt, akan menghilangkan
ucapan, dan melestarikan perbuatan. Sebab
yang demikian merupaka nikmat.

Namun,
apabila Allah swt. melestarikan ucapan dan
menghilangkan perbuatan, itulah musibah.
Apabila kedua-duanya dihilangkan, itulah
penderitaan.

#‎RUWAYM_BIN_AHMAD‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar