Laman

Sabtu, 08 Februari 2014

Dzun Nuun Al-Mishry: Konsep CINTA dan MAKRIFAT


Tokoh yang amat gemilang di abad ke sembilan dan sepuluh adalah Abdul Faidh Dzun Nuun Al-Mishry. Beliau berasal dari Naubah, yaitu negeri di antara negara Sudan dan Mesir. Boleh dikatakan bahwa beliaulah puncaknya kaum sufi dalam menuju Allah. Tujuan beliau adalah "mencintai Allah, membenci yang sedikit, menuruti garis perintah yang diturunkan, dan takut akan berpaling jalan."
Ketika ditanya apa sesungguhnya hakikat cinta itu beliau menjawab,"Bahwa engkau harus mencintai apa yang dicintai Allah SWT, engkau membenci apa yang dibenci-Nya, engkau memohon ridho-Nya, engkau tolak apa sekalian yang akan merintangi engkau menuju Dia. Dan jangan takut kebencian orang yang membenci. Dan janganlah melihat diri sendiri. Karena dinding yang amat tebal untuk melihat-Nya ialah lantaran melihat diri sendiri."
Pada suatu hari beliau berjumpa dengan seorang rahib. Kemudian Dzun Nuun bertanya kepadanya,"Apa arti cinta menurut pendapat tuan?"
Kemudian rahib tersebut menjawab,"Cinta sejati tidak mau dibelah dua. Kalau cinta telah tertumpah kepada Allah, tidaklah ada cinta kepada yang lain lagi. Kalau cinta bertumpah kepada yang lain, tidaklah mungkin dipersatukan cinta itu kepada Allah. Oleh karena itu bertafakkurlah engkau meneliti dirimu siapakah sesungguhnya yang engkau cintai?"
Kemudian Dzun Nuun meminta pula supaya diterangkan apa sebenarnya sari (inti) cinta. Rahib itu menjawab,"Akal pergi, air mata jatuh, mata tak mau tidur, rindu dendam memenuhi jiwa, dan kecintaan berbuat apa yang sekehendak."
Setelah itu Dzun Nuun pun berkata lagi:"Kami pun berpisah. Beberapa lama ketika aku menunaikan ibadah haji ke Mekkah aku melihat rahib itu sedang tawaf. Aku temui dia. Badannya terlihat lebih kurus dibandingkan dahulu. Ia berkata kepadaku:"Hai Abdul Faidh! Janji perdamaian telah ditandatangani, pintu telah terbuka dan Dia telah menganurahikan jalan bagiku agama Islam..."
Menurut Dzun Nuun Al-Mishry, Makrifat terbagi tiga :
1. Makrifat orang mukmin biasa;
Orang ini mengenal Allah karena ajaran yang memang telah diterimanya.
2. Makrifat orang yang ahli bicara (Mutakallimun) dan hukama (Filosof);
Mereka mencari Allah dengan perjalanan akalnya.
3. Makrifat Waliyullah ;
Yang dekat kepada ALLAH, dan kenal akan ALLAH dari qalbunya. Pandangan cinta dan makrifat inilah yang menjadi sandaran para ahli tasawuf/tarekat sesudahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar