Laman

Sabtu, 12 September 2015

Gairah Dunia Habiskan Umur


Anak-anak sekalian, jujurlah anda semua padaku dengan sesungguhnya. Kalian sedang mencari solusi harta dan persoalan di rumah anda. Saya tidak berharap pada kalian kecuali tulus dan ikhlas. Dan itu sangat berguna bagimu, bukan bagiku.
Ikatlah ucapanmu, baik lahir maupun batin, karena lahiriyahmu senantiasa diawasi oleh para malaikat, sedangkan batinmu senantiasa diawasi oleh Allah Azza wa-Jalla.
Hai orang-orang yang terus begulat diantara gedung-gedung mewah dan rumah istana, yang telah menghabiskan umurnya demi gairah dunia, janganlah anda membangun apa pun kecuali dengan niat yang baik. Karena pondasi bangunan dunia itu adalah niat yang sholihah. Karena itu bangunanmu jangan kau tegakkan atas dasar hawa nafsumu.
Karena orang bodoh itu membangun dunia dengan hawa nafsunya, watak dan kebiasaannya tanpa ada kepastian aturan dan keserasian dengan rencana Allah Azza wa-Jalla serta TindakanNya. Tentu hal demikian tidak layak untuk kesertaan kebaikan, tidak pula disiapkan untuk ditempati orang lain. Kelak di hari Kiamat besok ditanya, “Kenapa anda membangun ini, darimana asal hartamu, kenapa tidak anda nafkahkan? Semuanya dihisab. Carilah ridho dan keserasian, dan terimalah bagianmu, jangan mencari yang bukan bagianmu. Sebagaimana sabda Nabi Saw “Siksa Allah Azza wa-Jalla paling pedih bagi hambaNya di diunia ini adalah saat si hamba mencari harta yang bukan bagiannya.”
Kemarilah datang kepadaku. Namun bila kalian tidak ada baik sangka padaku, ucapanku tidak berguna.
Sungguh celaka. Kalian mengaku muslim, tetapi kalian kontra dengan Allah Azza wa-Jalla, menentang hamba-hambaNya yang orang-orang saleh, sungguh pengakuan anda berdusta.
Islam itu bersumber dari kata Istislam (pasrah) pada ketentuan Allah Azza wa-Jalla, pada QudratNya, dan rela pada tindakanNya disertai menjaga aturan Kitabullah dan Sunnah RasulNya Saw, maka keislaman anda baru sah.
Dampak negatif imajinasi anda yang memanjang membuat anda terjerumus dalam kemaksiatan dan kontra padaNya Azza wa-Jalla. Sebaliknya jika anda bisa memutus lamunan anda, kebaikan datang dengan sendirinya, maka pegang teguhlah ini, jangan sampai lepas, keberuntungan bakal tiba.
Takdir apa pun, pasti datang dari TanganNya Azza wa-Jalla, dan anda ridho, dengan keserasian diri pada syariat disertai kerelaan padaNya, tanpa nafsu, tanpa kesenangan hawa nafsu, tanpa watak selera dan syetan. Karena syetan terkadang memberikan bantuan pada mereka, sebab dari berbagai arah dan segi, kita ini tidak terjaga dari dosa, setelah kepergian para Nabi as. Para Nabi itu jiwanya tenang, hawa nafsunya telah dikalahkan, pengaruh selera wataknya telah redam, dan syetannya telah dipenjara. Tak ada yang mempengaruhi dirinya. Keberserahan dirinya bukan pada sebab akibat, sedangkan tauhidnya menepiskan ketiadaan bahaya dan manfaat pada makhluk.
Sedangkan anda? Semua dirimu penuh nafsu, penuh kesenangan, penuh dengan kebiasaan selera, tak ada tawakkal, tak ada tauhid. Berita tentang kepahitan, kemudian keindahan, lalu remuk redam, kemudiaan terhimpit, lalu mati, kemudian hidup selamanya. Hina kemudian mulia, fakir kemudian cukup, tiada kemudian ada karenaNya, bukan karena dirimu.
Jika anda sabar menghadapi semua itu, maka telah benar apa yang anda kehendaki dari Allah Azza wa-Jalla. Jika tidak maka tidak benar pula proses hidupmu menuju Allah Azza wa-Jalla.
Segala hal yang menyibukkan dirimu lalu membuatmu lalai, adalah keburukan, walaupun anda melakukan sholat, puasa dan kewajiban-kewajiban Azza wa-Jalla, jauh dari muroqobah (sadar akan WaspadaNya), jauh dari kebajikan hidup bersamaNya, padahal orientasi hidup itu adalah berdekatan denganNya. Sedangkan anda adalah hamba yang terhijab, hamba makhluk, hamba hawa nafsu.
Sang arif itu senantiasa teguh bersama Allah Azza wa-Jalla di bawah benedera taqarrubnya dengan pengetahuan dan rahasia batinnya, berserasi dengan qadha’ dan qadarNya, maka tiba-tiba ia tak berdaya dalam peran, tanpa peran, bergerak tanpa gerak, diam tanpa pendiaman dirinya, maka ia tergolong orang yang disebut dalam Al-Qur’an: “Dan Kami membolak-balik mereka ke arah kanan dan kiri.” (QS. Al-Kahfi: 18)
Ketika mereka lemah tak berdaya, mereka bergerak dengan KuasaNya, dan diam dan pasrah ketika tak berdaya. Bergerak ketika eksistensinya ada, dan diam ketika tiada. Gerak dalam aturan hukum, diam dalam pengetahuan.
Sesungguhnya baru benar jika anda telah keluar dari hawa nafsu, watak, kemakhlukan secara total. Karena itu anda jangan mengikat diri pada makhluk yang tak memiliki cahaya dan manfaat sedikit pun, dan tiada ada yang memberi rizki selain Tuhanmu Azza wa-Jalla.
Seharusnya, selamanya anda patuh padaNya, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya, hingga tak tersisa dalam dirimu kecuali hanya Allah Azza wa-Jalla. Sehingga anda menjadi makhluk terkaya dan termulia. Anda pun akan seperti Adam as, dimana seluruh makhluk diperintahkan sujud padanya. Ini semua tersembunyi di balik akal orang awam, namun kebanyakan kaum khusus yang merupakan bagian dari inti Adam as.
Hai orang yang sedikit manfaat ilmunya, belajarlah, dan bersunyilah dari makhluk, lalu keluarlah, dengan hati yang sunyi walaupun secara lahiriyah ada di tengah publik, dalam rangka menata mereka. Batinnya bersama Allah Azza wa-Jalla, penuh khidmah dan kesahabatan (kedekatan), penuh dengan disiplin, penuh rasa kembali dan bereksistensi dengan pergaulan makhluk, sedangkan hatinya bersama Allah Azza wa-Jalla. Secara lahiriyah ia sibuk dengan aturan hukum, seperti ketika pakaian kotor ia cuci, ia beri parfum, ketika robek ia jahit. Mereka ini adalah para pemimpin makhluk, kokoh bagai tegarnya bukit, sedangkan hatinya bersama Tuhannya Azza wa-Jalla, terhampar, mewaspada dan terus-menerus menyelami pengetahuanNya.
Ya Allah jadikan menu sarapan kami adalah dzikir kepadaMu, dan rasa cukup kami adalah mendekat kepadaMu. Amin.
Tapi anda ini hatinya mati, dan anda bersahabat dengan kematian hati. Seharusnya anda bergaul dengan orang-orang yang hidup, para Nujaba’ (Waliyullah), para Wali Badal (Budala’). Tapi anda ini malah jadi kuburan yang mendatangi kuburan, bangkai mendatangi bangkai. Anda adalah zaman yang tak lebih mendatangi zaman yang lain. Anda orang buta, dan dituntun oleh orang buta.
Karena itu bergaullah dengan orang beriman, yang terus ber-muroqobah, dan saleh. Sabarlah dengan ucapan mereka, terimalah dan amalkan anda akan beruntung. Dengarkan para guru dan amalkan, hormati mereka, anda akan beruntung. Saya punya seorang guru, setiap ada kesulitan padaku, dan muncul di benakku, ia bicara padaku, dan aku tidak berargumen sama sekali, karena itulah caraku menghormatinya dan dan beradab bagus padanya. Dan saya tidak pernah berguru pada guru mana pun melainkan aku sangat menghormati dan menjaga adab yang bagus
Sang sufi tidak akan pernah pelit, karena memang tidak ada yang dijadikan objek kebakhilan pada dirinya Sang sufi telah menegaskan untuk meninggalkan semuanya, kalau ia diberi, maka itu untuk yang lain, bukan untuk dirinya. Hatinya benar-benar jernih dari materi-materi dan imajinasi rupa. Yang disebut pelit itu orang yang berharta. Sedangkan sufi hartanya untuk yang lain. Bagaimana ia disebut bakhil pada harta orang lain? Musuh maupun kawan tidak ada bedanya, apakah ia dipuji maupun dicaci, sama sekali tak membuatnya bergeming, karena ia tidak pernah memandang pemberian itu, halangan, manfaat selain dari Allah Azza wa-Jalla.
Ia tidak gembira karena hidup, tidak susah karena kematian. Kematiannya adalah jika mendapat amarah Tuhannya Azza wa-Jalla, dan kehidupannya adalah ridhoNya. Dalam keramaian ia bisa gelisah, dalam kesendirian ia bisa bahagia. Konsumsinya adalah dzikir kepada Allah Azza wa-Jalla, minumannya adalah minuman kebahagiaan bersamaNya, apalagi sekadar pelit terhadap dinding dunia dan seisinya, karena ia lebih cukup dari sekadar dunia seisinya.
“Ya Tuhan kami, berikan kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan lindungi kami dari azab neraka.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar