Laman

Senin, 21 April 2014

Jangan Terjebak Dengan Lambang Keluhuran


Ingatlah bahwa Allah Swt, menghiasi Iblis dengan hiasan perlindunganNya, padahal IlmuNya Allah swt telah mengenalnya, bahwa Iblis adalah ahli laknatNya. Allah menutupi apa yang menimpa Iblis dengan kehendak yang mendahuluinya, hingga di akhirnya semuanya jadi tampak jelas.
Begitu juga Allah Swt, menghiasi Bal’am (seorang tokoh dari bani Israel, yang mengingkari karunia Allah swt) dengan berbagai kewalian yang dipakaikan, namun akhirnya ia malah tergolong menjadi orang yang tertimpa kebencianNya.
Allah menenggelamkan Qorun dalam lautan kenikmatan, padahal menurut Allah ia tergolong kalangan yang ditimpa kebencianNya.
Janganlah anda terjebak bersama cobaan Allah dalam empat hal:
1. Penampakan anugerahNya kepadamu, tanpa anda mengetahui hakikatNya.
2. Tutupnya Allah atas amal-amal yang sudah anda lakukan, padahal anda tidak tahu akhirnya.
3. Allah menambahkan nikmatNya padamu, padahal kamu belum pernah mensyukuriNya.
4. Allah memberikan banyak kepadamu, padahal kamu tidak pernah memohonNya.
Allah berkehendak demikian kadang dalam rangka mengingatkan anda atau malah sebagai Istidroj.
Jangan anda terpedaya hanya karena anda bergaul dengan orang-orang saleh dan ahli zuhud, tanpa anda sendiri mengikuti jejak mereka. Sebab bergabung dalam keakraban, seandainya bermanfaat, pastilah isteri Nabi Nuh meraih manfaat, begitu juga isterinya Nabi Luth. Karena jebakan tipudaya itu salah satu tangga dari tangga Istidroj. Allah Swt, berfirman:
“Janganlah kalian terjebak tipudaya kehidupan dunia dan jangan terjebak tipudaya diri kalian karena (merasa) bersama Allah.”
“Wahai manusia apa yang memperdayaimu sehingga kamu mendustai Tuhanmu?”
Syetan mendatangi ahli zuhud lalu mengatakan: “Hai waliyullah, hai orang yang terbaik dari kalangan manusia, lihatlah anugerah dan karomah yang diberikan Tuhanmu, taqarrub dan kemesraan dariNya!
Saya pernah melihat sebuah syair dalam satu tongkat:
Setiap dosa ada ampunan bagimu
Selain dosa berpaling dariKu.
Kukatakan:
Bila aku berpaling, aku bertobat
Aku kembali sambung
seperti semula
Tak ada dosa selain aku
Memandang diri dalam cinta
Lalu aku tersiksa.
40 Hari Menghapus Rasa Bangga
Yahya bin Abi Katsir ra mengatakan, “Aku masuk ke Makkah, kemudian Atha’ bin Abi Rabah menghadapku dan memberi salam padaku, kemudian ia menghadap ke massa manusia, sembari berkata, “Kalian semua bertanya kepadaku tentang ilmu pengetahuan, sedangkan di hadapan kalian ada Yahya bin Abi Katsir!”
Sejak saat itu aku benar-benar merunduk kepada Allah Swt selama empat puluh hari hanya untuk menghilangkan manisnya kata-katanya Atha’ bin Abi Rabah dari dalam hatiku.
Gara-gara Cinta pada Anak
Yusuf ibnul Husain ra, mengatakan, “Ketika hati Maryam mencintai anaknya, ia mendengat suara, “Ketika batinmu bersih hanya bagi Kami, Kami memberi rizki kepadamu dalam kemarau maupun hujan tanpa perantara, tanpa harus bersusah payah atau pertolongan. Maka ketika batinmu mulai condong jauh dariKu, maka rizkimu tidak tiba kecuali dengan usaha susah payah, dan itulah firman Allah Ta’ala, “Dan guncangkanlah batang kurma itu, niscaya akan berjatuhan buah kurma matang kepadamu.”
Manis dan Tidaknya Ibadah
Abu Abdullah ra mengatakan, “Apa keutamaan para sufi dibanding yang lain?”
“Tersingkapnya hijab pada mereka, dan kecurigaan pemfitnah pada mereka, dan tersebarnya rahasia Allah pada mereka.”, jawabnya.
“Apakah kaum Sufi itu mempunyai rasa manis dalam ibadah?”
“Jika dari segi memandang anugerah, memang merasakan. Tetapi dari segi melihat ibadah, tidak merasakan, karena ia tidak punya kaitan.”
“Kapankah seseorang disebut sebagai kalangan yang bersih jiwanya (Sufi)?” seorang Sufi ditanya.
“Manakala tirai taubat menutup maksiat dan tirai anugerah menutup seluruh kebajikan, serta tirai Allah menutup segala hal selain Allah swt.”jawabnya.
Kebersihan Jiwa Sufi
Dikisahkan bahwa Bahlul tak pernah mengambil apa pun dari seseorang, ia lebih banyak apa adanya belaka. Lalu ia ditanya kenapa demikian? “Ami diperintah untuk tidak mengambil sesuatu melalui perantara, karena dari perantara orang itu menimbulkan hilangnya kesufian jiwa,” jawabnya.
“Apa itu kebersihan jiwa sufi?”
“Terbangnya hati dengan sayap rindu menuju Rabbul’alamin,” katanya.
Disebutkan, “Paling rendahnya kaum Sufi yang bersih adalah hidupnya qalbu bersama Allah Ta’ala tanpa kaitan apa pun. Siapa yang tak mengenal dirinya dengan kefaikran dan sifat butuhnya, ketakberdayaan dan kelemahannya, maka ia tidak akan meraih kesufiannya yaqin yang sejati. Apabilaseorang hamba hanya bagi Allah Ta’ala, seakan-akan dirinya tak pernah ad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar