Laman

Minggu, 31 Desember 2017

TAREKAT.. Dari SYARIAT

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik..akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit..pohon itu menghasilkan buah pada setiap musim dengan seizin Tuhan..Allah membuat perumpamaan untuk manusia supaya mereka selalu ingat”
(Al Quran 14 : 24 & 25)
Al Quran surah Nuh ayat 13-18 menerangkan bahwa manusia telah di jadikan dari berbagai tingkatan..
Dia menjadikan manusia dalam keadaan yang berbeda-beda dan pada tingkatan pengembangannya yang progresif..dari satu pengembangan tenaga dan kekuatan kepada bentuk yang lain dan kemudian lahir tenaga dan kekuatan yang lain pula..
Tenaga tidak binasa tetapi berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain..
SYARIAT adalah jalan menuju sumber air kehidupan..
Ia adalah jalan umum..jalan yang ditempuh secara bersama-sama oleh suatu komunitas..
Namun..semakin dekat dengan sumber air itu..jalannya semakin sempit..
Jalan yang hanya cukup dilalui oleh dirinya..jalan inilah yang disebut TAREKAT.
Kalau digambarkan hubungan antara SYARIAT dan TAREKAT..dapat diumpamakan seseorang yang mau nonton film di gedung bioskop..
Ada syarat umum yang berlaku bagi yang ingin menonton..
1. umur yang akan menonton..yang dalam bahasa agama ia harus sudah akil-baligh [sudah cukup umur dan berakal sehat]..
2. orang tersebut harus punya karcis atau undangan menonton..bila yang akan menonton itu tidak diatur..maka mereka akan berebut beli karcisnya atau berebut masuk gedung pertunjukannya..
Antre agar bisa beli karcis dan masuk satu per satu dapat diumpamakan sebagai TAREKAT..
Dari SYARIAT ke TAREKAT tidaklah terputus begitu saja..kedua jalan ini bersambungan..dari jalan yang lebar kemudian menuju jalan yang lebih sempit..
FROM THE ROAD OF LIFE TO THE PATH OF LIFE..dari jalan di luar diri menuju jalan di dalam diri..
Dari jalan raya masuk ke gang di mana rumah DIRI SEJATI berada..
Sebenarnya kita ini seperti orang-orang yang hendak pulang ke masing-masing rumahnya..
Karena rumah itu ada di dalam RW yang sama..maka mula-mula kita berjalan di atas jalan raya yang sama dan selanjutnya berpisah menuju gang-gang yang berbeda..akhirnya masuk ke rumahnya sendiri-sendiri..
Di rumah itulah..Tuhan menyambut manusia secara perorangan...
Seperti yang dinyatakan dalam Firman-NYA :
"Sungguh setiap diri..baik yang ada di langit maupun di bumi..akan datang kepada Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba..dan setiap diri datang kepada-Nya pada hari kebangkitan sendirian"
Jadi..meskipun di dalam SYARIAT kita melakukan peribadatan yang sama (SYARIAT menurut agama dan kepercayaannya masing-masing).. tetapi jalan kepada-NYA betul-betul kita tempuh sendirian..
SYARIATnya sama..tetapi TAREKATnya berbeda..
Karena TAREKAT itu harus pas dengan orang yang menempuhnya..dan TAREKAT itu harus mengarah dengan tepat ke arah letak rumah yang dituju..
Jika diumpamakan dengan orang yang akan menonton film..kita ada di antrean yang sama tetapi uang yang kita gunakan untuk membayarnya atau nomor tempat duduknya berbeda sesuai dengan kenyamanan diri kita masing-masing..
Yang dituntut dalam SYARIAT adalah keseragaman..sedangkan yang dituntut dalam TAREKAT adalah keunikan..
Kembali kepada perumpamaan di atas..setelah orang duduk dan menyaksikan filmnya..maka penghayatan terhadap film itu pun berbeda-beda tergantung pada latar belakang sang penonton yaitu budaya.. pengalaman..pengetahuan dan kedalaman rasa yang dimilikinya..
Begitu pula ketika kita kembali kepada Allah..~> Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun..setiap orang akan melihat filmnya sendiri-sendiri..
Penghayatan terhadap filmnya sendiri itu tergantung pada amaliah.. kebersihan dan kesucian batin yang bersangkutan..
Dan pada saat dia menyadari filmnya..berarti dia sudah ada di tahap HAKEKAT..yaitu Tahap bangkitnya KESADARAN diri..
Bila dia sudah HIDUP di ALAM KESADARAN DIRI maka dia sudah hidup di “MAQAM MAKRIFAT”..dia senantiasa tercerahkan..
Dia tidak lagi hidup tergantung pada orang lain..tidak terkolonisasi..hidup merdeka..bahkan dia telah menjadi gantungan bagi orang-orang lainnya..
Dengan demikian..TASAWUF sebenarnya mendidik orang untuk hidup mandiri..hidup merdeka..hidup yang setara dengan orang lain..
Hidup menjadi SUFI sebenarnya adalah hidup yang sepenuhnya menggantungkan diri kepada Yang Maha Kuasa..Ilahi Robbi..atau dengan kata lain..disebut HIDUP TAWAKAL..
Sebelum kita bisa hidup hanya dengan menggantungkan diri kepada Allah..berarti kita belum hidup dalam makrifat..meskipun secara teoritis kita sudah mempelajarinya..
Tetapi BELAJAR adalah cara untuk mencapainya..
Jadi..tidak perlu pesimis bila hari ini kita masih dalam perjalanan untuk memperoleh sari dari air suci..esensi dari kehidupan..
ORANG YANG MAMPU MELIHAT HAKIKAT DIRINYA disebut MANUSIA SEMPURNA (Insan Kamil).
Manusia yang merupakan wujud dari makrokosmos dan mikrokosmos..
Dia adalah miniatur dari Yang Haq..wujud mini dari Tuhan Yang Maha Esa..
Perjalanan kita untuk menjadi miniatur-NYA adalah perjalanan kembali kepada-NYA..~> Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun..
Orang yang sadar bahwa dirinya dalam hidup ini sesungguhnya kembali kepada Allah..adalah orang yang sadar bahwa dirinya menyongsong kesadaran diri/hari akhirat (yaum al-qiyamah)..
Banyak orang yang mengira bahwa kebangkitan itu terjadi setelah hancur-leburnya bumi atau semesta alam..
Lalu timbullah ilusi dan khayalan tentang kiamat..
Akhirnya muncullah perilaku yang aneh-aneh..
Terjebak di perjalanan..formalisme..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar